Aku Ibu

21 1 0
                                    

aku siap ibu, aku siap untuk menjadi indah didepan mu. terlihat cantik dan anggun agar kamu bangga memiliki anak yang secantik aku.
aku melihat ibu ku mengoleskan warna hitam pada alisku, merah pada bibirku, dan merah jambu yang membuatku tampak lucu. aku senang melihat dia betapa seriusnya membuatku terlihat cantik.
Dia meraih tangannya, mendekatkanku dengan bunga-bunga indah dan ia memasangkan sebagai penghias rambut. aku sangat senang melihat pantulan wajahku dicermin terlihat sangat cantik. kupeluk ibu ku, ku kecup pipinya. aku tertawa kecil melihat warna merah pada pipinya karena kecupanku. ia terlihat kaget dan cukup kesal kemudian tetap merapikanku dan tersenyun bahagia kepadaku. sebelum aku memulai penampilanku ia mengatakan aku harus semangat dan tetap melakukan dengan baik.
***
tiba saatnya dimana aku harus menjadi bagian ritual keagamaan. aku tidak sendiri tentunya, aku bersama dengan yang lainnya yg sama cantiknya dengan ku. yah, aku sangat kecewa karena berada paling belakang. Tensu saja aku sangat kecewa. Tanpa berpikir apa yang akan terjadi, aku melihat ibuku yang berbisik menarilah dengan indah. Tapi, aku kan tidak ingin dibelakang. Namun aku tetap menari seindah mungkin. Dipertengahan tarian, aku merasa ada yang memperhatikanku dari belakang. Saat ku berbalik, tak ada siapa. Aku lanjutkan tarianku dan lagi-lagi aku merasa ada yang memperhatikanku. Tanpa kusadari, tangan besar telah melingkar dipinggangku kemudian membuat semua tampak hitam dan tak terlihat sama sekali. Dalam pikiranku, ibu aku ingin pulang.
***
Aku telah membuka mataku, tapi kenapa semua tampak gelap. Ku kedipkan mata ku dan tetap sama. Sungguh, tak melihat apa-apa. Kulihat sekelilingku, cahaya disana. Aku berlari menuju cahaya itu. Dengan pakaian ku yang sudah berantakan aku berlari dan berlari menuju cahaya. Aku tak tahu aku dimana dengan tetap berlari aku berharap mendapat jawaban semua ini. Ketika ku sampai diluar, akh hanya melihat pepohonan dan aku keluar dari gua besar yang sungguh menyeramkan. Menangis sekencang-kencangnya tangisan yang tak tertahankan. Aku sunggh inggin pulang, tapi aku tak tahu jalan pulang. Sampai ada cahaya lain yang mendekati goa.
***
Berbondong-bondonh manusia membawa obor berjalan mendekat dengan marahnya ke arahku. Aku takut, aju hanya ingin pulang. Aku berlari menuju mereka dan aku melihat ibu ku. Ibu aku disini bu baik-baik saja. Dengan mudahnya ibu melewati ku dan terus menuju ke mulut goa dengan amarah yang tersulut dicampus rasa sedih yang ia alami. Aku bingung, aku mengejar ibu ku dan ibu ku tidak melihatku. Aku jatuh tersungkur dan kebingungan melihat tanganku. Aku kenapa tak terlihat oleh ibu ku. Aku disini ibu. Aku berteriak sangat kencang hingga orang-orang menoleh kearahku dengan heran dan melanjutkan berjalan menuju goa.
Aku mendengar seseorang berteriak dari dalam goa dengan suara erangan yang menakutkan. Kemuan Terlihat tangan yang sangat besar mencengkram stengah bagian mulut gua diiringi dengan suara langkah kaki sangat kencang. Terpaku melihat pemandangan ini, ibu ku berteriak untuk mengembalikan anakku. Namun aku bingung, anak ibu yang mana aku disini aku dibelakangmu ibu. Raksasa besar itu kemudian tertawa, yang diiringi dengan rasa kesalnya.
Tanpa berpikir panjang semua orang membakar raksasa itu kemudian menjauh dari goa tersebut dan hanya menontoni raksasa yang sedang kesakitan. Raksasa itu hanya bisa merintih kesakitan dan meminta maaf kepada orang-orang disana. Ibu ku menangis tersedu-sedu dengan ayah ku disebelahnya.
Aku tetap terpaku melihat pemandangan ini.
Aku kemudian berdiri saat raksasa itu telah menjadi abu dan diterbangka oleh angin.
***
Dengan obor yang masih menyala, aku mengikutiborang-orang ini memasuki goa lebih dalam. Ibu mengambil bunga yang ia pakaikan padaku yang terjatuh di tanah. Saat ku lihat kedepan, bagian tubuh berserakan dimana-mana. Banyak tulang bertumpuk antara tulang manusia dan hewan. Kulihat tubuh dengan kain yang sama dengan ku. Teriakan ibuku mengalihkan perhatian ku ke satu sudut, kepala ku. Aku melihat kepalaku, kepala yang seharusnya berada pada tubuhku saat ini. Ku lihat sekelilingku, aku melihat tangan, kaki, kepala ku terpisah dari tubuhku. Aku... Akuu... Aku gemetar tidak karuan. Aku tertunduk lemas seperti ibuku. Aku tak kan terlihat lagi oleh ibu ku, aku tak kan bisa membuat ibuku tersenyum kembali, aku merasa sedihh, gemetar, dan aku menangis, menangis sangat keras, sangat amat keras sehingga goa itu bergetar dan orang-orang disana bisa mendengarkan suara ku yang menangis. Aku sangat sedih. Aku memegang tubuh seseorang yang bisa ku pegang dan aku masuk kedalam tubuhnya.
Aku menangis, aku menangis cukup keras. Aku trlihat seperti orang lain itu. Aku sangat sedih. Aku berteriak dan berteriak terus. Aku berkata "Ibu... Aku tak mau mati... Aku ingin bersama mu selalu.. Aku tak mau meninggalkanmu. Aku ingin bersama mu ibu.." ibu menyentuhku dan mengantakan dia menyayangiku, akan selali menyayangiku apapun yang terjadi. Ibu menenangkan ku dan akan mengajakku pulang. Sungguh ia berjanji dan mampu menenangkanku. Aku menghentikan tangisanku dan memeluk ibu tersayang. Aku ingin bersama mu.
"Tenanglah anakku kau akan baik-baik saja. Aku akan membawamu pulang segera. Ikutlah bersamaku saat ibumu pulang"
Aku mengikuti ibuku pulang dan cahaya muncul dengan terangnya kearahku. Menuntun jalanku dan ku ucapkan selamat tinggal untuk ibuku tersayang. Aku ingin menjadi anakmu lagi dikehidupan selanjutnya ibu.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 07, 2015 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Cahaya ituWhere stories live. Discover now