misterius, foto profilnya sepertinya tak asing bagiku. Tak salah lagi, itu akun barunya mbak Cynthia.
Hanya namanya saja berbeda dari akun aslinya. Yang aslinya sudah ada dalam daftar teman saat masih
semester satu. Dan ada yang lebih mencurigakan, Naufal juga jadi teman di akun barunya mbak
Cynthia. Ini semakin mengusik rasa ingin tahuku. Apa yang sebenarnya terjadi ?
***
Sudah dua bulan ini handphoneku sepi. Tanpa ada satu SMS pun dari Naufal. Perasaanku
semakin tak menentu. Tak ada ucapan selamat pagi. Tak ada ucapan yang selalu memberiku semangat
untuk menjalani kuliah. Semua kebiasaan itu tak kurasakan lagi. Hatiku masih gelisah. Risau. Ah,
mungkin dia lagi sibuk, pikirku.
Tapi, makin hari aku malah makin gelisah. Kucoba kirim SMS lagi tapi tak dibalas juga. Kucoba
telpon dia, tak ada suaranya terdengar disana. Perasaanku makin tak karuan. Berharap tak ada sesuatu
yang buruk menimpanya.
***
Aku mulai merasa ini ada yang tak beres. Langsung kubuka Facebook-nya Naufal, dengan
password pemberian temannya Naufal. Kubuka riwayat chattingnya. Hah ? Ada nama Cynthia di
riwayat obrolannya ? Aku merasa, ini ada yang semakin tak beres.
Kubuka langsung riwayat chatnya. Astaga !! Ini lebih buruk dari yang kuduga. Obrolan mereka
sudah seperti orang pacaran. Lengkap dengan panggilan „sayang‟. Seolah aku seperti melihat kilat petir
dengan begitu jelas. Hatiku mulai tergoncang. Tak percaya dengan kenyataan yang baru kuhadapi kali
ini.
"Kamu jangan marah dulu, sayang. Aku yakin pasti ada penjelasannya" kata Naufal.
"Kamu tega banget ya, Naufal. Apa yang sebenernya kamu sembunyikan ?" kekecewaan dan
kemarahanku benar-benar tak tertahankan.
"Dengarkan dulu, sayang. Aku..".
"Apa ? Selama ini kamu bilang kamu cinta sama aku. Kamu bilang kamu sayang sama aku. Tapi,
nyatanya apa ? Kamu malah nge-chat dengan perempuan lain dan kamu manggil dia „sayang‟. Sayang
kamu itu sebenarnya siapa ?!"
"Sayang, aku mohon kamu tenanglah dulu".
"Pokoknya aku minta penjelasan dari kamu. Besok pokoknya kita harus ketemu !!"
"Oke oke. Besok kita ketemu".
"Oke, pokoknya besok kita harus ketemu".
Klik.
Telpon telah kututup, saat bulir air mataku mulai membasahi pipi. Tak bisa kutahan sakit yang
mulai menghujam hatiku, setelah aku tahu Naufal telah berbuat seperti itu. Hatiku seperti teriris, perih
sekali.
***
Asap mengepul, mengambang keluar dari cangkir kecil berisi teh hangat. Masih tersaji hangat.
Belum kusentuh sama sekali. Aku belum ingin meminumnya. Sakit semalam masih terasa dalam
hatiku. Masih menyisakan bekas yang menyayat perasaanku. Tak kuduga, dia melakukan hal seperti
itu.
KRIING !! SMS dari Naufal.
"Kamu dimana ? Aku udah sampai di depan café".
Kubalas SMS itu.
"Aku udah didalam. Di bangku pojok kanan belakang".
"Aku minta penjelasan yang sejujur-jujurnya dari kamu. Kamu kenapa bisa kenal sama mbak
Cynthia ? Kenapa juga kamu kalo ngobrol sama dia pakai „sayang‟ ?"
Naufal hanya tertunduk. Diam. Tak bisa menjawab apa-apa.
"Ayo jawab, Naufal !!".
Lagi-lagi, dia terdiam. Tertunduk. Bibirnya seakan berat untuk menjawab.
"Jawab, Naufal !! Aku butuh penjelasan dari kamu. Sekarang !!"
"Sungguh, Lia sayang. Aku tak ada maksud apa-apa. Aku sama Cynthia cuma sebatas teman aja".
"Sebatas teman katamu ? Kamu ngobrol sama dia di chat Facebook pake „sayang‟. Terus apa
namanya kalo bukan sebatas teman ?"
Naufal memegang tanganku, mencoba menenangkanku. "Sayang, dengerin aku dulu.."
"Udah !! Cukup !! Muak aku mendengar alasan kamu. Aku mau sekarang kita udahan aja".
"Jangan, sayang. Kamu serius ingin udahan ?" tangan Naufal menahan langkahku, saat aku
hendak meninggalkannya, tanpa mendengar alasannya.
"Aku sungguh-sungguh. Aku pingin kita akhiri semua sampai disini aja. Udah cukup aku tahu
semuanya".
"Sayang, tunggu !!"
"Hah ? Sayang ? Kamu masih manggil aku „sayang‟ ? Kita ini udah bukan sepasang kekasih lagi,
setelah apa yang telah kamu lakukan. Balik aja sana sama mbak Cynthia. Aku udah nggak mau liat
mukamu lagi. Aku muak sama kamu. Aku benci !!".
Aku berlari cepat meninggalkan Naufal, yang masih ada disana. Semua mata kini tertuju padaku
dan Naufal, setelah kutahu perselingkuhannya dengan Cynthia. Aku tak peduli. Rasa sakit hati ini
terlalu sakit, merobek hati yang akhirnya terluka.
***
Langit hitam kini berselimut awan mendung. Deru hujan makin deras, beradu cepat membasahi
bumi. Seakan seperti menemaniku, memendam sakit hati karena pengkhianatan yang dilakukan oleh
kekasihku sendiri, atau yang lebih pantas sekarang aku sebut mantan.
"Lia, aku benar-benar minta maaf. Aku masih pingin sama kamu. Aku belum mau mengakhiri
hubungan kita. Ayo buka pintunya, Lia. Aku mohon".
Aku tak beranjak dari tempat tidurku. Sedikitpun tak beranjak. Mataku belum mau terpejam. Rasa
kantuk belum menggodaku untuk segera terlelap. Jarum pendek dan panjang bertemu di angka 12.
Telponku berdering, meminta untuk diangkat. Tak aku gubris. Dua kali dering telponku bernyanyi,
tetap tak kuangkat.
"Lia, aku mohon. Aku benar-benar minta maaf sama kamu. Aku masih ingin menyelamatkan
hubungan kita".
Aku sudah tak kuat mendengar itu lagi. Kata „maaf‟, sudah berapa kali dia mengucapkan itu.
Telingaku sudah tak kuat lagi mendengar itu. Aku sudah tuli dengan kata itu.
Satu SMS dari Naufal masuk di HP-ku. "Kamu tega ya, Lia".
Kubalas SMS itu dengan benci yang masih dihati. "Sebenarnya yang lebih tega itu siapa ? Kamu
atau aku ?"
Aku sudah tak sanggup lagi. Hatiku sudah terlanjur sakit dengan apa yang telah terjadi. Sebuah
malapetaka yang meruntuhkan hubungan cintaku dengan Naufal.
Hujan deras malam ini masih menemaniku, dan kesedihanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Tuli untuk Kata Maaf
Romance- Aku sudah tak kuat mendengar itu lagi. Kata 'maaf', sudah berapa kali dia mengucapkan itu. Telingaku sudah tak kuat lagi mendengar itu. Aku sudah tuli dengan kata itu -
Aku Tuli Untuk Kata Maaf (Faizal Muhammad P.)
Mulai dari awal