Chapter 13 Second Chance for Harry

Start from the beginning
                                    

“Jadi kalian mendukung aku atau Harry huh?” tanyaku pada mereka.

“Mendukung dalam hal apa?” tanya Liam.

“Dalam hal mendapatkan hati Ryana lah” kataku kesal. Mereka ini bodoh atau pura-pura bodoh.

“Kami tak bisa mendukung siapa-siapa. Kali ini kau dan Harry harus bersaing secara sehat” kata Liam bijak. Louis dan Niall pun menganggukan kepala mereka menandakan mereka setuju pada perkataan Liam.

Dear god, kenapa aku harus selalu bersaing dengan Harry dalam mendapatkan hati perempuan? Fuck.

Harry’spov

Tiba-tiba saja ada yang membuka pintu mobilku dan duduk di sebelahku. Dia Ryana.

“Hei” sapaku, mencoba untuk mencairkan suasana tapi aku tau ini percuma. Ia melirik ku sekilas dengan tatapannya yang dingin. Aku pun mencoba tersenyum tapi Ryana membuang mukanya. Ia sekarang pura-pura sibuk dengan handphonenya.

“Ryana tolong jangan abaikan aku” pintaku padanya. Ia pun membuang nafasnya dan menatap ku dengan tatapan lelah.

“Jadi ada apa Harry?” tanyanya.

“Nah begitu lebih baik. Aku ingin menjelaskan semuanya, tapi tentunya tidak disini” ucapku padanya. Ia memandangku dengan tatapan tak peduli. Aku pun menjalankan mobil ku ke suatu tempat yang pernah ia datangi bersama Zayn.

Aku membukakan pintu mobil untuknya tapi ia tidak bergeming dari jok mobilku. Ia menatapku dengan kesal.

“Kenapa ke tempat ini lagi?” tanyanya.

Ya aku membawanya ke danau ini. Ia dulu pernah kesini dengan Zayn lalu aku datang dan ya aku dan Zayn ribut.

Tapi hanya tempat ini yang ku tau sepi dan tenang. Setidaknya untuk saat ini aku tidak mau diganggu fans ku.

“Maaf. Hanya tempat  ini yang ku tau sepi” kataku pelan, meminta maaf. Ia memandangku lalu mengangguk sekilas dan ia pun turun dari mobilku. Ku coba untuk menggandeng tangannya . Aku sudah siap mendapatkan tamparan darinya jika ia menolak untuk ku gandeng.

Tapi ia tidak menolaknya.

Kami pun duduk di atas rerumputan yang terletak di pinggir danau. Ia duduk di sebelahku dengan posisi memeluk lututnya sedangkan aku duduk bersila. Matanya menatap lurus ke arah danau. Sepertinya ia sedang memikirkan sesuatu. Kami pun terdiam agak lama dan aku pun memutuskan untuk memulai pembicaraan.

“Aku tak tau harus mulai darimana” kataku pelan. Ia memandangku lalu mengernyitkan keningnya.

“Langsung ke intinya saja” katanya pelan. Nada suaranya lebih bersahabat daripada tadi.

“Ok aku memang jahat. Aku tau itu. Aku memanfaatkanmu untuk mengecoh paparazzi. Aku tak ingin One Direction hancur hanya karena ulahku yang berselingkuh dengan pacar sahabatku sendiri,Zayn” kataku penuh penyesalan. Aku pun mengambil nafas lalu melanjutkan omonganku.

“Beberapa hari setelah kita bertemu aku sudah berencana untuk berpura-pura menyukaimu. Dan aku pun memposting foto kita berdua saat berada di rumah mu di blog pribadiku. Itu semua agar paparazzi berfikir bahwa kita berpacaran”

Aku meliriknya dan aku bisa melihat matanya yang berkaca-kaca.

“Hey are you ok?” tanyaku sambil memegang bahunya dengan kedua tanganku. Ia pun menepis tanganku dari pundaknya.

“I’m ok. Lanjutkan” jawabnya. Aku pun melanjutkan penjelasanku.

“Dan semuanya berubah saat kita berdua bertemu Zayn di kantor Om Simon. Aku menciummu di depan Zayn dan kau menolakku. Saat itu aku benar-benar merasa sedih, sangat sedih. Aku belum menyadari bahwa aku benar-benar mencintaimu. Dan saat aku memergoki kau dan Zayn berada di tempat ini yang seharusnya pada saat bersamaan kita jalan berdua, aku merasa sangat hancur. Emosi ku tak terkendali hingga aku melontarkan kata-kata yang seharusnya tak ku katakan di depan Zayn. Kukira saat itu kau membenciku tapi ternyata kau malah membantuku untuk berbaikan dengan Zayn. Hingga kemarin, kau tiba-tiba tidak membalas pesanku, tak menjawab telfonku. Kau hilang tanpa jejak. Entah mengapa difikiranku terbesit bahwa kau berada di apartment Zayn dan ternyata benar. Kau berada di apartement Zayn tadi malam. Itu sungguh membuatku hancur. Aku tak bisa membayangkan apa yang telah kalian lakukan—“

“Kami tak melakukan apapun. Aku dan Zayn tak melakukan apapun Harry. Tadi malam aku ke apartment Merrie dan aku mendengar semuanya—“

“Tidak kau tak mendengar semuanya! Kau sudah pergi kan saat aku bilang pada Merrie dan yang lainnya bahwa aku benar-benar jatuh cinta kepadamu” potongku cepat. Aku memegang tangannya saat ini dan ia pun menangis.

Sungguh ini menyakitkan melihat orang yang kau sayangi menangis karena kau.

“Aku memang tak mendengarnya. Aku langsung pergi Harry! Aku tak kuat mendengar pernyataanmu seluruhnya! Aku benar-benar hancur tadi malam hingga aku bertemu dengan Zayn dan ia membawaku ke apartementnya. Ia ada saat aku membutuhkan seseorang yang bisa melindungiku—“

“AKU BISA MELINDUNGIMU!” teriakku, memotong perkataanya. Aku tak sudi mendengarkan perkataanya. Jelas-jelas ia menganggap Zayn sebagainya pahlawanya. It hurts.

“KAU TAK BISA MELINDUNGIKU! JUSTRU KAU YANG MEMBUATKU HANCUR HARRY!” teriaknya parau. Aku pun langsung memeluknya dengan erat dan ia pun menangis di pelukanku.

“I’m so sorry” bisikku pelan. Aku benar benar menyesal. Ia masih menangis dalam pelukanku.

“Kau berbeda. Aku tak pernah jatuh cinta seperti ini sebelumnya. I love you so much” bisikku lagi.  Aku tau sepertinya percuma saja ku bilang bahwa aku mencintainya karena ia membenciku.

“I love you too Harry”

Aku pun langsung melepaskan pelukanku padanya. Mataku membulat menatapnya.

Apa yang barusan ia katakan?

“Ow ini gila sepertinya telingaku bermasalah” gumamku pelan sambil memukul pelan telingaku. Ia tertawa.

“Hey telingamu baik-baik saja. I said, I love you too Harry Edward Styles. Dan aku akan memberikan kesempatan kedua untukmu” katanya sambil tersenyum.

Aku pun langsung berteriak girang. She loves me!

Saat ini sudah jam 5 sore. Sudah 4 jam, aku dan Ryana berada di danau ini. saat bersamanya waktu sangat cepat dan bumi terasa seperti berhenti berputar.

Kuulangi, waktu terasa sangat sangat cepat.

Saat ini aku sedang tiduran di atas pahanya. Ia sedang membelai rambut keriting kebanggaanku.

Ingin rasanya saat ini aku menekan tombol ‘stop’. Aku ingin terus berada dalam posisi seperti ini dengan Ryana.

“Rambut mu terbuat dari sutera ya?” tanyanya lembut.

Aku tertawa kecil. “Tentu saja tidak. Kenapa? Rambutku sangat halus bukan?”

“Ya, sangat sangat halus. Rambutmu lebih indah dari rambutku” katanya sambil tertawa. Ia masih membelai rambutku. Aku bisa merasakan kulit tangannya menyentuh kulit kepalaku.

Untuk sesaat aku pun memejamkan mataku. Merasakan kelembutan tangannya yang saat ini sedang meraba pipi ku.

“Aku ingin punya dimples” ucapnya pelan.

“Jangan khawatir, anak kita akan mempunyai dimples nanti. Ya, dimples seperti ayahnya” goda ku. Tanpa ku duga ia memukul kepalaku pelan.

“Aww” rintihku sambil memegang bagian kepalaku yang ia pukul pelan.

“Jangan terlalu yakin bahwa kau akan menjadi ayah dari anak-anakku” ejeknya. Sebelum aku memprotes ejekannya ia sudah bangkit dan itu membuat kepalaku yang tadinya berada di atas pahanya langsung jatuh ke rerumputan.

“Ayo sudah sore, ini sudah hampir pukul 6. Aku sudah bosan dengan tempat ini” katanya sambil melihat jam tangannya. Aku pun bangkit dan berdiri di sampingnya.

“Kepalaku membentur rerumputan akibat gerakan mu yang bangun secara tiba-tiba” lapor ku padanya. Ia hanya tertawa.

“Ayo sekarang ku antar kau pulang” kataku sambil menarik tangannya ke arah mobil ku.

“Hey ini masih pukul 6 dan aku masih ingin bersamamu” protesnya. Aku pun tersenyum mendengar ucapannya.

‘Aku masih ingin bersamamu’

“Aku ingin kau mandi dang anti baju setelah itu kita pergi makan malam” jelasku padanya. Ia pun tersenyum.

“Kau juga” katanya.

“Tentu saja setelah mengantarmu pulang aku juga kembali ke apartmentku, pukul 7 aku menjemputmu” kataku. Ia pun mengangguk dan tersenyum.

Complicated (When you love 2 boys at the same time) 1DLSWhere stories live. Discover now