"Eh, kau tidak? Aku mulai melewatkan serial favoritku karena takut kau ikut-ikutan sedih." Naina mengelus perutnya sambil memandang ke jendela.

"Jadilah anak yang cerdas. Sepertiku. Dengan kemapanan finansial dari ayahmu, kau akan jadi orang hebat." Naina kembali bicara.

***

Paginya James tak mendapatai Naina di meja makan, maupun kamarnya. Dia panik, dia mengira Naina kabur karena kesal padanya. Dia menghubungi security dan mencari tahu ke mana Naina pergi.

"Sepertinya dia di taman, Tuan Mc Guin. Dia sedang jalan-jalan," ujar security.

James langsung turun ke lobi dan benar saja, Naina sedang berjalan di taman sambil berbicara sendiri. Tidak, sedang berbicara dengan bayi di perutnya.

"Kau membuatku panik." James menatap Naina dengan nafas cepat.

"Maaf, tadi mau membangunkan Anda berdua tidak enak. Jadi aku turun sendiri," jawabnya sambil duduk di kursi.

James POV

"Sebenarnya kau kenapa? Aku merasa kau berubah." Aku mencoba menyelediki perubahan sikapnya.

"Ya Tuhan, namanya juga orang hamil." Dia malah santai sambil mengelus-elus perut besarnya.

"Kau tidak boleh banyak gerak dan jalan," kataku mengingatkan.

"Hm, tapi orang-orang selalu mengatakan harus banyak jalan pada orang hamil," protesnya.

"Kau lupa, ya? Kau tidak boleh melahirkan dengan normal," kataku mengingatkan maksud yang sesungguhnya.

"Ups." Dia menutup mulutnya denga kelima jarinya. Dia sepertinya lupa bahwa dia hamil untuk kami, aku dan istriku.

Aku mengelus rambutnya, dan ingin memeluknya.

"Tuan, aku gadis dewasa. Bukan anak kecil. Bagaimana jika aku jatuh cinta padamu? Jika kau terus perhatian padaku?" Pernyataan dan pertanyaannya membuatku tertegun dan melongo. Apa karena itu dia menjauhiku? Apa dia sungguh-sungguh telah jatuh cinta padaku? Jadi, aku salah memperlakukan dia dalam hal perhatian?

Aku membisu dengan menatap kosong ke arah wajahnya.

"Anda jangan khawatir, aku belum jatuh cinta pada Anda," katanya sambil berdiri dan mulai berjalan menjauhiku. Aku hanya bisa tersenyum sambil menatapnya yang berjalan seperti seorang yang sedang membawa drum di perutnya.

Naina POV

Aku harus jauh darinya. Tidak, aku tidak boleh menyukainya. Aku tidak boleh jatuh cinta padanya. Ingat ada Rohit, ingat bahwa dia suami seorang wanita. Ingatlah, Naina.

Aku terus berjalan dan masuk lobi. Aku tinggalkan saja dia. Bahkan ketika dia menyiapkan sarapan untukku, aku memilih tidak banyak bicara.

"Kau marah?" tanyanya sambil menatapku.

"Kenapa harus marah? Anda tidak melakukan kesalahan," kataku santai, berusaha santai tepatnya.

"Mungkin aku terlalu baik." Ya Tuhan, iya memang.

"Bukan begitu, hanya. Mood wanita hamil selalu berubah-ubah." Aku mendapat alasan bagus akhirnya. Dia mengangguk dan tersenyum.

"Baiklah. Maaf, nanti jika mood-nya sudah bagus. Beri tahu, ya," katanya sambil berlalu dan memilih makan di depan televisi. Hmmm maafkan aku, Tuan James.

Author POV

Nitasha pulang sore hari. Dia tampak membawa banyak makanan. Tapi Naina sepertinya sedang tidak mood.

A Lovely Surrogate Mother (International Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang