[8] : START!

Mulai dari awal
                                    

Ya, dan pada akhirnya Kevin kalah. Butiran bening itu berhasil lolos mengalir keluar dari pelupuk matanya. Ucapan adiknya kali ini benar-benar bagaikan belati yang begitu tajam, menancap begitu kuat dan tepat pada sasarannya.

Ia tahu, apa yang terjadi padanya kini memang telah melukai banyak orang. Dusta jika mengatakan ia tak menyadari itu. Sahabatnya, sang bunda bahkan adik kesayangannya, semua orang disekitarnya, terluka. Dan ia menyadari semua itu.

Andai ia memiliki kekuatan lebih, ia juga lepas dari semua ini. Namun, sayangnya tidak. Ia tidak memilikinya.

*****

Paris..

'Ketika kau menutup matamu, memang hanya ada kegelapan yang terlihat. Namun kak, saat kau tak dapat melihat apapun itulah adalah saat dimana ketenangan datang padamu.'

Dengan posisi menghadap pada kaca jendela besar diruangannya, Kevin kini sedang memejamkan kedua matanya. Bayangan kata-kata Carrine padanya sesaat sebelum ia pergi, kini sedang melintasi benaknya. Adiknya itu mengajarinya sebuah cara untuk melihat kebahagiaan. Begitulah sebutan yang diberi oleh adiknya itu.

Tok! Tok! Tok!

Ketukan pintu membuatnya perlahan membuka kembali matanya. Membuat seluruh pemikirannya hilang seketika.

Seseorang mendorong masuk pintu ruangannya. Tanpa mengalihkan tubuhnya, Kevin hanya berdiri menatap keluar jendela. Sosok dinginnya sepertinya akan segera kembali.

Jim melangkan mendekatinya. "Sir."sapanya.

"Ada apa, Jim?"tanya Kevin dengan nada suara rendahnya.

Jim meletakkan sebuah map diatas meja kerja Kevin. "Sasha memberitahu bahwa kau telah kembali ke perusahaan hari ini. Liburanmu ini cukup singkat, Sir. Kukira kau akan lebih lama bersama adikmu di Wina."katanya.

Kevin membalikkan tubuhnya. Menatap sesaat pada Jim dan kemudian memilih menghempaskan tubuhnya dikursinya. "Ada apa, Jim? Katakanlah."ucapnya dengan suara datar.

Jim menarik panjang napasnya. Sepertinya ruangan ini mendadak menjadi panas untuknya. Ya, ia menyadari jika suasana hati bosnya pagi ini sedang kurang baik. Mungkin lebih baik ia segera mengatakan maksud kedatangannya hari ini. "Aku datang untuk menyerahkan map ini, Sir."katanya.

Mata Kevin bergerak, menatap kearah map coklat yang berada diatas mejanya. Tangannya segera meraihnya dan membukanya. "Semua tentang gadis itu, semuanya ada didalam. Begitupun dengan paspor, visa, KTP dan fotokopi surat-surat berharga lain miliknya."jelas Jim.

Kevin menaikkan sebelah alisnya. Menatap tajam pada Jim. "Kenapa KTP dan surat-surat berharganya juga?"tanyanya.

"Bukankah kau memintaku untuk memikirkan cara menahan dirinya lebih lama, Sir. Ini adalah caraku. Jika kita hanya menahan paspor dan visanya, ia akan pergi ke Kedubes Indonesia yang berpusat dikota ini juga, Sir. Dan ia akan dengan mudah, ia akan kembali ke negaranya."jawab Jim.

Kevin menghela napasnya dengan berat. Ia melemparkan map tersebut keatas mejanya dengan kesal. "Jim, kau mungkin akan membuatku dalam masalah."desahnya.

"Tidak, Sir. Percayalah, aku tak akan melibatkan namamu dalam hal ini. Ini adalah permainanku, jadi biarkan aku yang memainkannya. Sir, kau hanya akan menerima hasilnya nanti. Gadis itu, dia akan berada dalam genggamanmu seperti keinginanmu."kata Jim berusaha menjelaskannya pada Kevin.

Sebuah senyuman seringai diukir diwajah Kevin kini. "Kau yakin, kau yang akan memainkannya? Dan aku hanya akan menerima hasilnya? Kau bisa jamin itu untukku?"tanya Kevin dengan suara pelan.

PROMISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang