"Haha,bercanda Kwanie." Ucap Wonwoo Hyung seraya menggandeng tanganku. Ya tuhan,kalau ia bukan uke dari Mingyu Hyung juga bukan Sunbae disekolahku,sudah ku lempar dari lantai paling atas rumah sakit ini mungkin.

Sesampainya didepan kamar inap Hansol,aku pun mengetuknya perlahan dan membuka pintu itu.

"Annyeong,bu. Mian kami lama kesininya. Ini,ada sedikit buah tangan untuk Hansol,ibu,dan juga Sophia." Ucapku memberikan parsel buah,dan yang lain memberikan makanan untuk Ibu Hansol dan juga Sophia.

"Ah,kalian sudah datang. Iya tak apa,tak perlu repot repot. Ayo masuk,taruh buah tangannya dimeja situ saja ya. Wah ternyata Hansol punya banyak teman ya." Ucap Ibu Hansol seraya menggandeng tanganku,mengajakku ke kasur yang Hansol tiduri.

"Hei,Boononie! Bagaimana keadaanmu?" Ucapku.

"Baik baik saja. Ini juga sudah lebih baik,Boo. Tadinya aku memakai alat bantu pernapasan,tapi sekarang sudah diganti dengan selang oksigen saja." Ucapnya seraya tersenyum.

"Sebenarnya kau sakit apa,Sol-ah? A-aku. Aku khawatir padamu." Ucapku menunduk menahan air mataku yang telah menggenang di pelupuk mataku.

"Bu,apakah aku boleh memberitahukan pada semuanya sekarang?" Ucapnya membuatku tak mengerti.














Hansol POV.
"Bu,apakah aku boleh memberitahukan pada semuanya sekarang?" Ucapku menatap ibuku.

"Up to you,honey. Semua keputusan ada pada dirimu." Ucap ibuku yang ada di samping kiri ku.

"Baiklah,akan aku beritahu kebenarannya sekarang aku harap kalian mau memaafkan ku dan memaklumiku." Ucapku menatap semua teman temanku yang ada di kamarku. Mereka pun mengangguk.

"Aku sakit. Sudah lama aku mengidap penyakit ini. Sebelumnya penyakit ini belum sampai stadium akhir. Tapi sekarang penyakit ganas ini sudah sampai di stadium akhir. Aku mengidap penyakit kanker otak stadium akhir." Ucapku seraya menatap semuanya.

"A-apa?! Kenapa kau baru memberitahukannya sekarang,Sol-ah?" Ucap Seungkwan seraya menahan tangisannya. Aku pun tersenyum.

"Aku menyembunyikannya karena aku ingin kalian berteman padaku bukan karena kasihan terhadapku yang terkena kanker otak." Ucapku seraya berusaha tersenyum. Aku melihat air mata Seungkwan sudah mengalir di pipinya deras,aku pun tersenyum dan menghapus air mata itu.

"Aku juga ingin membongkar semua rahasia ku yang tak pernah kau ketahui,Boo." ucapku tersenyum.

"A-apa hikss itu?" Ucapnya.

"Aku menyukai,ah ani,mencintaimu sudah lama. Aku sengaja menyembunyikannya padamu karena aku tak mau persahabatan kita hancur. Aku juga masih menghargai perasaanmu kepada Jisoo Hyung. Aku pikir,inilah yang terbaik untukku dan jugamu. Aku tulus mencintaimu,walaupun harus menahan sakit di dadaku ketika kau menyebut namanya saat kau mengigau. Walaupun harus menahan sakit saat kau menceritakannya. Walaupun harus menahan sakit kau lebih memilihnya dibanding aku. Aku tetap bahagia. Jika itu yang membuatmu juga bahagia. Walaupun aku sadar,aku hanya mengejar bayangan semumu saja. Aku tetap mencintaimu,tanpa henti. Walaupun hatimu masih tertuju pada Jisoo Hyung,aku tetap bahagia. Aku juga tak pernah menyalahkan takdir apalagi Tuhan karena telah mempertemukan ku denganmu,seperti yang didrama drama itu. Aku malah bersyukur dipertemukan dengan malaikat keduaku setelah ibuku." Ucapku tersenyum seraya menghapus air matanya lagi.

"Lalu oppa,hikss aku bukan malaikat hikss mu,begitu?" Ucap Sophia yang berada di pelukan ibuku. Aku menatapnya malas,mengganggu momenku saja.

"Kau peri kecilku,Sophia." Ucapku.

Seungkwan memegang tanganku yang kupergunakan untuk menghapus airmatanya. Lalu ia menunduk dan menangis sejadi-jadinya. Aku pun menariknya kedalam pelukanku. Aku memeluknya dengan tangan kananku yang bebas dari selang infusan.

You..Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang