You Are The Wrong One

Mulai dari awal
                                    

"Aduh, sorry banget Ja, tapi kalo lo maksa, gue ikut lo aja deh."

"Eh enggak,lo harus istirahat. Gue gak mau ditengah tengah film,lo pingsan. Mending lo istirahat aja. Biar gue sendiri gak papa," Baja tersenyum. Bener kan, dia gak bakal biarin gue kesakitan. Dia akhirnya bangkit dan meninggalkan gue. Oke,rasa gak enak mulai menyelimuti. Untuk sekali aja, gue bohong sama Baja.

Sory, Baja.

-
Gue yakin lo bakal cantik

Gue terus melihat pesan itu di hp. Itu pesan dari Faris. Gue udah gak sabat nonton sama dia. Gue pun mencium layar hp. Lebay? Emang.

Gue pun mulai memilih baju. Kata Faris, gue harus pakai baju yang bagus. Padahalkan cuma nonton, tapi, gue ikut aja deh,kemauan dia.

Kalo dilihat lihat, lemari ini isinya kaos sama jeans. Gak ada yang menarik, dan-eh bentar. Gue melihat dress yang cukup bagus. Gue ambil dan melihat dress siapa itu. Tunggu, inikan dress yang dibeliin Baja untuk acara premier temennya. Jahat gak ya, kalau gue pake ini? Enggak lah ya,Baja nya juga gak bakal tau.

Akhirnya,gue memutuskan untuk memakai dress itu dan beranjak ke kamar mandi.

-

Keadaan canggung menyelimuti keduanya. Bau maskulin yang berada di dalam mobil seakan mengikat indra penciuman. Alunan lagu The lazy Song Bruno Mars cukup menjadi penengah antara mereka.

"Jadi,gimana?" Bunga akhirnya memberanikan diri berbicara. Faris yang sedari tadi bisu sedikit terkejut.

"Maksudnya gimana?"

"Ya,lo mau ajak gue nonton apa?" Bunga memastikan.

"Ooh itu,premier film," Faris menjawab singkat. Mulut Bunga terbungkam. Premier?

"Premier?"

"Iya,lo tau kan,premier apa?" Faris tersenyum. Tapi,tidak bagi Bunga. Tubuhnya menegang. Akankah dia bertemu Baja?Sebegitu burukah nasibnya? ia menyesal untuk berbohong. ia berharap Baj benar benar tidak datang.

Faris tidak melanjutkan pertanyaannnya. Bunga berdoa dalam hati,bahwa dirinya masih ingin selamat untuk hari ini seenggaknya,sampai besok pagi.

-

perasaan Bunga pun menjadi kenyataan. orang orang berpakaian formal memenuhi gedung biskop. sesekali orang orang menyalami satu sama lain. sang aktor dan aktrispun lagi sibuk melayani orang yang ingin berfoto.

"wajah lo napa? tegang amat," Faris terkekeh melihat wajah Bunga. Bunga mendengus sebal. bagaimana ia tidak tegang, karena 90 persen ia akan bertemu dengan Baja.

"gak papa, gue cuma gugup aja, banyak orang solanya. eh, lo kok bisa dapet acara kayak ginian sih?'dengan jalannya yang terseok seok karena higheelsnya, Bunga mencoba terus untuk memandang Faris, berjaga jaga agar Baja tak melihatnya.

"oh, salah satu aktornya temennya bokap. lo tau sendiri, bokap gue salah satu donatur terbesar acara di stasiun tv, dan aktornya pernah main di stasiun tv itu, dan kenal deh," Baja menjelaskan. bunga merasakan gelitik di tangannya. betapa kagetnya ia saat melihat tangan Faris sudah menggandengnya, dan pipi Bunga berhasil bersemu merah.

"eh, itu filmnya udah mau mulai, yuk masuk," masih dengan adegan menggandeng tangan, Faris mengajak bunga masuk ke dalam teater. sambil mencari tempat duduk, Bunga menengok ke kanan dan ke kiri mencoba mendeteksi keberadaan Baja. nihil, ia tak menemukan laki laki itu. bunga tersenyum lega. mungkin Baja tidak mau datang sendiri dan memilih untuk tidak pergi.

beberapa menit setelah duduk, filmpun dimulai. genre dari film ini adalah romantis. tidak salah kalau Bunga menjadi terbawa perasaan. kisahnya tentang gadis yang berada di tengah 2 pria yang dekat dengannya. dan salah satu pria itu adalah sahabatnya yang diam diam suka padanya. entah perasaan dari mana, ia merasa gadis itu adalah dia, dan laki laki yang menjadi sahabatnya adalah Baja. tapi, ia berpikir bahwa Baja tidak akan menyukai dirinya. toh, mereka hanya teman, ya teman yang kelewat dekat.

" filmnya bagus ya,romantis banget.," Faris berbisik. bunga menjawabnya hanya dengan senyuman. karena terlalu terbawa alur cerita, Bunga tidak sadar bahwa sedari tadi, ada sepasang mata yang memperhatikannya, begitu tajam sampai menimbulkan rasa panas di hati.

-

setelah film selesai,Faris memutuskan untuk menemui para aktor dan aktris dari pemain untuk mengucapkan selamat. Bunga mengangguk dan menggunya di kursi dekat loket karcis. merasa bosan, ia membuka hpnya dan melihat lihat apakah ada notif. ternyata, terdapat notif line, Bunga membukanya dan kaget melihat siapa yang mengirim pesan. disitu tertulis jelas Baja yang mengirim.

gue nyesel udah percaya sama lo

singkat, padat, jelas, tapi menyakitkan. Bunga tidak mengerti kenapa Baja memberi pesan itu pada dirinya. padahal ia tidak melihat Baja sama sekali, di dalam maupun luar teater.

"bingung?" suara berat itu mengagetkan Bunga. hp yang tadi ada di genggamannya terjatuh. seakan ada yang memeluk dirinya dengan erat sehingga ia tak bisa bangun dari duduknya.

"gue kira lo beda, gue kira lo orang paling apa adanya, dan ternyata lo orang yang buta karena cinta. lo bohongin gue! gue tau ini cuma acara premier biasa, tapi, lihat lo selama 2 jam di dalam bioskop sama dia, dia yang pernah nyakitin lo. dan lihat diri lo sekarang. gue kenal baju itu. dan tanpa rasa bersalah lo pake baju itu di depan gue. hanya untuk terlihat cantik di depannya?" saranya berat dan bergetar, tanda di dalamnya terdapat penyesalan yang lebih dalam. Baja berjalan mendekati posisi duduk Bunga. Tangan Baja memasuki jasnya, setangkai mawar indah keluar digenggam oleh Baja.

"ini buat lo, gue simpen mawar ini,sebenernya buat lo. karena ,lo engak dateng, hanya bunga mawar ini yang bisa nemenin gue. kenapa Bunga Mawar? karena menutur gue, lo itu Bunga mawar. Tapi, gue salah pilih mawar dan enggak hati hati, dan sekarang, gue terkena durinya. makasih udah jadi temen gue, Bunga." Baja meletakkan Bunga mawar disamping Bunga. air mata Bunga sudah tak terbendung lagi. Hatinya perih. disaat seperti ini, ia tak bisa melawan maupun membantah. ia tahu, alasan secerdas apapun tak akan menutupi kesalahnnya.Bunga melihat punggung Baja yang mulai hilang diantara banyak orang. Bunga menutup mukanya, dan menangis sejadi jadinya.

"Bunga, lo kenapa?" Faris datang dengan kebingungan. mendapati Bunga yang sudah menangis. Bunga tidak menjawab, tangisannya malah semakin menjadi jadi. Faris melihat mawar yang ada disamping Bunga. ia tidak tahu itu punya siapa. tapi ia yakin, itu yang membuat Bunga menangis.

"gue.. gue salah" Bunga bersandar dibahu Faris. ia tidak tahu, siapa yang patut disalahkan? dirinya?Faris? apa Baja? yang terjadi sekarang, ia menyesal sedalam dalamnya. dilihatnya kembali mawar yang diberi oleh Baja. Apakah ini akhir dari pertemanannya?

MawarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang