Mas Anang, panggilan teman-temannya pada Anang, menyutujui permintaan Dara dengan anggukan kepala walaupun gadis itu tidak melihat. Jarinya mengetuk permukaan meja beberapa kali seperti memimpin orkestra.

"Jreng ..." Itu suara Bangkit dan Cahyo. Dara tidak mau mendongak untuk melihat mereka berdua sekarang, karena pasti perutnya akan sakit karena terus-terusan tertawa. Jadi, ia tetap menempelkan pipinya di tangan. "Racoonn ... racooooonn. Hilang akal sehatmu, hei! Hilang akal sehatmu itulah racooonnn! Tereret ... reeet!" Tidak ada satu menit mereka bernyanyi lagu terkenal milik The Changcuters yang berjudul Racun. Tapi, Anang memonyongkan bibirnya saat mengucapkan kata racun. Dan membuat beberapa anak di kelasnya tertawa terpingkal-pingkal saat melihatnya.

Termasuk, Benaya. Cowok yang sedang berkutat dengan buku Fisikanya itu mendadak menoleh ke belakang, di baris kedua tempat duduk Dara. Ia mengerutkan dahinya saat melihat Anang bertepuk tangan di hadapan Dara. Tapi sayang, gadis itu tidak menoleh hanya punggungnya saja yang bergerak. Mungkin sedang menahan tawa. Benaya mengendikkan bahunya acuh, tidak peduli. Lalu tangannya menuliskan lagi jawaban atas soal-soal di hadapannya.

Teman sebangkunya, Ridho, melirik Benaya sekilas. "Gue lama-lama sepet lihat lo ngerjain soal Fisika melulu," ucap Ridho dengan tatapan nelangsa. Soal Fisika, coret-coretan di kertas HVS atau buku tulis, dan rumus cepat yang selalu Benaya tuliskan setiap harinya itu adalah sarapan Ridho. Pernah, sekali, Ridho bertanya di dalam hati apa Benaya tidak kenyang setiap harinya mengerjakan Fisika dan bertemu hitung-hitungan? Dirinya saja yang hanya melihat, sudah sangat kenyang.

"Lo punya jaket?" Benaya malah bertanya ngawur. Membuat Ridho mengernyit.

"Buat apa?"

Benaya mengendikkan bahunya sambil tetap menggesekkan pensilnya di kertas. "Buat tutup mata," jawabnya santai. "50 kali 10 pangkat minus enam sama dengan ro?" Ia bergumam lagi. Tidak menengok temannya yang sedang mencibir kesal. Ridho kembali berkutat dengan ponselnya dan mengunduh semua video anime terbaru yang keluar Minggu ini. Untungnya, ia baru saja membeli kuota internet paket satu bulan.

"Ssshh ... soalnya nggak bisa dikerjain ini," dumel Benaya sendiri sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Akhirnya, Benaya menutup bukunya dan menyimpan di laci. Karena empat puluh soal tadi sudah selesai dikerjakan.

"Ben lo suka Sakura apa Verkaza?" Ridho membuka suaranya, bertanya. Dilihatnya Benaya sudah tidak memegang soal lagi dan berarti ia bisa mengganggu teman sebangkunya.

Benaya mengernyit, "Verkaza?" tanyanya dengan dahi mengerut. Dia tidak pernah mendengar anime yang bernama Verkaza sebelumnya. Berteman dengan Ridho membuatnya tahu karena Ridho sering bercerita tentang anime atau kartun Jepang lainnya. Dan lelaki itu akan senang jika, ehm, tokok wanita kesukaannya sering muncul.

"Iya. Vera Kadiza, hehe." Ridho cengengesan sendiri. Padahal, Benaya sudah hampir pergi karena temannya membahas Vera.

Bukan. Namanya Alvera Kahdizya. Ck, dan kenapa Ridho harus membahas Vera?

Benaya mengendikkan bahunya acuh. Tidak peduli dengan apa yang dikatakan Ridho barusan. Cowok dengan kulit yang lumayan putih itu segera pergi melangkah keluar kelas. meninggalkan kerutan tipis di dahi Ridho dan Dara yang sudah penasaran. Tapi, lagi-lagi Dara menyimpannya di dalam hati dan segera bertepuk tangan bermaksud memberi dukungan pada Anang. Namun malah disangka, ia sedang gila.

*

"Bajunya itu, bajunya!"

"Emang kenapa sama baju saya, Bu?"

"Berantakan, Uta!"

"Ini style saya, Bu."

Benaya menyunggingkan senyum miringnya pada teman satu angkatannya yang sedang kepergok oleh Bu Nur. Guru Bimbingan Konseling yang menurut Benaya tidak galak, tapi sangat disiplin. Utara menampilkan wajah santainya. Padahal Bu Nur sudah gregetan sendiri akan tingkah cowok itu. Suka berantakan, celana OSIS-nya ketat seperti celana legging, sering ketahuan merokok di PKL dekat sekolah, dan motor Utara yang terkenal akan knalpotnya yang berisik. Guru BK lainnya sudah hapal tentang Utara yang bebal dan bandel. Seperti guru lainnya yang hapal akan Benaya yang selalu mengikuti lomba sains antar kota atau mewakili provinsi.

Benaya dan DaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang