"Bu ampun!!" lirih Ambar
"Kamu wanita brengsek!! Beraninya kamu menusukku dari belakang!! Mencuri apa yang bukan milikmu!!" ujar keras Larasati.
Mencuri apa yang bukan milikmu?
Wah! Ambar telah banyak mencuri apa yang memang bukan miliknyam jadi kata - kata itu terasa pas untuknya. Sifa hanya tersenyum tipis melihat penyiksaan yang di lakukan oleh Larasati. Sepertinya Larasati begitu hobi menyiksa orang
"Keluar kamu dari rumahku!!!!" teriak Larasati kencang "Dasar pencurii!!!" dahsyat sekali marah Larasati ya? Sifa hanya menonton adegan panas itu dengan santai.
Larasati menjambak rambut Ambar dan menariknya keluar dari ruangan ini, sungguh besar tenaga Larasati. Ambar terlihat sudah sedikit nenar di bagian wajahnya dan terus mengaduh kesakitan. Berusaha berontak, namun sepertinya kekuatan Larasati lebih kuat dari Ambar. Larasati menyeret tubuh Ambar dengan menarik kencang rambutnya
"Bu! Ampun lepas bu" rengek Ambar pelan namun Larasati tak peduli, tetap menyeretnya namun
Braakkk!!!!
Sifa setengah berlari mengejar kedua manusia yang tengah berada di ambang kemarahan dan matanya menatap tak percaya saat melihat Larasati berdiri di ujung anak tangga Sementara Ambar berguling jatuh menuruni tangga
"Tidaaakkk!!!" pekik keras Sifa membuat Larasati yang terpaku menoleh kearah Sifa
"I-ibu.. I-ibu mem-bunuh... Tidak!" teriak Sifa berlari menuruni tangga dengan cepat kearah Ambar. Ini diluar rencana, tapi jika Ambar meninggal maka ini adalah sebuah bonus bukan! Dan rencana akan berbalik 180 derajat.
"Ambar!! Ambar bangunn" Sifa mengguncang - guncangkan tubuh Ambar namun tidak berani menyentuhnya lebih lama, dia tentu tidak mau meninggalkan jejaknya di tubuh Ambar. Biarkan saja jejak tangan Larasati yang ada di sana
"Telpon ambulance!!" teriak Sifa panik dan merogoh ponselnya namun dengan cepat Larasati meraih ponsel Sifa lalu membuangnya begitu saja
"Jangan coba - coba menelpon siapapun! Ambar sudah mati!!" ujar lirih Larasati pada Sifa. Sifa menatap bingung Larasati
"Sebaiknya kamu tutup mulutmu, atau kamu akan aku bunuh juga!!" tegas Larasati. Sifa menutup mulutnya pura - pura terkejut dengan ancaman Larasati, dia Sifa bukan Nina.
Sifa bangkit dan berjalan mendekati Larasati yang sudah gemetaran, membawa Larasati kearah dapur dan memberikannya segelas air putih "Ibu tenangkan diri ibu dulu saja oke, aku tidak akan mengatakan pada siapapun" ujar Sifa tersenyum, sayangnya Larasati lupa bahwa rumah mewahnya ini memiliki CCTV yang pasti bisa di gunakan Sifa untuk melancarkan aksinya. Dan di akhir cerita, menjebloskannya kepenjara. Menyenangkan pikir Sifa.
"Bagaimana dengan... Mayat Ambar??" tanya Larasati. Sifa sengaja mengajak Larasati menuju dapur, karena di dapur tidak ada CCTV jadi tidak bisa terekam pembicaraannya. Sifa.. Otakmu encer!!
"Ibu tenang saja, kita tunggu Wisnu pulang ya bu" ujar Sifa tersenyum berusaha menenangkan hati Larasati.
***
"Sinting!! Bisa - bisanya ibu membunuhnya??" cecar Wisnu setelah mendengar cerita dari Larasati dan Sifa. Wisnu menatap mayat Ambar yang masih mengeluarkan darah segar dari kepalanya. Tentu, beban materi yang sedang ditanggungnya di tambah lagi ibunya membunuh menantunya sendiri akan membuat dirinya semakin terpuruk. Ini tak boleh dibiarkan.
"Kita buang saja Wisnu mayat itu" ujar Larasati cukup kencang, sudah pasti pembicaraan mereka terkam di CCTV. Sifa hanya diam, berusaha menghindar dari rekaman CCTV itu.
"Ya pasti kita akan membuangnya, aku tidak ingin masalah ini tersebar luas! Ibu, ambilkan aku pisau besar dan sebuah koper!" Sifa ingin bertanya untuk apa pisau juga sebuah koper , namun dia mengurungkan niatnya. Tentu, dia tidak ingin terlihat dalam CCTV itu. Biarkan mereka berdua saja yang mengerjakannya.
Wisnu memberikan apa yang Larasati inginkan, dengan kode Larasati meminta Wisnu duduk di lantai bersamanya. Perlahan tapi pasti, Larasati dan Wisnu mulai memotong bagian tubuh Ambar. Dari tangannya, kakinya dan kepalanya. Sifa hanya bisa membekap mulutnya melihat adegan mengerikan itu. Dengan tanpa perasaan dan seperti sudah ahlinya, Wisnu memotong kaki Ambar dengan sekali potongan, begitu juga dengan Larasati. Tangan dan lengan Ambarpun dibuat terpisah dari bdan Ambar. Darah muncrat kearah baju - baju mereka, saat mengenai urat nadi Ambar.
Selama 15 menit, Laras dan Wisnu melakukan pekerjaan mengerikan itu. Memutilasi Ambar menjadi bagian - bagian kecil, dan terakhir Wisnu menggorok leher Ambar, memisahkan kepalanya dengan badan Ambar. Kejamnya lagi rambu Ambarpun di pangkas hingga tak bersisa.
"Sekarang, masukkan dia ke dalam koper. Aku yakin tidak akan ada seorang pun mengenalinya" Wisnu mengangguk dan mengikuti perintah Larasati memasukan potongan demi potongan tubuh Ambar kedalam koper besad tersebut. Sungguh keji.
Larasati meraih kepala Ambar, mata Ambar setengah terbuka. Dan tanpa perasaan Larasati mencongkel kedua mata Ambar lalu menyayat kedua pipi Ambar. Sifa hanya meringis melihat kejadian mengerikan itu. Ini benar - benar diluar dugaanya.
"Sekarang, kita buang mayatnya" ujar Larasati
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
DEPRESI (END) 21+
Mystery / ThrillerMencintai dengan segenap hati dan jiwa boleh saja, namun jika cinta itu malah menyakiti lalu untuk apa dipertahankan? Saat cinta hanya menjadi boomerang untuk menghancurkan hati manusia,untuk apa merasakan indahnya cinta? Cinta hanya untuk manusia y...
28. Kematian?
Mulai dari awal