Snowflake Winter (Part 1)

Mulai dari awal
                                    

Ah Ra pun membaca surat itu dengan perlahan, berharap kali ini dia akan mengajaknya bertemu.

Kali ini aku ingin kau memakai pemberianku dan datanglah besok pagi ke pasar jagalchi, tertanda pengagum rahasiamu. YL

Setelah membacanya, Ah Ra terlihat kegirangan. Dia lekas mencari Soo Na untuk membagikan isi surat itu.

***

Para mahasiswa yang tengah mengerjakan proyek seni mereka sedang berada di luar, tepat di bawah pohon besar tempat biasa mereka menghabiskan waktu sebelum melakukan tugas mereka.

"Apa itu?" ucap Young Soo menyela cerita Ah Ra.

"Ini? Kotak ini hadiah pertama yang dia berikan padaku, saat itu di dalamnya ada sapu tangan dan aku menyimpan semua pemberiannya, di sini!" ungkapnya tersenyum.

"Boleh aku melihatnya?" tanya Young Soo.

"Kali ini aku ingin kau memakai pemberianku dan datanglah besok pagi ke pasar Jagalchi, tertanda pengagum rahasiamu. YL." Baca Jin Ae dengan keras, saat ketiga rekannya itu telihat lengah. Ah Ra sesegera mungkin mengambil surat yang dibaca Jin Ae.

"Hah, dia hanya bilang begitu dan kau langsung percaya, kau bodoh atau tidak tahu cara menggunakan otakmu?" komen Soo Na dengan pedasnya, membuat Ah Ra menjadi sangat kesal bercampur malu.

Young Soo pun mengingatkan mereka dengan nada menyindir bahwa 3 hari lagi mereka akan kembali ke Seoul, dan proyek seni mereka harus segera selesai. Jadi, jangan hanya mencari pemuda di Busan karena tujuan mereka datang untuk mencari inspirasi.
Mendengarnya, Hyun Min yang sedari tadi diam hanya tertawa menambah kekesalan Ah Ra.

***

Saat malam tiba Ah Ra termenung sendiri di bawah pohon, dia duduk meringkuk di tempat itu sendirian. Seseorang datang memakaikan selimut tebal kepadanya dan duduk di sisi kanan, membuat Ah Ra sedikit terkejut dengan sosok itu.

"Aku tidak bisa tidur, aku dengar malam ini akan ada kejutan untukmu!" ucap Hyun Min memandang langit malam yang tersa sangat dingin itu, "apa sudah waktunya?" lanjutnya mengambil handphone.

Apa ini? Kenapa dia bicara padaku? Hyun Min tak pernah bicara lebih dari 5 menit denganku! Pikir Ah Ra tertegun malu seolah menghiraukan ucapan Hyun Min.

"Ah, salju turun!" ucapnya mengagetkan Ah Ra dari lamunannya.

"Apa? Hah, sudah waktunya? Wah, cantiknya!" ucap Ah Ra bingung, mengulurkan tangannya. Berupaya menyentuh butiran air yang mengkristal itu.

"Kau tidak ingin membuat permintaan?" tanya Hyun Min.

"Permintaan? Ini salju, bukan bintang! Apa ini benar-benar salju? Musim gugur sudah berakhir?" ucapnya tak percaya membuat Hyun Min tersenyum menatapnya.

"Musim dingin sudah benar-benar tiba ... ini pertama kalinya aku melihat salju pertama dengan seorang gadis!" lanjut Hyun Min menatap Ah Ra.

"Aku rasa kemarin masih musim gugur! Ah benar, pohon itu sudah kering! Aku masuk dulu, sudah larut malam! Lagi pula sudah semakin dingin, terima kasih selimutnya!" ucap Ah Ra salah tingkah dan bergegas masuk ke kamar.

***

Ah Ra masih memejamkan mata. Perlahan ia membuka mata, meringkuk dalam baringnya, melilit tubuh kecil dalam selimut di pagi ini.

Tok-tok ....

Bunyi itu memaksanya bangun dari tempat tidur. Setelah membuka pintu kamar dia hanya menemukan sebuah amplop kuning dengan pita merah darah. Ah Ra membuka benda dingin itu dan mendapati di dalamnya ada foto dari awal kedatangan hingga kemarin, bahkan foto dari belakang yang menghadap Jin Ae pun ada.

Apa dia berada di penginapan yang sama? Ucapnya bertanya dalam hati. Ah Ra berlalu dari kamarnya, pergi menuju kamar Young Soo kakak kandung Soo Na dan memperlihatkan foto-foto itu kepadanya.

"Bukankah hanya Hyun Min yang membawa kamera?" tanya Young Soo heran.

"Entahlah, aku tidak tahu. Tapi mana mungkin orang seperti dia bisa menyukaiku apalagi harus menjadi pengagum rahasia, aku rasa itu tidak mungkin, eeii ....," ucapnya yakin.

Young Soo mencoba meyakinkan dan menenangkan Ah Ra, dia memberikan sedikit ide untuk mengetes Hyun Min.

***

Dia kembali ke kamar dan ditengoknya jam dinding yang terpampang jelas menunjukkan pukul 06:15 KST.

"Aku datang atau tidak?" ucapnya pada Ribon yang sedang menjilati badannya.

"Meaww mieaoww," meongnya pada Ah Ra seolah menjawab.

"Ah bodohnya aku ...," ucapnya menyesal karena bertanya pada seekor kucing.


To be continued!

(Cerpen ini pernah terbit dalam buku antologi bersama)

Satu untuk Semua (Kumpulan Cerpen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang