Michelle hanya mengangguk,"Prill, tunggu." Ucapnya pelan.

"Ya?"

"Rizky udah ngerampas semuanya dari gue."

"Maksud lo?"

"Dia udah ngambil keperawanan gue."

"Becanda lo gak lucu, lagi kaya gini lo sempet-sempetnya becanda. Gak lucu ya Li?" Jawab Prilly dengan tawa yang terdengar di paksakan.

Ali hanya diam, enggan berkomentar apapun, ia lebih memilih mendengarkan percakapan dua perempuan ini dengan seksama.

"Gue serius, ngapain harus becanda?"

"Gak lucu najis amat, udah mendingan lo istirahat sekarang. Lo butuh tidur." Ucap Prilly seraya berjalan meninggalkan kamar Michelle.

"Gue serius Prill!" Sentak Michelle dengan suara yang bergetar. "Gue serius.. Dia udah ngambil semuanya!"

Prilly berbalik, lalu kembali memeluk tubuh Michelle yang bergetar karena menangis. "Becandaan lo bener-bener gak lucu, Chelle."

Michelle gak menjawab apapun, ia hanya menangis sambil memeluk sahabat nya itu erat.

"Maaf gue gak pernah ada buat lo.."

"Nggak Prill, gue yang emang gak bisa jaga diri. Sorry.." Lirih Michelle.

Prilly menangis, saat mendengar perkataan itu dari mulut Michelle, dada nya seakan di lempari oleh ribuan batu. Ia juga merasakan nyeri yang sama.

"Gue takut hamil, Prill.." Lirih Michelle lagi.

Prilly langsung melepas pelukan nya, "Gak akan! Lo gak akan hamil! Iya kan Li? Michelle gak akan hamil kan?"

"Gue gak tau, semoga aja ya?" Ali tersenyum sambil menatap dua perempuan itu.

"Gue takut hamil, Li."

"Kita liat kedepannya, kalo itu emang terjadi, gue bakal nyuruh si Rizky buat tanggung jawab."

"Gue takut Li. Takut banget.."

"Gue sama Prilly pasti bakal jagain lo, Chelle." Ali menarik Michelle kedalam pelukan nya. "Percaya sama gue, semuanya bakal baik-baik aja."

"Iya Chelle, semua bakal baik-baik aja kok." Balas Prilly.

Ali merentangkan tangan nya, menarik Prilly masuk kedalam pelukan mereka. "Lo boleh nangis sepuasnya sekarang, tapi inget. Setelah ini lo gak boleh nangis untuk alasan yang sama. Kalo sampe lo nangisin orang yang sama lagi, gue bener-bener bakalan marah sama lo."

"Iya Li, gue gak akan nangisin orang yang bangsat kaya gitu. Maafin gue ya Li, Prill."

"Iyaa, udah ah jangan nangis lagi ya." Ali mengusap kepala Michelle lembut, lalu setelah itu mengecup kepala Prilly.

Gue terlalu sayang sama kalian berdua.

***

"Li, kalo Michelle beneran hamil gimana?" Tanya Prilly. Kini keduanya sedang berada di kamar tamu Rumah Michelle.

Setelah menunggu Michelle benar-benar tertidur, kedua nya lebih memilih untuk menginap malam ini. Takut terjadi apa-apa.

"Ya tinggal hamil aja sih. Itu salah dia sendiri lah, berani berbuat ya berani bertanggung jawab."

"Ish, gak gitu amat sih."

Ali memutar bola mata nya malas, ia berjalan ke kasur, duduk di samping Prilly yang dalam posisi setengah tiduran, "Sekarang gini, ibarat nya disitu ada air terjun yang masih tutup, terus lo nekat masuk kesana padahal gak boleh. Apa yang bakal terjadi?"

Dangerous WomanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang