#23 - Teams

Mulai dari awal
                                    

"Jangan bawa-bawa namaku. Urusanku dengan Eve sudah selesai. Dan kau.."

"Diam kau Harry. Jika saja kau bukan anggota One Direction maka kau.."

"Niall dengar..."

"Jangan membela Harrh Eve. Urusanmu denganku belum selesai. Sekarang, jujurlah atau pergi. Kembalilah ke rumahmu, temui haters sialanmu"

"Niall.." ujar Gigi.

"Nee.." Liam menyahut.

"Hei bro" Louis mencegah.

"Aku sudah jujur Nee. Kau mau aku katakan apa lagi?" ujar Eve terbata.

"Kau sudah jujur? Huh, ya. Kalau begitu kau sudah memutuskannya. Pergilah dari hadapanku. Berhentilah mencari kekacauan Eve. Aku sudah muak dengan semua kekacauan ini"

Semua mata menuju pada Niall. Mereka tak menyangka bahwa Niall sanggup mengatakan hal sekejam ini kepada kekasihnya.

"Niall. Apa kau sadar apa yang kau bicarakan pada Eve? Kau seharusnya.." tanya Harry.

"Sudah Haz.. Biarkan aku yang berbicara dengannya. Niall dengarkan aku, semua yang dijelaskan Eve masuk akal. Tangan Louis memar karena lemari itu" ujar Danielle.

"Hngh.. Kalian hanya merasa tidak enak jika aku harus melakukan ini. Tapi aku harus jika dia masih tidak mau mengakui kesalahannya. Aku mengajarinya begitu, bukan begitu Eve?"

Eve mengangkat dagunya. Air mata telah membasahi pipinya disana.

"Ya.. Niall benar. Niall mengajarkanku untuk selalu jujur terhadapnya. Aku menerapkannya, aku selalu melakukannya. Oleh karena itu, aku memilih untuk pergi. Aku akan baik-baik saja. Jika saja Niall bisa lebih menuruti kata hatinya, kalian tau aku ada dimana"

Eve pergi meninggalkan ruang tamu dan berlari menuju koridor kamarnya untuk mengemasi seluruh barang-barangnya. Harry menatap Niall dengan kepalan tangannya sejenak sebelum berdiri dan mengejar Eve.

"Hei. Hei. Kau marah padanya? Eve sudahlah kau dan Niall bisa..."

Harry berusaha mengajak Eve berbicara. Namun tak sempat, Eve sudah menutup pintu kamarnya. Harry menggaruk tengkuknya yang tak gatal dan menghembuskan nafasnya dengan berat.

"Apa kau sungguh bisa jauh darinya?" tanya Louis.

"Kenapa? Kau menginginkannya disini. Baiklah, dia disini Lou. Aku yang pergi dsri.."

"Tidak.. Maksudku Niall. Kau hanya mengeras pada dirimu sendiri dan kau ingin dia merasakan sakit yang kau rasakan karena hal ini. Berlawanan dengan kata hatimu. Kau mempercayainya kau selalu mempercayainya. Aku tau, Eve tidak.."

"Aku pergi" ujar Eve berlalu cepat.

Louis dan Niall memberhentikan pembicaraannya sebentar. Niall memandang Eve sebentar lalu pergi memasuki kamarnya. Eve menatap mata Louis dengan tetes air matanya dan berlari pergi.

•Eve POV•

Kakiku melangkah keluar apartement Gigi tanpa satupun orang mengikutiku. Aku tak percaya hal ini akan terjadi. Niall menyakitiku dengan tidak mempercayaiku.

'Pim.. Pim..'

Klakson sebuah mobil menghentikan langkah kakiku. Sebuah mobil berhenti tepat di sebelah kananku ketika aku mendengar klakson yang tak asing bagiku.

"Butuh tumpangan Nona?"

"Cara???"

Aku terkejut. Cara bisa tiba disini dengan begitu cepat dan tepat waktu bagiku.

E.I.F.F.E.L (Republish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang