Aku membiarkan diriku berlama-lama di tempat yang selalu membuatku rindu toh Vincent tak akan mencari ku karna sedang sibuk dengan wanita-wanita itu,aku bahkan teridur di sana yang hanya beralaskan rumput tetapi aku sama sekali tak merasakan dinginnya malam yang menusuk kulit sampai matahari menunjukkan dirinya aku pun bergegas untuk pulang akan tetapi aku melihat orang-orang berjalan cepat dan mengenakan pakaian hitam-hitam.

"Bu maaf ada apa ya Bu kok orang-orang  berpakaian hitam-hitam?"

"Ya ampun den Fajar!"

"Iya bener saya Fajar emang kenapa Bu?"

"Ibu harap aden Fajar dapat tabah menerima berita ini"ucap Ibu tersebut yang membuatku bingung.

"Memangnya ada apa Bu?"

"Orang tua den Fajar juragan dan istrinya telah meninggal"

"APA?!"

"Kabarnya orang tua aden meninggal karna dibunuh oleh Vincent suami aden"

"Hush! kamu gak boleh ngomong begitu nanti kalo para tentara penjajah itu tau ngomong begitu terus melihat aden di sini bisa bahaya!"ucap Ibu satunya lagi yang baru datang,ternyata benar ucap Ibu itu banyak sekali tentara bawahan Vincent ini berbeda dari biasanya dan mereka seperti berbaris menjaga menuju rumahku.

Aku mengendap-endap melewati para tentara ternyata benar perkataan Ibu tadi,orang tua ku telah meninggalkanku untuk selamanya.

'Kenapa kenapa Tuhan?! Apakah memang begini jalan hidupku penuh dengan penderitaan?!waktu itu kau mengambil Laras dan sekarang kau mengambil kedua orang tuaku di tangan orang yang sama yang menjadi pendamping hidupku!hiks.. hiks..'

"Hiks.. hiks.."tak sengaja isakanku lolos dari bibirku.

"Kau?!kau istrinya Komandan.mari ikut denganku!"

"Tidak!aku tidak mau!lepaskan aku!"

Akhirnya aku diseret secara paksa oleh orang yang kuketahui tangan kanan Vincent yang bernama Werdish Ardolcrans ke rumah Vincent yang menjadi tempat tinggalku sekarang.

BRUKK

"Akh"aku pun memekik pelan saat Werdish menghempaskan tubuhku ke lantai.

"Wah... wah... jadi sekarang istri ku yang manis telah pandai melarikan diri"ucap Vincent seraya mendekat kearahku dan memegang daguku akan tetapi langsung ku tampik tangan kasarnya itu.

"JAHAT KAMU MAS! tega kamu hiks.. misahin aku hiks..sama orang tua ku-hiks...apa belom cukup Laras buat kamu Hah?!"

"Cup-cup sayang bukannya aku misahin kamu dengan orang tua mu aku hanya menghilangkannya saja dari dunia lagipula mereka sudah tua sudah tak berguna lagi"Vincent mengakhiri ucapannya dengan mengecup sayang dahi Fajar,sementara Fajar terus menangis mengapa ia bisa menikah dengan orang yang kejam sekaligus psikopat.

||||

Hari-hari berikutnya setelah kejadian hari itu hidupku berubah aku menjadi lebih pendiam dan hanya menunduk jika berhadapan dengan Vincent,aku merasa karena berusaha membrontak pun toh sudah tak berguna lagi.

"Hei kenapa kau ini!"tanya Vincent membuat ku sedikit terkejut.

"Aku baik-baik saja mas"

"Yasudah sekarang buatkan aku kopi"

"Bai-BRUK"

||||

Saat ku terbangun aku sadar aku sedang berada di dalam ruangan yang kuketahui adalah kamarku dan Vincent.

"Apakah itu yang membuatmu berubah?"pertanyaan dingin itu langsung membuatku tersentak dan berusaha bangkit dari ranjang.

"Sudahlah tak usah memaksa!"

"Ma-maksud.. mas?"

"Kau hamil lima minggu"ucapan Vincent memandangnya tak percaya.

"Be.benar mas?"

"Hm"aku tak tahu ini anugerah atau malah sebaliknya tetapi aku merasa sangat senang tanpa kuduga aku memeluk perutku sendiri dengan erat dan menangis.

"Hentikan tangisanmu!membuatku jijik!"aku melihatnya yang sepertinya tidak senang dengan kabar gembira menurutku ini.

"Apa mas tidak senang?"tanyaku dengan suara mencicit dan menunduk tak berani menatapnya.

"Tentu saja.mungkin saja dia bukan anakku"

"MAS!"

"Kenapa?"

"Aku gak pernah ngelakuinnya kalo bukan sama kamu!"

"Sudahlah lihat saja nanti anakmu mirip dengan ku atau Satria kekasihmu itu"aku terkejut kala mas Vincent melibatkan Satria yang mana adalah masa laluku orang yang telah merebut kekasihku.

"Mas! Mas salah aku sama sekali gak punya hubungan seperti itu dengan Satria"

"Apa peduli ku?"sakit hatiku kala Mas Vincent pergi meninggalkan ku sendirian dikamar setelah mengucapkan itu,bukankah lima minggu yang lalu adalah hari pernikahan kami lantas mengapa ia berpikiran buruk seperti itu apakah ia memang tidak mau mengakui anak ini anaknya?.

'Tuhan semoga anak yang kau berikan kepada kami adalah anugerah dan membawa pengaruh baik bagi hubunganku dan Vincent'.

||||

Hari demi hari berlalu sekarang usia kandunganku berumur empat bulan Vincent masih sama seperti dulu angkuh sombong dan tak pernah bersikap ramah padaku walau sesaat tetapi sekarang ia tak pernah membawa pulang kembali para wanita malam sebagai gantinya sekarang ia bahkan lebih sadis dalam menyiksaku seperti sekarang.

"AMPUN MAS!"teriakku saat Vincent menarik rambutku kasar dan membanting tubuhku ke dinding.

"DIAM KAMU! ISTRI TAK TAU DIUNTUNG SUAMI BEKERJA MALAH PERGI KELUYURAN!APA INI ISTRI YANG BAIK HAHH?!"memang aku sering keluar tetapi itu hanya untuk memenuhi ngidamku saja aku tak berani memintanya langsung kepada Vincent.

"Maaf Mas.. ampun.. hiks.. sakith.."ucapku seraya memegang tangannya yang sedang meremas kuat rambutku yang lumayan panjang.

"AKU TAK PEDULI!"

Saat malam mendatang aku hanya bisa tidur meringkuk ketakutan dan berusaha melindungi bayiku karena sudah beberapa kali Vincent berusaha untuk membunuh bayi ini anaknya sendiri.

The Poor LiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang