"Juni!"

Dia menoleh ke arah kanan ketika mendengar suara Ega. Dilihatnya laki-laki itu sedang mengangkat tinggi-tinggi tangannya dan melambai ke arah Juni. Detik selanjutnya, Juni pun melangkahkan kakinya untuk berjalan ke meja dimana Mira dan Ega berada.

"Lama banget sih di kemahasiswaan, ngapain aja? NgeAC ya?" Kikik Mira.

"Ya nggaklah. Tadi kemahasiswaan rame, makanya antri. Udah pada pesen soto ke Pak Sobar?" Tanya Juni.

"Belom." Jawab keduanya kompak.

"Kenapa nggak pesen dulu?" Juni mengernyitkan alisnya.

"Si Ijun kebanyakan baca buku teori mulu makanya sampe lupa sekitar. Kan kamu tau sendiri sistem pesen soto ke Pak Sobar. No money, no delivery. Intinya fulus dulu pas abis pesan." Ega menyangga kepala dengan tangan kirinya.

"Eh iya! Lupa! Hehehe..." Juni menampilkan tawa tak bersalahnya tersebut.

"Ckckck, kalo jadwal ujian sama ketemu dosbing aja kamu nggak lupa, Jun." Mira menggelengkan kepala sekilas.

"My bad, sorry." Juni menangkupkan kedua tangannya tanda maaf.

"Udah, buruan pesen gih. Udah laper nih!" Protes Ega.

"Iya nih. Kuy! Kuy!" Mira pun ikut-ikutan.

"Iya, iya, sabar! Aku kesana nih buat pesen!"

Dan Juni pun mengambil dompet dan menaruh tasnya di kursi. Mulai berdiri dan berjalan ke salah satu kios makanan bertuliskan Soto Ayam Lamongan Pak Sobar. Ketika selesai memesan, diliriknya Mira dan Ega. Keduanya terlihat senang saat tatapan kedua sahabat karibnya bertemu mata hitam Juni. Bahagia banget ya mereka si anak kos, pikirnya sambil tersenyum.

***

"Jadi, kapan beasiswamu cair?" Tanya Ega yang baru saja menyeruput es teh manisnya.

"Nggak tau juga sih. Tadi tanya orang kemahasiswaan kemungkinann cairnya pas aku udah turun lapangan buat penelitian." Juni memasukkan sesendok soto ke dalam mulutnya.

"Kok lama, Jun?" Tanya Mira.

"Entahlah." Juni mengendikkan bahu.

"Udaah, yang penting kamu dapet beasiswanya. Susah kali dapetin beasiswa skripsi kayak gitu." Ega merenggangkan otot kakinya yang agak kaku akibat terlalu lama menekuk kaki di bawah meja.

"Iya juga sih. Aku aja nggak lolos. Bangga ih sama kamu! Gemes deh!" Mira langsung mencubit kedua pipi Juni. Untung aja pas Juni lagi tidak mengunyah.

"Mira! Untung aku nggak lagi ngunyah makanan!" Protes Juni.

Lalu Ega dan Mira langsung tertawa. Melihat keduanya tertawa, Juni pun ikut tertawa dengan mereka. Namun, karena tawa Mira yang mendadak berhenti, menjadikan Ega dan Juni ikut berhenti tertawa. Keduanya menatap heran pada Mira yang terlihat sedang serius menatap sesuatu. Juni dan Ega pun mengikuti arah pandang Mira.

Ketiga pasang mata itu kini sedang menatap sosok tinggi jangkung yang sedang berdiri dengan beberapa cowok. Juni mengetahui anak itu. Dia adalah laki-laki yang pernah satu kelas dengannya. Cowok yang juga satu jurusan dengan Juni.

"Liatin si Akmal ya?" Tanya Ega.

"Tau aja kamu, Ga." Dengus Mira.

Juni menatap gadis yang duduk di depannya. Melihat mood Mira yang mendadak nggak enak, menjadikan suasana canggung menyelimuti Juni dan Ega. Lantas, Juni kembali melirik tempat dimana Akmal berada.

"Kamu masih lama makannya, Jun?" Tanya Mira tiba-tiba.

"Eh? Em, tinggal dikit lagi kok." Ucap Juni dan beralih cepat menatap Mira.

"Agak cepat dong Jun kalo bisa. Aku mendadak pengen pergi dari kantin nih." Wajah Mira terlihat tidak nyaman.

Ega pun melirik ke arah Mira dan kemudian menatap Juni. Tau tentang arti lirikan mata Ega, Juni pun bergegas untuk menyelesaikan makannya. Iya, dia tau. Kalo Mira udah nggak mood di sini, berarti dia dan Ega harus mengajak Mira pergi.

"Ck, sialan." Umpat lirih Mira.

Juni pun mengangkat kepala dan menatap Mira. Bahkan Ega pun menoleh. Dan tepat saat itu, sosok bernama Akmal terlihat mulai berjalan ke arah meja mereka.

Juni dan Ega sebenarnya tidak begitu kaget dengan kedatangan Akmal ke tempat mereka. Hanya aja, aura gelap dari ke-badmood-an Mira-lah yang mereka khawatirkan.

Iya, mereka khawatir karena takut akan terjadi percekcokan antara Mira dan mantan kekasihnya, Akmal.

***

Haii, jd gimana chap satunya? Layak lanjutkah?

JUNITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang