Bab 43: Bodoh!

Mulai dari awal
                                    

"I've said a thousand times, my name is Mika, not Malika!" Perempuan itu menatap sengit wajah Dude yang tak kalah sengit menatapnya.

"Permisi ... ganggu nggak, nih?" Dude dan Mika langsung sigap melayani seseorang di depannya dengan profesional.

"Pak Badi ... iya, Pak. Ada yang bisa kami bantu?"

"Udah mersa-mesraannya?" Mesra-mesraan BIJI MUATAMU! umpat Mika.

Mika tertawa garing. "Ah, haha ... ada yang bisa kami bantu, Bapak?"

"Oh, iya, nih, minta tolong, kemarin yang nelepon mau buat janji temu sama saya, teleponin lagi, dong. Nanti jam setengah sembilan transfer ke telepon saya, oke? Oke, nggak? Oke dong, ya. Ya udah itu aja. Selamat bermanis-manis kalian."

"Idih, apaan banget Pak Badi," gerutu Mika setelah kepergian pria berumur tiga puluhan itu dengan tas di punggungnya.

***

"Mira?!"

Ketika Bhaga akan menekan tombol untuk membuka lift khusus petinggi perusahaan, seorang perempuan datang menghampiri istrinya dengan kebingungan. Perempuan itu melirik ke dirinya, namun tak lama, mata itu membulat terkejut.

"Pak Bhaga! Maaf menganggu, Pak. Mohon maaf, Pak." Perempuan itu baru menyadari jika yang menggandeng Almira adalah bos besar ditempat yang ia pijak saat ini. Ia menunduk malu atas ketidaksopanannya. Kenapa bibirnya lancang sekali main panggil-panggil. Kena marah tidak, ya?

"Alisa?!" Sungguh sebuah kejutan. Almira menggoyangkan lengan Bhaga pelan. "Mas, temen SMA aku," ujarnya memberitahu.

Almira menggenggam tangan Alisa dengan binar mata super senang. Dipertemukan kembali dengan sahabat lamanya, membuat dirinya ingin mengajak Alisa berlompat-lompat saking senangnya. Sudah bertahun-tahun, sejak kelulusan sekolah mereka berpisah. Dan terbawa suasana, jiwa Almira pun bernostalgia menjadi remaja yang dulu kala melihat Alisa di depannya. Dipeluk Alisa dengan rindu yang saat ini baru bisa ditebus.

"Aku, boleh minta nomor handphone kamu?" cicit Alisa. Kesempatan bertemu sahabat lamanya, tidak boleh ia sia-siakan. Bisa saja mereka tidak dipertemukan kembali.

"Boleh, Lis. Boleh banget."

Sudah basah, sekalian saja Alisa menceburkan diri. "Maaf, Pak, menganggu waktunya," ucap perempuan itu dengan meringis pelan.

"Tidak apa-apa. Lanjutkan saja."

"Makasih, Mir. Nanti, aku telepon, ya," ucap Alisa dengan suara yang ia kecilkan. Gemetar juga ia bicara dilihat atasannya yang paling tinggi di kantor ini.

"Iya. Jangan lupa, Al."

"Aku mau ke meja kubikelku. Mau masuk jam kerja. Mari, Pak Bhaga. Terima kasih atas waktunya. Sekali lagi, maaf menganggu."

Alisa terburu-buru ikut masuk ke dalam lift ketika ada pegawai yang baru masuk ke sana. Pikirannya masih belum bisa terkoneksi dengan baik dan belum tersadar kenapa Almira bisa berada di sini dengan sang bos.

"Temanmu sepertinya belum sarapan."

Almira mendongak menatap Bhaga. "Kok bisa Mas berpikir seperti itu?"

"Tubuhnya gemetaran," jawab Bhaga seraya jarinya menekan tombol lift.

"Mungkin takut bertemu dengan Mas."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 6 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Nyonya Bhagawan (Milikku, Satu dan Selamanya)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang