Aku Tuli Untuk Kata Maaf (Faizal Muhammad P.)

Mulai dari awal
                                    

misterius, foto profilnya sepertinya tak asing bagiku. Tak salah lagi, itu akun barunya mbak Cynthia.

Hanya namanya saja berbeda dari akun aslinya. Yang aslinya sudah ada dalam daftar teman saat masih

semester satu. Dan ada yang lebih mencurigakan, Naufal juga jadi teman di akun barunya mbak

Cynthia. Ini semakin mengusik rasa ingin tahuku. Apa yang sebenarnya terjadi ?

***

Sudah dua bulan ini handphoneku sepi. Tanpa ada satu SMS pun dari Naufal. Perasaanku

semakin tak menentu. Tak ada ucapan selamat pagi. Tak ada ucapan yang selalu memberiku semangat

untuk menjalani kuliah. Semua kebiasaan itu tak kurasakan lagi. Hatiku masih gelisah. Risau. Ah,

mungkin dia lagi sibuk, pikirku.

Tapi, makin hari aku malah makin gelisah. Kucoba kirim SMS lagi tapi tak dibalas juga. Kucoba

telpon dia, tak ada suaranya terdengar disana. Perasaanku makin tak karuan. Berharap tak ada sesuatu

yang buruk menimpanya.

***

Aku mulai merasa ini ada yang tak beres. Langsung kubuka Facebook-nya Naufal, dengan

password pemberian temannya Naufal. Kubuka riwayat chattingnya. Hah ? Ada nama Cynthia di

riwayat obrolannya ? Aku merasa, ini ada yang semakin tak beres.

Kubuka langsung riwayat chatnya. Astaga !! Ini lebih buruk dari yang kuduga. Obrolan mereka

sudah seperti orang pacaran. Lengkap dengan panggilan „sayang‟. Seolah aku seperti melihat kilat petir

dengan begitu jelas. Hatiku mulai tergoncang. Tak percaya dengan kenyataan yang baru kuhadapi kali

ini.

"Kamu jangan marah dulu, sayang. Aku yakin pasti ada penjelasannya" kata Naufal.

"Kamu tega banget ya, Naufal. Apa yang sebenernya kamu sembunyikan ?" kekecewaan dan

kemarahanku benar-benar tak tertahankan.

"Dengarkan dulu, sayang. Aku..".

"Apa ? Selama ini kamu bilang kamu cinta sama aku. Kamu bilang kamu sayang sama aku. Tapi,

nyatanya apa ? Kamu malah nge-chat dengan perempuan lain dan kamu manggil dia „sayang‟. Sayang

kamu itu sebenarnya siapa ?!"

"Sayang, aku mohon kamu tenanglah dulu".

"Pokoknya aku minta penjelasan dari kamu. Besok pokoknya kita harus ketemu !!"

"Oke oke. Besok kita ketemu".

"Oke, pokoknya besok kita harus ketemu".

Klik.

Telpon telah kututup, saat bulir air mataku mulai membasahi pipi. Tak bisa kutahan sakit yang

mulai menghujam hatiku, setelah aku tahu Naufal telah berbuat seperti itu. Hatiku seperti teriris, perih

sekali.

***

Asap mengepul, mengambang keluar dari cangkir kecil berisi teh hangat. Masih tersaji hangat.

Belum kusentuh sama sekali. Aku belum ingin meminumnya. Sakit semalam masih terasa dalam

hatiku. Masih menyisakan bekas yang menyayat perasaanku. Tak kuduga, dia melakukan hal seperti

itu.

KRIING !! SMS dari Naufal.

"Kamu dimana ? Aku udah sampai di depan café".

Kubalas SMS itu.

"Aku udah didalam. Di bangku pojok kanan belakang".

"Aku minta penjelasan yang sejujur-jujurnya dari kamu. Kamu kenapa bisa kenal sama mbak

Cynthia ? Kenapa juga kamu kalo ngobrol sama dia pakai „sayang‟ ?"

Naufal hanya tertunduk. Diam. Tak bisa menjawab apa-apa.

"Ayo jawab, Naufal !!".

Lagi-lagi, dia terdiam. Tertunduk. Bibirnya seakan berat untuk menjawab.

"Jawab, Naufal !! Aku butuh penjelasan dari kamu. Sekarang !!"

"Sungguh, Lia sayang. Aku tak ada maksud apa-apa. Aku sama Cynthia cuma sebatas teman aja".

"Sebatas teman katamu ? Kamu ngobrol sama dia di chat Facebook pake „sayang‟. Terus apa

namanya kalo bukan sebatas teman ?"

Naufal memegang tanganku, mencoba menenangkanku. "Sayang, dengerin aku dulu.."

"Udah !! Cukup !! Muak aku mendengar alasan kamu. Aku mau sekarang kita udahan aja".

"Jangan, sayang. Kamu serius ingin udahan ?" tangan Naufal menahan langkahku, saat aku

hendak meninggalkannya, tanpa mendengar alasannya.

"Aku sungguh-sungguh. Aku pingin kita akhiri semua sampai disini aja. Udah cukup aku tahu

semuanya".

"Sayang, tunggu !!"

"Hah ? Sayang ? Kamu masih manggil aku „sayang‟ ? Kita ini udah bukan sepasang kekasih lagi,

setelah apa yang telah kamu lakukan. Balik aja sana sama mbak Cynthia. Aku udah nggak mau liat

mukamu lagi. Aku muak sama kamu. Aku benci !!".

Aku berlari cepat meninggalkan Naufal, yang masih ada disana. Semua mata kini tertuju padaku

dan Naufal, setelah kutahu perselingkuhannya dengan Cynthia. Aku tak peduli. Rasa sakit hati ini

terlalu sakit, merobek hati yang akhirnya terluka.

***

Langit hitam kini berselimut awan mendung. Deru hujan makin deras, beradu cepat membasahi

bumi. Seakan seperti menemaniku, memendam sakit hati karena pengkhianatan yang dilakukan oleh

kekasihku sendiri, atau yang lebih pantas sekarang aku sebut mantan.

"Lia, aku benar-benar minta maaf. Aku masih pingin sama kamu. Aku belum mau mengakhiri

hubungan kita. Ayo buka pintunya, Lia. Aku mohon".

Aku tak beranjak dari tempat tidurku. Sedikitpun tak beranjak. Mataku belum mau terpejam. Rasa

kantuk belum menggodaku untuk segera terlelap. Jarum pendek dan panjang bertemu di angka 12.

Telponku berdering, meminta untuk diangkat. Tak aku gubris. Dua kali dering telponku bernyanyi,

tetap tak kuangkat.

"Lia, aku mohon. Aku benar-benar minta maaf sama kamu. Aku masih ingin menyelamatkan

hubungan kita".

Aku sudah tak kuat mendengar itu lagi. Kata „maaf‟, sudah berapa kali dia mengucapkan itu.

Telingaku sudah tak kuat lagi mendengar itu. Aku sudah tuli dengan kata itu.

Satu SMS dari Naufal masuk di HP-ku. "Kamu tega ya, Lia".

Kubalas SMS itu dengan benci yang masih dihati. "Sebenarnya yang lebih tega itu siapa ? Kamu

atau aku ?"

Aku sudah tak sanggup lagi. Hatiku sudah terlanjur sakit dengan apa yang telah terjadi. Sebuah

malapetaka yang meruntuhkan hubungan cintaku dengan Naufal.

Hujan deras malam ini masih menemaniku, dan kesedihanku.


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 30, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Aku Tuli untuk Kata MaafTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang