Bab 25 - Semakin Waspada

Mulai dari awal
                                    

"Aku hanya terharu." Alice terkekeh pelan.

"Ngomong-ngomong, itu bunga dari siapa? Sejak tadi kau membawanya." Sean menunjuk mawar merah di tangan kiri Alice dengan dagunya.

"Oh ini ...." Alice terlihat kebingungan. Haruskah ia mengatakan bahwa dirinya diteror oleh seseorang? Atau haruskah Alice mengatakan saja bahwa orang itu adalah Zero?

"Apa itu dari pengagum rahasiamu? Yang waktu itu mengirim ke lokermu?" tanya Sean mengingat saat dirinya melihat Alice berseru girang karena mendapat pengagum rahasia.

Alice mengangguk. Tapi wajahnya tak menunjukkan rasa senang sedikit pun. "Sebenarnya ...."

Alice membuka lokernya. Menunjukkan Sean secarik kertas dari Sang Pengirim Bunga. Sebelumnya ia mengatakan semuanya pada Sean. Tentang dirinya yang mendapat teror dari seseorang. Tapi Alice tidak mengatakan bahwa dirinya tahu orang itu adalah Zero. Karena hal itu berhubungan dengan kemampuannya.

"Sejak kapan kau mendapat surat ini?" tanya Sean dengan mata yang masih menatap isi kertas.

"Sejak pertama kali aku mendapat bunga ini," jawab Alice pelan.

"Dan kau tak memberitahuku? Malah menyembunyikannya? Berpura-pura mendapat penggemar rahasia yang menyukaimu?!" Sean menatap Alice dengan tajam. Nadanya terdengar marah, membuat Alice sedikit menciut.

"Aku hanya tak ingin bergantung terus padamu." Alice berusaha mengatakannya dengan lantang.

Sedangkan Sean ingin sekali memakan gadis itu hidup-hidup. Ia hanya terlalu gemas. "Kita kan teman. Seharusnya kau memberitahuku, apalagi tentang teror ini!"

Alice meneguk ludahnya dengan susah payah. Ia mencoba menatap Sean dengan berani. "Baiklah, baiklah. Aku yang salah. Maafkan aku."

Sean membuang napas kasar. Entah kenapa batinnya terasa lelah. Gadis di depannya ini seperti bunglon. Terkadang berubah-ubah, membuatnya bingung.

"Jadi, kau berpikir pengirim bunga dengan pembunuh Maggie adalah orang yang sama?" Sean bertanya sambil mengangkat kertas di tangannya ke udara.

Alice mengangguk mantap. "Kemarin sebelum aku ke asrama, aku mendapat kertas dari sang pengirim. Dia bilang, dia menyimpan hadiah di kamarku. Dan ketika aku sampai di kamar, Maggie sudah ditemukan tewas di sana."

Dugaan Alice memang benar. Sean bahkan tak bisa menyangkalnya lagi. Sang Pengirim Bunga adalah Sang Pembunuh. Itu artinya pembunuh itu bisa kapan saja melukai Alice. Karena sejak awal pembunuh itu hanya tertarik pada Alice.

"Lalu kenapa kau mengatakan kalau Zero adalah pembunuhnya?" Sean bertanya tepat pada titik dimana Alice tak bisa menjawabnya.

"Itu karena ...." Alice berpikir cukup lama. "Hanya Zero yang sejak awal mengincar darahku. Aku pikir ketidakmunculannya beberapa minggu ini karena ia ingin menakut-nakutiku, dengan teror seperti ini."

Kali ini Sean juga setuju dengan Alice. Hanya saja ia masih belum bisa mengatakan bahwa itu benar ulah Zero. Dugaan vampire lain atau bahkan manusia lain yang mengincar Alice masih harus ia pertimbangkan.

"Tapi kita belum bisa menarik kesimpulan secepat itu."

Aku tidak menarik kesimpulan dengan asal, Sean. Pelakunya memang Zero! batin Alice dengan gemas. Andai aku bisa mengatakannya.

Akhirnya Alice hanya bisa mengangguk.

"Apa ada hal aneh lagi? Selain kertas dan bunga ini?" tanya Sean.

Alice menggeleng. "Tidak ada. Hanya itu."

"Apa kau menyimpan kertas yang lain?"

"Tidak ada. Hanya itu," jawab Alice lagi dengan kata-kata dan gelengan yang sama.

Regulation of Vampire [END-Part Masih Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang