What I Feel

Mulai dari awal
                                    

"Aku sarapan dikantin saja, kami ada latihan pagi ini jadi aku buru-buru."ujar Arum dingin lalu menyambar tas nya dan berlalu begitu saja tanpa menyalam papanya.

"Kak ARUM!!" Teriak Arumi tapi lagi-lagi Arum tak mendengarkannya.

"Dia masih marah sama papa." Ucap Iqbal lesu.

"Tenang aja papa, kakak bentar aja kok ngambeknya. Nanti Arumi yang bujuk kak Arum deh..!"

"Pa, Hasan laper, aku makan duluan yah, kayaknya enak. Udangnya banyak banget.."

"Ehhhhh... jangan banyak-banyak makannya, entar gendut kayak di tv-tv itu.." Ucap Arum sambil menyubit pipi Hasan gemas.

Iqbal tersenyum melihat tingkah mereka namun dia jadi sedih mengingat Arum yang belum memaafkannya.

***
Citra bangun pagi-pagi sekali hari ini. Dia langsung melakukan tugas bersih-bersih walau tak banyak yang harus dibersihkan karena rumah ini sudah dibersihkan oleh penjaga rumah kemarin. Dia juga tidak melewatkan pakaian kotor Azhari yang bertumpuk ditempat cucian untuk segera dicuci dimesin cuci kemudian dijemur di balkon.

Citra melakukan semuanya dengan cepat-cepat agar nanti Citra bisa menyelesaikan masakannya sebelum Azhari yang masih tidur nyenyak dikamarnya terbangun.

Citra sudah menyiapkan bahan-bahannya diatas pantry saat Azhari keluar dari kamarnya hanya dengan memakai celana pendek dan kaus oblong dengan membawa pakaian kotornya menuju kamar mandi yang ada dekat dapur.

"Eh, mas Azhari uda bangun?" Ujarnya heran, dia sama sekali tidak mendengar suara aktivitas apapun sikamar Azhari saat dia lewat.

"Udah, uda 30 menit malah... kamu mau masak? Aku bantuin deh, tunggu yahh..!"

Azhari berjalan dengan ceria kedalam kamar mandi dan keluar dari sana dengan wajah kebingungan. "Loh, pakaian kotorku yang ada dikeranjang mana Cit?"

"Uda dijemur mas!" Jawab Citra sambil mulai mengupas bawang merah.

"Kamu yang nyuci?"

Citra hanya mengangguk dan melanjutkan aktivitasnya.

"Astaga! Nggak perlu dicuci kali, rencananya aku mau nyuci semuanya hari ini. Tapi uda keduluan sama kamu, makasih yah!" Ucap Azhari tulus. "Apa ini karena balas budi lagi?"

"Si Budi nggak salah apa-apa mas, ngapain dibalas??" Jawab Citra nyeleneh.

Sesaat Azhari bingung dengan guyonan Citra, tapi setelah dia mengerti, Azhari jadi tertawa lepas.

"Hahahah, aku sempat bingung dengan statementmu tadi.. tapi, jawab dengan jujur, apa ini karena balas budi??"

"Nggak mas, aku memang paling nggak tahan kalau melihat pekerjaan bertumpuk. Kalau bisa dikerjakan hari ini, mengapa harus ditunda besok?"

"Kalau bisa siap hari ini, mengapa harus kita tunda besok?"

Tiba-tiba ucapan Citra mengingatkan Azhari pada ucapan Nina saat mereka dibangku SMA dulu. Ketika itu, mereka sedang melakukan tugas kelompok dan Azhari sudah sangat bosan. Dia meminta Nina untuk melanjutkannya besok, dan sama seperti Citra, Nina kekeh untuk mengerjakan tugas itu saat itu juga.

"Mas kenapa?" Tanya Citra pada Azhari yang merenung seperti memikirkan sesuatu.

"Nothing, Ok, apa yang bisa dibantu chef Citra?"

Citra tertawa kecil mendengar dirinya disebut chef oleh Azhari. Mereka tidak sadar, kecanggungan itu sudah menghilang diantara mereka berdua.

***
"Jadi, besok rencanamu apa? Mungkin selasa ini aku pulang ke Jepang." Tanya Azhari ketika mereka berdua sedang bersantai dihalaman samping setelah selesai sarapan.

"Hm?" Citra baru ingat kalau Azhari hanya sebentar di Indonesia. Memikirkannya, membuat Citra merasa agak aneh, sepertinya dia baru saja mengenal Azhari tapi Citra tidak bisa membayangkan kalau nanti dia tak bisa bertemu dengan Azhari lagi.

"Rencanamu kedepannya?" Tanya Azhari ulang.

"Oh, nanti siang aku mau mencari kerja di mall, sekalian nyari kontrakan baru juga. Kalau bisa, aku langsung pindah kalau ketemu kontrakan yang pas."

"Mengapa? Apa kau gak betah dirumah ini makanya cepat-cepat mau pergi?"

"Bukan gitu mas, jangan salah sangka dulu. Nanti kalau sempat ada yang tau kita tinggal serumah, orang-orang disini akan membicarakan kita yang nggak-nggak. Seperti..."

"Kumpul kebo? Yah, aku juga tau, tapi, kita kan nggak ngapa-ngapain!"

"Kan orang lain bisa saja nganggapnya lain mas."

"Baiklah, nanti aku akan mengantarkanmu ke mall!"

"Nggak usah mas, bisa naik bis kok!"

"Biar sekalian, aku juga ada urusan disana. Btw, mana KTP-mu, setiap mau melamar pekerjaan harus membawa fotokopi KTP. Nanti, aku meng-scannya dikamar."

Citra langsung merogoh dompetnya dari saku dan mengeluarkan kartu KTP nya kemudian menyerahkannya kepada Azhari.

"Citra Pasaribu." baca Azhari didalam hati. "Wah, kamu orang batak yah?"

Citra mengangguk, "Iyah mas, kenapa nggak keliatan yah?"

"Iyah, aku kira asli jawa. Ternyata.."

"Ayah bilang, aku lebih mirip dengan ibu. Kalau ibuku, asli orang Tegal. Hm, tapi.. aku sudah lupa wajah ibu. Aku bahkan gak punya fotonya. Ayah membakar semua foto-foto ibu!" Ucap Citra sedih bercampur marah, air matanya ingin jatuh karena kerinduannya yang begitu dalam pada ibunya. Citra menatap keatas langit yang belum terlalu silau dan berharap ibunya bisa melihatnya dari atas sana.

Azhari terpaku menatap Citra yang berusaha menyembunyikan kesedihannya. Dia ingin sekali menghibur wanita yang ada disampingnya ini, tapi Azhari tidak tau bagaimana caranya?"

"Tapi mengapa? Mengapa aku tidak bisa tidak peduli padanya? Mengapa aku selalu tersenyum saat dia bahagia dan sedih saat dia sedih? Mengapa aku selalu ingin membantunya? Mengapa aku tak ingin melihatnya menangis? Mengapa aku ingin memeluknya saat ini? Apa yang salah denganku?

Azhari melirik KTP Citra kembali, dan menemukan bahwa besok adalah hari ulang tahun Citra yang ke 25 tahun.

"Besok, aku akan memberinya kejutan..!"

#tbc

Thanks uda tetep Setia kawan... aau harap kalian suka dengan tulisanku. Jangan lupa buat vote dan komen yah..

Ingat, jadi SILENT READER itu nggak Baik. Sebuah karya, baik buruknya pantas mendapatkan apresiasi berupa kritikan atau pujian..

Trims semuanya...

My Bride (Finished)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang