Pria itu menatap kami dengan dingin. Mata berwarna biru itu terlihat serasi dengan baju serba birunya yang tidak terlalu ramai. Ditambah topi biru yang dia pakai dengan posisi miring, menutup mata kanannya.
Dia memegang peliharannya itu dan mengelusnya lembut. Tidak lama setelah itu, dia kembali mengarah kami, terutama Celdo. Dia hanya fokus melihat Celdo. Tidak melihat ataupun menatapku sama sekali. Tidak ada.
"Celdo Phantrom. Atas perintah Yang Mulia Presiden, saya sebagai penjaga gerbang keempat diperintahkan untuk menjaga gerbang keempat dan membawamu ke hadapan Yang Mulia Presiden untuk menerima hukuman," ucapnya, membuatku kaget.
"Hukuman? Memangnya kesalahan apa yang sudah aku lakukan? Aku telah mendapatkan kutukan darinya. Lalu, hukuman apa lagi yang akan aku terima darinya?" Celdo terlihat begitu kesal dan frustasi dengan apa yang sudah disampaikan pria itu. "Riley, jawab aku. Apa yang sudah aku lakukan sehingga Presiden menginginkan aku menerima hukumannya?"
"Sebelum tamu Presiden datang ke Fantasy Land, yakni Mouneletta Romanove, semua yang tinggal di dunia ini diperintahkan untuk tidak membantunya bertemu dengan Presiden. Kau telah melanggar perintah itu. Maka, kau ketahuan telah melakukan itu dan hukuman dari Presiden telah menanti. Celdo Phantrom, kau adalah kelompok bermata ungu, penyihir terkuat yang bahkan lebih angkuh dibandingkan aku. Aku pikir kau tidak akan melanggar perintah ringan seperti itu. Namun, aku salah sangka. Rupanya, kau membantu Mouneletta Romanove mencapai istana Jeswel dan kalian sudah sampai sejauh ini. Aku kecewa padamu, Celdo Phantrom."
Wajah Celdo sedikit menunduk setelah apa yang dia dengarkan dari Riley. Sepertinya, Riley juga berada di kelompok penyihir yang sama, bermata ungu yang terdapat di sebelah mata kanan. Suasana menjadi hening seketika. Tidak lama, suara dan langkahku membelakangi Celdo tanpa gentar menghunuskan pedang kepada Riley.
"Celdo telah melanggar peraturan tersebut. Namun, jika ada orang yang ingin melindunginya dari bahaya atas apa yang telah Celdo lakukan, apa kau akan bertindak kasar?" tanyaku menatap tajam pada matanya yang tak kalah tajam.
Sekilas namun pasti, aku melihatnya tersenyum tipis. Dia memasang wajah yang lebih serius dan tajam dari yang sebelumnya. Hewan peliharaan itu tampak menggeram marah ingin mencabikku dengan kuku-kukunya. Namun, sang majikan menyuruhnya diam dan duduk.
"Aku tidak mau melukai seorang gadis. Apalagi, kau punya wajah yang cantik dan tubuh yang sempurna. Seakan kesempurnaanmu itu tak rela jika aku lukai dengan kekuatanku. Namun, jika kau menanyakan itu, maka aku akan jawab iya, karena perintah Presiden adalah mutlak. Kau akan aku habisi jika kau menghalangiku membawa Celdo Phantrom. Pikirkan baik-baik."
"Berpikir itu melelahkan. Lebih baik kau lawan saja aku sekarang," ucapku bosan dengan semua yang dia ucapkan, membuang-buang waktu.
Aku membuat cermin Doorfan menjadi pedang. Mengarahkan pedang pada Riley yang tidak memiliki senjata apapun. Tapi, dia menyebutkan kekuatan. Apa dia akan beradu kekuatan denganku?
Pedang ini terlihat berbeda dari yang sebelumnya sejak aku ubah. Terdapat garis berwarna merah dan jingga menyelimuti senjata ini. Aneh, tapi aku tak terlalu memerdulikannya.
Celdo terkejut melihatku menghalanginya dari Riley. Aku tidak akan membiarkan Riley membawa Celdo menuju istana Jeswel untuk diberikan hukuman hanya karena mendukung dan melindungiku. Harusnya, Celdo diberikan penghargaan, bukan hukuman. Apalagi, dia sudah mendapatkan kutukan yang cukup berat. Apa itu belum kurang untuk dinamakan sebagai sanksi atas kebersalahan yang dilakukan Celdo? Aku harus sampai di istana Jeswel bersama Celdo dan mengalahkan Presiden itu. Aku sudah janji, bahwa aku harus menang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Silver Queen
AdventureDendam menguasai gadis itu sejak kecil sampai ia beranjak remaja. Bertahun-tahun lamanya gadis berambut perak itu mencari dan menyelidiki siapa pembunuh kedua orang tuanya. Sebuah cermin ajaib yang menyebalkan ternyata menjadi peluang terbesar satu...