24 | Cari Masalah

Mulai dari awal
                                    

Dia merespon pertanyaan itu dengan mengangkat bahu. Hatiku sempat terasa berhenti berdebar, hingga akhirnya berdetak dengan tempo yang sangat cepat. Sebegitukah kau tak menginginkanku lagi, Dev?

Kau mau munafik dengan menganggap kenangan beberapa tahun bersama itu nggak ada?

Evelyn yang sadar akan sikapku langsung mengusapkan tangannya ke wajahku. Sontak aku melihatnya karena perbuatannya barusan membuatku kaget.

"Jangan dilihat, Carla." ujarnya. "Dia memang akhir-akhir seperti itu. Dikelilingi banyak cewek dan bercanda gak karuan. Bahkan Setya pernah bilang kalau dia nggak suka sama perbuatannya itu."

Aku manggut-manggut. Evelyn benar. Nggak seharusnya aku seperti ini.

Aku tersenyum tipis.

"Gila bet dah, di kelas gak asik. Coba gitu aku anak IPA." keluhku. "Kelas IPS sih, tapi sosialnya nggak tinggi."

"Sabar ya, tinggal satu semester kamu di IPS, habis itu kuliah." 

"Iya sih tapi kan...."

Ucapanku terhenti karena mataku menangkap sosok orang yang sedang berjalan mendekatiku.

Deg deg deg

Degub jantungku makin tidak karuan saat dia mendekat. Tidak. Bisa jadi dia menghampiri orang lain yang duduk di sekitarku. Bisa saja dia..

Tidak

Dia berdiri tepat di samping tempatku duduk.

Devian?

Dia menghampiriku.

Demi apa dia datang kemari. Dengan raut wajah yang sepertinya bercampur aduk perasaannya.

Bukankah dia baru saja bersenang-senang bersama gadis centil di depan? Aku melirik bangkunya. Kosong. Apa Devian mengusirnya atau gadis-gadis itu yang keluar atas kehendaknya sendiri?

Aku menelan ludah dengan cepat saat melihatnya tengah berdiri di sampingku. Aku menatapnya dengan tatapan adaapakamukemari, yang bercampur rasa sedih.

"Ngapain Dev kamu kesini?" serta merta Evelyn bertanya dengan nada sinis.

Devian menggaruk tengkuknya. Lalu menarik tanganku hingga aku berdiri dan..

Memelukku.

Nafasku tercekat. Aku seperti tidak bisa bernafas atas perbuatannya barusan. Dia memelukku dengan erat seolah tak ingin kehilangan aku.

Kumohon katakan ini semua mimpi.

Apa maksudmu Dev?

Untuk apa kamu memelukku disaat hatimu tak menginginkanku?

Apa kamu mau mempermainkan aku?

Karena aku yakin, setelah ini kamu akan menghempaskanku ke daratan setelah membawaku ke angkasa.

Aku tak membalas pelukannya. Kedua tanganku masih berada di sisi badanku. Sesak. Aku tak bisa bernafas. Dia benar-benar erat memelukku.

Aku ingin menolaknya, tapi ragaku tak melakukannya.

Hingga aku benar-benar tersadar.

Aku merindukannya.

Ini yang aku inginkan kemarin, bukan? Mendapatkan pelukannya. Mungkin untuk terakhir kali.

Aku merindukannya.

Hingga tanpa sadar aku terisak. Dan tetes demi tetes air mataku jatuh. Membasahi seragamnya.

Aku mencium aroma tubuh menguar dari seragamnya. Benar-benar membuat rinduku meledak-ledak.

Tangannya lalu mengusap rambutku. Seolah tahu aku sedang menangis dan berusaha menenangkanku.

The Difference On UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang