"Bagiku, kau selalu menjadi yang terbaik untukku Gin," Aku langsung memeluknya, karena aku takut aku tidak bisa lagi memendung perasaanku yang begitu besar kepadanya, aku ingin sekali menciumnya seperti apa yang dilakukan Luka kepadanya, tapi aku takut jika Gin menolakku.

"Rey?, kau baik-baik saja," Tanya Gin cemas masih dalam pelukanku.


Aku hanya diam dan meresapi hangatnya tubuh Gin dan tetesan air yang menghujam tubuhku dan juga Gin, tetesan demi tetesan yang jatuh bagaikan permata menghiasi tubuhku dan tubuhnya. Tubuh kami basah karena tetesan permata itu.

"Rey, Aku tidak sabar akan pulang, dan menunjukkan kepada ayah jika aku bisa mengeluarkan dust pasti ayah akan bangga padaku." Aku memberikan jarak diantara kami, aku sedikit terkejut dengan penuturan yang diberikan oleh Gin. Aku hanya tersenyum canggung sebagai jawaban.

"Kau kenapa Rey? Tidak biasanya," sergah Gin dan mengerucutkan bibirnya gemas.

Aku tertawa melihat tingkah Gin yang masih sama seperti dulu. "Ayo kita kembali, aku sudah mendapatkan lebih dari cukup apa yang kubutuhkan," Kataku dan membawa Gin bersamaku kembali menemui Luka dan juga Kerey, yah perasaanku yang kalut tentang Luka sudah terobati walaupun masih ada sedikit jengkel kepadanya.

Mengingat ucapan Gin yang akan memberitahukan bahwa dia bisa mengeluarkan dust kepada tuan Derior ayahnya masih membuatku bimbang. Karena sebenarnya tuan Derior bukan ayah kandung dari Gin, Gin tidak mengetahui hal itu. Selama ini Gin terus menganggung-agungkan ayahnya yang sebenarnya bukan ayah kandungnya. Hal ini sudah sangat jelas, semua klan Sonata memiliki kulit yang putih dan postur yang bisa dibilang tinggi tapi Gin memiliki kulit yang sawo matang atau bisa dibilang kuning langsat. Sangat berbeda dengan Sonata pada umumnya. Aku ingin memberitahukan kenyataan ini pada Gin, tapi aku tidak tega jika aku harus menghilangkan senyuman diwajahnya yang manis. Aku tidak ingin menghilangkan senyumnya itu.

Semua klan Sonata sebenarnya sudah mengetahui bahwa Gin bukanlah salah satu dari mereka karena memang dulunya Gin tidak memiliki kekuatan dust oleh sebab itu, perlakuan mereka terhadap Gin bisa dibilang tidak manusiawi. Namun betapapun sikap Sonata padanya dia masih bisa tersenyum dan mema'afkan mereka. Sungguh tindakan yang sangat mulia.

Rey's POV end

"Kalian lama sekali, ayo kita berangkat!" semangat Kerey menggebu-gebu. "Rey bagaimana pencarianmu tadi malam sudah mendapatkan petunjuk?" tanya Kerey sambil menaruh kedua tangannya dibelakang kepalanya.

"Ia, aku menemukan sebuah reruntuhan tidak jauh didekat sini, tapi sialnya reruntuhan itu ada di padang pasir," Ucap Rey sambil menggaruk belakang kepalanya.

"Kalau begitu sudah kita putuskan kita akan kesana." Luka berdiri dan mulai berjalan.

Kerey mengikuti Luka. "Oi, Rey arahnya kemana," Luka yang tiba-tiba berhenti bertanya kepada Rey untuk menunjukkan arah jalannya yang benar.

"Huh, kau ini jika tidak tahu tanya dulu dong jangan asal main pergi aja," Rey mengumpat kemudian melangkah lebih dulu disusul oleh Gin dan kemudian Luka serta Kerey.

Mereka menyusuri hutan lebat dengan hati-hati, karena bisa jadi ada tumbuhan berduri dan beracun yang bisa saja membunuh mereka jika mereka tidak hati-hati. Luka yang bisa merasakan bahaya sering memberikan peringatan jika dia merasakan ada monster, tentu saja karena hawa dan panas tubuh mereka yang bisa dirasakan oleh Luka. Rey juga tidak tinggal diam, dia juga melindungi semuanya minus Luka dengan bahaya tumbuhan-tumbuhan disekitar. Walaupun begitu mereka saling membantu satu sama lain

"Tempat ini benar-benar mengerikan bukan." Kerey memulai membuka suara, karena keheningan ini sangat membosankan menurutnya, mereka sudah berjalan didalam hutan lebih dari setengah hari, bisa dirasakan matahari yang sudah agak tinggi diatas kepala mereka. "Rey kau bilang, reruntuhan itu tidak jauh dari tempat awal kita, tapi buktinya sampai sekarang masih belum ketemu." Kerey mengumpat kecil, karena tujuan mereka belum terlihat.

"Sudah kok, didepan sana ada padang pasir," Ucap Rey yang berada didepan sekali menunjuk kearah hamparan padang pasir yang sangat luas.

"Aku penasaran, bagaimana bisa hutan yang sangat lebat bisa berdampingan dengan daratan gersang seperti ini," Gin menggumam takjub tatkala hamparan padang pasir itu menyerupai lautan.

"Rey, kau bisa langsung kekeringan jika kita berjalan kesana," Luka dengan nada datarnya berbicara kepada Rey tanpa memandang Rey.

Rey diam dan berfikir. 'memang benar jika aku berjalan di padang pasir tubuhku akan sangat cepat kekeringan,' batin Rey

"Rey, kau tahu arahnya bukan." Ucap Kerey memecah kegundahan Rey

"Yah, aku tahu. Akar-akar yang semalam ku keluarkan untuk mencari patung itu menunjukkan kearah padang pasir. Kurang lebih jaraknya 24 kilometer." Rey menjawab penyataan Kerey.

"Apa?!" Keret terkejut, "ternyata jaraknya sangat jauh, apa kau pikir itu dekat ha?!" bentak Kerey yang menganggap temannya yang bernama Rey ini sangat payah dalam hitung-hitungan.

"Yah ini lebih baik dan kurasa cukup dekat daripada tempat lain." Jawab Rey enteng

"Pantesan, kau langsung kekeringan semalam." Tambah Luka dengan ekpresi coolnya.

"Aku tidak membutuhkan pendapatmu, dan lagian yang harus kalian ketahui, dipadang pasir itu terdapat monster juga, beberapa akarku ada yang hancur." Wajah Rey sudah mulai serius, menjelaskan apa yang akan mereka temui nanti.

"Hm, kalau begitu, kita gunakan ini saja," Kerey mengambil sebuah kertas dari dalam tas sandangnya. Didalam kertas itu ada gambar Naga yang sangat menyeramkan."Mungkin aku akan menggunakan ini, jika hal ini tidak berjalan lancar maka kalian harus menjauh." Kata Kerey lagi, Kerey meletakkan tangan kirinya dikertas, "Kau yang memenuhi permintaanku, kupanggil Naga dari daratan tartariurago, datang kepadaku dan tunduk kepada tuanmu. Mulzoria Darago"

Dari gambar yang ada dikertas Kerey tersebut muncul Naga raksasa yang besarnya lebih besar daripada Ebits, elang yang dikeluarkan Kerey sebelumnya.

Bunyi naga itu memekakan telinga. Sayapnya yang bewarna merah mengepak-ngepak, Lehernya panjang kemudian jari-jari kakinya yang besar dan kokoh. Naga itu menatap kearah Kerey dengan mata besarnya yang bewarna hitam. Tanpa takut sedikitpun Kerey memandang naga itu dengan penuh intimidasi yang kuat.

Bersambung....

VOTE AND COMMENT ヽ('▽`)/
ryu harap readers suka...

Devil In My HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang