Adiera's POV
Orang bilang cinta pertama itu sulit untuk dilupakan dan aku membenarkan hal tersebut namun aku tidak se-ide dengan mereka yang mengatakan bahwa cinta pertama adalah cinta yang indah dan membuat hati berbunga-bunga kala kita mengingatnya.
Bagiku cinta pertamaku adalah cinta yang penuh kesalahpahaman, cinta yang tak pernah tersampaikan dengan cara yang semestinya, cinta yang menghadirkan luka dihati orang yang aku cintai hingga dia harus menjauhiku.
Cinta pertamaku berakhir tragis dan itu karena ulahku sendiri, aku yang masih terlalu dini untuk bisa mengerti cinta pada saat itu harus menyakiti orang yang kucintai karena keegoisanku.
Sembilan tahun sudah berlalu, zaman sudah berganti dan aku pun sudah bukan lagi anak kecil dengan seragam putih birunya. Aku sudah menjelma menjadi seorang gadis berumur 22 tahun yang tengah berkutat dengan dunia baru yang bernama "universitas".
Namun, entah kenapa meski waktu sudah bergerak maju aku masih saja terjebak dalam masa laluku, namanya sulit sekali aku hilangkan dari hati dan pikiranku. Aku merasa menjadi seorang gadis yang begitu jahat terhadap mereka yang memilihku menjadi kekasih mereka karena aku tanpa sadar selalu membandingkan mereka dengan Rafa, aku selalu mencari sosok Rafa di dalam diri mereka meskipun aku tau bahwa mereka bukanlah Rafa.
Dulu saat SMA aku sempat mencoba mencari keberadaan Rafa melalui social media ataupun teman-temannya yang aku kenal namun hasilnya nihil. Pernah suatu ketika, aku menemukan akun social medianya tanpa sengaja dan akunnya tidak terkunci.
Aku melihat cukup banyak percakapannya dengan teman-temannya, hingga aku tau dimana dia bersekolah. Ternyata dia pindah ke Jakarta dan tinggal bersama kak Bella, kakak perempuannya, disana. "Dia mencoba menjauh" itulah kesimpulan yang dapat kutarik saat mengetahui keberadaannya.
Dari postingan di social media-nya itu pula aku mengetahui bahwa dia sudah menjadi bintang lapangan di sekolahnya, dia memiliki banyak teman yang menyayanginya, dia terlihat bahagia dengan kehidupannya dan satu hal yang terpenting adalah bahwa dia sudah memiliki pacar. Cantik... itu yang kulihat dari foto Rafa bersama pacaranya yang dia unggah di social media-nya.
Aku hanya bisa menghela nafas melihatnya sudah bahagia saat itu, mencoba tersenyum dan mengikhlaskan, meski sejujurnya hatiku sangat sakit saat itu. Aku mencoba bahagia melihat dia yang telah bahagia disana, namun entah mengapa terselip rasa kecewa di hatiku kala itu, kecewa yang aku pun tak pernah tahu ingin kutujukan pada siapa karena meski kusangkal berulang kali pun tetap saja kesalahan terbesar dari kesalahpahaman aku dan Rafa ada pada diriku sendiri.
Dan karena itu pula lah aku mulai belajar melupakannya dengan fokus pada pelajaranku, aku ingin menjauh sejauh mungkin meninggalkan Bandung, meninggalkan semua kenanganku dan Rafa, hingga akhirnya sampailah aku disini di negeri kangguru ini menimba ilmu di salah satu universitas di ibukota Negara bagian Queensland, Brisbane tepatnya.
Sudah hampir 4 tahun aku meninggalkan Indonesia, meninggalkan tanah kelahiranku, rumahku, teman-temanku, selain karena aku ingin belajar mandiri dengan jauh dari orang tuaku. Ini juga salah satu upayaku menjauh dari Rafa.
Aku bukan lagi Adiera yang dulu, Adiera yang terlalu menutup diri, Adiera yang selalu menatap curiga orang asing yang berusaha mendekat padanya, Adiera yang hanya akan tertawa dan menjadi dirinya sendiri di depan orang-orang yang dianggapnya bisa dia percayai.
Adiera yang sekarang adalah Adiera yang selalu berpikiran positif terhadap sekelilingnya meskipun terkadang aku masih tetap bersikap waspada mengingat aku hanya seorang diri di negeri orang. Adiera yang sekarang lebih bisa membuka dirinya untuk berteman dengan siapapun, Adiera yang sekarang lebih dikenal sebagai Adiera yang cheerful, kind and friendly.
Berada jauh dari ayah, ibu, adek, Eza dan Azni membuatku belajar untuk tidak lagi bergantung pada orang lain dan berusaha mengatasi semua masalahku sendiri tanpa merepotkan orang lain dan ilmu psikologi yang ku pelajari disini banyak mengajarkanku tentang bagaimana me-manage perasaanku sendiri, tentang bagaimana menjaga diri tanpa harus menutup diriku dari orang-orang disekitarku.
Aku sungguh bersyukur akan hidupku, memiliki banyak orang disekitarku yang peduli padaku yang selalu membuatku tersenyum dan tertawa meskipun terkadang hatiku masih merasakan sedikit rasa sepi yang tak ku tau karena apa.
Berbicara tentang Azni dan Eza, saat ini kami berpisah. Azni sedang menimba ilmu di salah satu universitas di Bandung sedangkan Eza dia memilih mengikuti abangnya yang berkuliah di salah satu universitas di Malaysia.
Kami berpisah secara fisik namun hubungan kami tetap berjalan dengan baik, terkadang kami melakukan video call bila sedang saling merindukan satu sama lain. Hal itu membuatku tidak begitu merasakan bahwa aku berpisah dengan mereka.
Karena perpisahan pertamaku dengan orang yang kukasihi dulu adalah sebenar-benarnya perpisahan yang aku rasakan layaknya dia meninggalkanku dari dunia ini, tak dapat lagi kugapai apalagi kusentuh padahal dia ada dan hidup meski aku tak tau ada dimana dia saat ini.
To be Continued...
Hai readers... semoga kalian suka dengan cerita abal-abalku ini yaa
selalu ditunggu Vomment dari kalian thanks a lot guys ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love Journey
RomanceCerita ini berkisah tentang seorang wanita yang terkurung dalam bayangan masa lalunya, masa lalu yang tidak begitu penting untuk sebagian orang tapi begitu membekas bagi sebagian orang lainnya, masa lalu itu bernama "CINTA PERTAMA". Bagi sebagian o...