"Tidak Harry." Aku sedikit terkejut ketika Abby mendorong bahuku pelan dan menyuruhku untuk berhenti. "Maaf, tapi bukankah seharusnya kita tak melakukan ini?" Aku terdiam. Ya seharusnya kita tak melakukan hal ini karena situasi sebelumnya sangat tidak mendukung. Tapi kenapa? Kenapa dia malah menikmati ciuman kami barusan? Ataukah aku yang salah mengambil tindakan bodoh karena nafsu ku barusan?

"Harry," Sekali lagi namaku keluar dari mulutnya dengan nada yang indah. Aku menatapnya. "Maafkan aku." Lanjutnya lirih.

"Bukan salah mu Abby. Kau benar, tidak seharusnya kita melakukan hal ini." Ujarku kemudian.

Aku membantu Abby untuk turun dari buffet. Ia membenarkan kera bajunya dan juga menyisir rambut pendeknya dengan tangan. Bahkan aku baru menyadari rambutnya tak lagi sepanjang dulu.

Ia kembali menatapku. Kurasakan suasana canggung diantara kami. Aku mencoba untuk tak menatapnya.

"Hey," Panggilnya. Ia tersenyum ketika menangkap mataku. Senyuman itu, senyuman ceria yang selalu membuatku jatuh hati padanya. Senyuman yang selalu terasa meneduhkan.

Aku masih mengagumi senyumannya hingga tiba-tiba ia mengalungkan tangannya ke leherku dan memelukku. Tinggiku yang sedikit lebih darinya memaksanya harus menjinjitkan kedua kakinya. Dan ini membuatku merasa nyaman.

Hanya terdengar suara jarum jam yang berdetak. Kami berdua sama-sama bungkam dalam pelukan. Kurasa Abby pun tertidur dalam pelukan ku sebelum suara telpon membuatnya melepas pelukan kami.

"Ya?... Baiklah Annie, 5 menit lagi aku akan menemui ayah." Ia menutup teleponnya. Merasa ia harus kembali bekerja, akupun segera berpamitan padanya. "Aku harus pergi. Senang bertemu dengan mu, Abs." Ucapku.

"Harry," Panggilnya ketika aku hendak pergi. Aku hanya menoleh padanya, memberi tanda bahwa aku mendengarkan dia. "Uhmm senang bertemu dengan mu juga." Ucapnya setelah beberapa detik terdiam.

Aku membalasnya dengan senyuman sebelum memeluknya sekali lagi dan mengecup dahinya.

"Uh Harry," aku menoleh sekali lagi sebelum membuka pintu untuk keluar. "Ehm aku senang kau menjelaskannya. Dan ehm uhm kau masih sahabat ku kan? Kau masih menyayangi ku kan? Uh maksudku sayang sebagai sahabat. Dan uhh aku ehm aku telah memaafkan mu." Lanjutnya dengan terbata-bata.

"Aku senang kau mengatakannya." Balasku seraya memberi senyuman lebar padanya lalu segera keluar dari ruangannya.

*****

"Aku pulang. Karen, dimana Gayel?" Tanyaku setibanya aku dirumah. Sungguh ini sulit kupahami, tapi aku begitu merindukan Abigail dan ingin sekali bertemu dengannya.

"Sam datang, dia sekarang sedang bermain dengan Gayel di halaman belakang." Karen terlihat seperti menahan senyuman dari wajahnya. "Oh Harry, apa kau bertemu dengan gadis yang kau cintai itu?" Tanyanya sebelum aku pergi meninggalkannya untuk menemui Gayel.

"Karen, aku tidak bilang aku mencintainya. Dia sahabat ku, setidaknya untuk saat ini." Jawabku dengan senyuman nakal di wajahku lalu pergi meninggalkan wanita itu.

Aku segera menuju halaman belakang. Memang ada Sam disana sedang bermain dengan Abigail.

"Gayel, kau mau pergi ke taman bermain?" Tanyaku setelah mensejajarkan posisiku dengan gadis kecil ini. Ia mengangguk senang menyetujui ajakan ku.

"Ohhh manisnya. Apa aku boleh ikut? Bolehkah ayah? Bolehkan?" Aku sedikit bergidik ngeri ketika Sam memohon untuk ikut dengan menirukan gaya anak kecil. Dan dia sama sekali tidak imut atau menggemaskan. Dan sama seperti Abigail, dia juga bersorak gembira ketika aku memperbolehkan dia ikut bersama kami.

Abigail berlari masuk untuk berganti pakaian setelah aku menyuruhnya. "Hai bos, kau habis mabuk atau apa? Kenapa mendadak berubah seperti ini?" Sam menyenggol lenganku untuk meminta jawaban kilat dari ku.

"Diamlah. Aku harus berterima kasih pada Gayel. Dia merubah hidup kelam ku." Jawabku. Terukir sedikit senyuman di wajahku.

"Benarkan ku bilang. Dia akan membuat mu bangga." Ucapnya dengan bangga. Kali ini aku setuju dengannya. Dia benar. Abigail akan membuat ku bangga menjadi ayahnya.

"Ayah aku sudah siap." Teriaknya dari dalam rumah. Aku dan Sam segera menyusulnya dan segera keluar menuju jalan mobil rumahku.

Aku sudah berada di belakang kemudi dengan Sam duduk di sebelahku. Aku hanya berharap satu hal, semoga dia tidak menyetel volume radio di mobilku dengan suara yang mengalahkan hebohnya audio saat berada di konser.

Belum sempat aku menghidupkan mesin, Karen memanggil ku dari dalam rumah. Ia berlari kecil menghampiri ku dengan membawakan ponsel ku. Aku langsung mengecek kantongku memastikan aku memang lupa membawa ponsel ku.

"Ada yang menelpon mu, seorang wanita." Ucap Karen.

Aku segera keluar dari mobil dan menjawab telepon dari nomor yang tidak dikenal.

"Ah baiklah aku akan kesana. Tunggu saja." Ucapku mengakhiri percakapan via telepon ini.

Dengan perasaan senang, aku segera kembali menuju mobilku. "Gayel, maafkan ayah, ayah tidak bisa mengajak mu pergi hari ini. Ada urusan mendadak. Kau tidak marah pada ayah kan?" Tanyaku mencoba membujuk Gayel supaya memaklumi hal ini.

"Tidak apa-apa ayah. Aku bisa pergi ke taman bermain kapan saja." Ucapnya lalu turun dari mobil. Aku menarik Sam untuk turun dari mobil ku juga karena dia sama sekali tidak mau keluar dari mobil ku dan tetap ingin pergi.

"Baiklah, ayah harus pergi." Ucapku pada Abigail. "Aku mencintai mu ayah, hati-hati dijalan." Ucapnya yang kubalas dengan kecupan singkat di pipinya.

Aku segera melaju pergi meninggalkan mereka bertiga dengan perasaan hati yang sulit ku jelaskan.

________

Uhhhh baru juga ketemu udah begitu__-

Buat Abby's pov ga bisa di publish secepatnya ya. Soalnya ada sesuatu yg membuat lambat. Mohon pengertiannya.

xx key

STYLES 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang