"Ah, nggak papa tan, Ais duluan tan."
"Iya hati-hati."
Ais melihat jam yang melingkar pada tangan. "Aduh udah jam tujuh lewat dua puluh," cemasnya sambil mempercepat langkahanya.
Tapi sampai di sebuah rumah langkah Aisyah terhenti melihat apa yang terjadi di depannya.
"Luna? Itu Luna! Kok sama si Belinda?" Aisyah bergumam bingung.
Selanjutnya Aisyah memutuskan untuk mengintip dari balik pagar.
"Lo mau kemana Lun!" Seru Belinda yang terlihat marah, emosi Belinda sekarang tidak dalam keadaan stabil.
"Aku mau nonton turnamen Bel," jawab Luna yang berdiri berhadapan dengan Belinda yang terlihat marah.
"Siapa yang ngijinin lo?" Ketus Belinda bersedekap.
Luna sudah tidak tahan dengan perlakuan Belinda yang semena-mena, kali ini ia harus berani.
"Ini kan hari bebas Bel, semua tanggungan belajar udah usai."
Belinda menyeringai, "udah berani jawab ya lo Lun. Oke kalau lo mintanya gitu." Tanpa bada-basi Belinda menarik lengan Luna untuk masuk ke dalam rumah.
Luna memberontak, "Bel, lepasin aku!" Seru Luna.
"Enggak!" Teriak Belinda marah. Setelah masuk rumah Belinda menghempaskan Luna hingga berbenturan dengan tembok,
"Aw!" Luna yakin sikunya kini membiru dan tak sengaja ia mengenai guci besar.
PRANGGG!
"Astagfirullah, itu kenapa?" Aisyah berucap khawatir, tak sadar Aisyah menggigiti ujung kerudungnya. Ia berjalan mondar-mandir sambil berguman, "gimana ini? Gue juga takut. Duh...gimana? Gimana?"
Tiba-tiba ponselnya bergetar. Satu pesan masuk.
From: Diandra
Aisyah anaknya bapak Haji Ibrahim, lo dimana?"Ya Allah makasih telah memberi Ais solusi," Ais tanpa pikir panjang langsung menelpon Diandra
*
D
iandra, Lenata, Ima dan Dinda kini sedang melihat performa tim cheers dari SMA Wijaya sebagai pembukaan turnamen basket. Ia mengarahkan kameranya pada formasi apik yang dibentuk tim cheers di bawah.
Bertepatan dengan mulai masuknya tim cheers dari SMA lawan, ponsel Diandra bergetar.
Aisyah is calling....
Diandra langsung meng-accept nya.
"Hallo, lo kemana Is?"
Terdengar nada khawatir di seberang. Diandra menolehkan kepala ke belakang karena saking ramainya stadion, Lenata yang melihat Diandra juga ikut-ikutan menoleh ke belakang.
"Diandra..Diandra gimana ini..." ceracau Aisyah panik.
"Hey, lo tenang dulu, tarik napas, buang." Terdengar helaan napas diseberang sana.
"Diandra tadi gue liat Luna ditarik-tarik sama Belinda. Luna mpe jerit-jerit gitu dan gue denger ada yang pecah di dalam rumahnya Luna." Cerocos Aisyah tanpa dalam sekali tarikan napas.
Diandra melebarkan matanya, "APA?!" teriakan Diandra membuat Lenata, Dinda dan Ima memperhatikannya.
"Oke-oke Is, gue kesana sekarang." Diandra langsung melepas kamera dari lehernya dan menyerahkan pada Ima.
KAMU SEDANG MEMBACA
LS [2] - Fallout
Teen FictionLove Story [LS] book 2 Bagaimana saat aku terbangun semuanya berubah? antara aku dan kamu. Semestaku sekarat saat punggungmu tak terlihat, ingin kuterbangkan seribu kupu-kupu tuk sampaikan rinduku padamu. Saat mata senja ini berlinang jingga kutegas...
24. Sang Pemilik Hati
Mulai dari awal