"Emmm...biasa saja." Sesingkat inikah jawabannya? Tiffany tidak datang untuk dua kata membosankan itu. Ia ingin yang kebih menarik. Pasti Yoona mnyembunyikan hal lain lagi darinya. Adik yang pelit

Tiffany mendengus, " Kau suka sekali berbohong padaku. Kau pikir aku ini siapamu hah?" Tiffany berakting marah sekaligus sedih. Sandiwara dimulai

"Sudahlah jangan berakting seperti itu. Itu tidak akan mempan padaku. Aku sudah kebal" Yoona mendengus

Tiffany tidak kalah mendengus sebal. Akan ia pecat Yoona dari daftar adiknya kalau begitu.

"Oh..baiklah aku akan pulang" Tifanny beranjak pergi dari tempat duduknya dengan muka ditekuk sempurna.

"Aku akan memberimu nomor Yi Fan"

Seketika Tiffany berhenti mendadak dan membalikkan badannya.

"Benarkah?" Tiffany seolah luap kalau ia tadi sedang dalam mode merajuknya.

Yoona mengangguk

"Mana?" Tiffany benar-benar ingin memiliki nomor dari pemuda China tersebut

"tapi bukankah kau bilang masih suka dengan Nickhun waktu itu?" Yoona menyeringai, ia ingat kalau kakaknya itu masih mendambakan sosok pemuda keturunan Thailand itu. Tapi dilain sisi ia mengagumi sosok Yi Fan yang memang mempunyai daya tarik luar bisa. Yoona pun pernah terpikat dengannya, ingat?

"Aku....emm..yang penting berikan dulu nomor ponselnya."

"dasar playgirl" Yoona menampilkan wajah seolah ia jijik

"Aku kan bukan playgirl. Aku seorang fangirl, sang pengagum laki-laki tampan."

"Kau akan menjadi penguntit? Sasaeng? Peneror?" Yoona bebicara mulai ngelantur

"Terserah kau mau bicara apa. Jangan memperpanjang hal sepele seperti ini dongsaeng kurang ajar. Cepat mana handphonemu" Tiffany mulai naik pitam

"Akhirnya kau marah juga. Hahaha.." Yoona tertawa diatas penderitaan orang lain. Kejamnya

"Baiklah...ini. Cari saja sendiri eonni" Yoona kmakhirnya memberikan handphone-nya. Tak tanggung-tanggung memang. Untuk Tiffany ini akan sangat bagus karena tak hanya dapat nomor Yi Fan, namun juga deretan laki-laki keren yang dengan suka rela memberikan nomor ponselnya untuk Yoona yang memang populer, semoga saja Yoona mau menyimpannya. Mungkin juga ia dapat menuliskan kontak Sehun untuk sesuatu yang menarik nanti. Asik...

.
.
.
.
.
.
.
.

"Selamat pagi Yoona"


"Hari ini kau selalu mempesona seperti biasanya"

"Semoga harimu menyenangkan di hari yang menakjubkan ini"

Entah kerasukan apa para murid sekolah pagi ini. Berdiri di gerbang, tersenyum sangat ramah dan matanya berseri-seri. Kemurungannya yang sedang melandanya terhenti sejenak tergantikan rasa bingungnya.

Yoona merasa seperti orang bodoh yang dikerjai habis-habisan. Hal ini lebih mengerikan daripada pembully-an yang sering terjadi di sekolah tingkat SMA ini menurutnya. Semua begitu aneh, apakah ia bermimpi? Kalau iya siapa saja tolong bangunkan. Atau jangan-jangan ini karena pengaruh ia tidur terlalu larut malam karena menunggu- ah sudahlah. Yoona tak ingin membahasnya. Ia sangat ingin menangis ketika mengingat hal itu.

Ia tetap membalas semua kalimat sapaan yang terlontar kepadanya dengan senyum yang lebih terlihat dipaksakan. Ingat, kondisi perasaannya sedang tidak baik, pada tingkat dasar emosinya yang labil kali ini.

"Maukah Sunbae ikut dengan kami?" Yoona yang cengo semakin menjadi-jadi ketika gerombolan hoobae-nya mengajaknya entah kemana. Ia tak dapat menolak. Semua semakin terasa aneh.

"Mm..kemana memangnya?"

"Ke suatu tempat. Tenang saja Yoona sunbae tak usah khawatir, kami tidak akan macam-macam"

"Ah..bukan begitu. Aku tidak menaruh curiga kepada kalian. Baiklah, ayo kala begitu."

Mereka berjalan ke arah yang Yoona yakini ke arah atap sekolah. Dengan para juniornya di depan dan Yoona di belakang mengikuti langkah mereka.

Salah satu dari mereka mengetuk pintu dan terbukalah pintu menuju atap sekolah. Mereka membuka jalan untuk Yoona lalui menuju pintu atap sekolah. Dengan pikiran penuh kebingungan, Yoona tetap melangkahkan kakinya. Ketika ia berhasil sampai tepat di pintu masuk, seseorang menutup matanya secara tiba-tiba. Dia terkejut tentu saja.

"Hey!!! Kau lepaskan aku!! Kalian gerombolan penculik?!"

Ada suara tawa yang terdengar tertahan yang ia yakini lebih dari satu orang.

"Ada apa ini? Kenapa tertawa?!" Yoona semakin dibuat bingung. Mencoba melepaskan tangan yang menutup matanya tapi terlalu erat. Ia pasrah karena kekuatannya tak sepadan dengan orang itu.

"Maju sepuluh langkah" Orang itu memberi instruksi padanya.

Yoona tau suara itu. Walau tersamarkan karena bisikan, jelas ia tau siapa orangnya. Rasa takutnya sudah agak berkurang mengetahui siapa dalang semua ini.

Yoona menjawab dengan langkah kakinya yang ia langkahkan sesuai instruksi, sepuluh langkah.

Perlahan mata Yoona terasa ringan karena bebannya menghilang. Ia dapat membuka matanya. Awalnya buram, namun perlahan semua jelas kembali, ia dapat melihat--

"Selamat Ulang Tahun Yoongie~" Kedua orangtuanya.. Tidak hanya itu, orangtua Sehun(calon mertua), Tiffany, Yi Fan, Jongin, dan...ia menengok ke belakang, ada orang yang berhasil merebut hatinya, Sehun tersenyum dengan sangat menawan. Ia merasa merona lagi.

"Sehun..."

"Selamat ulang tahun Chagi~" Sehun mendekatkan dirinya dan mencium kening Yoona sekilas. Tak mau melakukannya lebih lanjut di depan banyak orang tentunya.

Yoona tersipu malu lagi, "Terima kasih, Hunnie" ia membalasnya di pipi Sehun

"Ekhem, mesra-mesraannya nanti saja tuan dan nona Oh, sekarang ke acara inti dahulu. Kasihanilah kami." Jongin merusak suasana mereka dengan santainya. Ya, mereka memakluminya. Mereka harus cepat menyelesaikan acara ini, karena ia meminta ijin kepada pijak sekolah agar diijinkan melakukan ini semua. Aneh memang, tapi ini juga unik, pagi hari bukan malam hari.

"Cha, Yoongie, make a wish dahulu" Yoona merapatkan kedua tangannya dan berdoa dengan mata terpejam. Kemudian ia meniup lilinnya. Lainnyapun bertepuk tangan senang.

"Yoongie, selamt ulang tahun.. Kami belum punya ado untukmu. Maafkan kami ya? Itu semua gara-gara kekasih albimomu yang sangat mendadak. Jadi kadonya menyusul ya?" Tiffany memasang wajah imutnya yang membuat lainnya geli sendiri. "Iya eonni, aku tidak apa tidak ada kado, yang terpenting eonni tidak luapa. Aku sangat sedih ketika tidak aada yang mengingatnya. Ternyata kalian masih mengingatnya. Terima kasih sekali lagi untuk semuanya. Aku sangat bahagia."

"Em..sama-sama sayang" mereka semua berpelukan bersama, saling tertawa di acara yang sederhana tapi penuh kehangatan.

"Baiklah, ayo semua masuk ke kelas kalian. Waktunya belajar." Nyonya Oh memberi instruksi

"Laksanakan" mereka-Yoona, Sehun, Tiffany, Yifan, Jongin- kompak mengucapkan dengan gerakan hormat pada komandan mereka. Lucunya



TBC/END?

Maaf ya ngaret. Ini bingung mau diending atau dilanjut. Pliss komentarnya. Yang mau dilanjut aku lanjutin kok.
Keep vote for this if you like it.

I'm Falling In Love With My Neighbour (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang