Tak bisa meninggalkannya...

2.2K 98 0
                                    

Aku terduduk lunglai di atas lantai rumah sakit. Sudah hampir 30 menit perawat tak juga memanggilku. Untuk sekedar memberi kabar tentang keadaan Mas Abi didalam sana. Mulut ini tak pernah berhenti melantunkan doa untuk keselamatannya. Aku tak bisa menepis bahwa aku mulai membayangkan hal-hal diluar harapan.

Masih sempatkah aku mengucap kata maaf untuknya Tuhan?
Masihkah Engkau memberiku kesempatan untuk tersenyum dihadapannya saat dia membuka mata?

Aku tersentak dari lamunanku ketika mendengar derap langkah memasuki ruang tunggu. Keluarga Mas Abi telah tiba rupanya. Bisa kulihat raut wajah Tante Rani, Om Suryo dan Mbak Ajeng tampak panik. Ku hampiri mereka. Ku jelaskan keadaan Mas Abi saat ini. Tetapi tak satupun dari mereka tampak antusias dengan penjelasanku, kecuali Om Suryo. Beliau menepuk pundakku, berterimakasih dan mengajakku untuk terus berdoa. Kemudian kami duduk bersama di ruang tunggu. Menanti kabar dari perawat yang sedari tadi tak juga ku terima.

Kami semua terdiam. Hanya kadang terdengar isakan tangis Tante Rani yang tampak lemas bersandar di bahu Mbak Ajeng.

"Apa tadi kalian bertemu sebelum kejadian ini Vik?", tanya Om Suryo memecah kesunyian.
Aku hanya mengangguk.
"Apa kalian bertengkar?", tanyanya lagi.
Aku tidak menjawab.
"Semalam Abi bertengkar hebat dengan Mamahnya. Mungkin dia masih kepikiran dan jadi nggak bisa konsen di jalan sampai akhirnya....", Om Suryo tampak terisak dan kehilangan kata-kata.
Aku makin tertunduk. Tak tau harus bicara apa.

"Semua ini karena kamu Vika!!! Saya tidak akan pernah memaafkan kamu atas kejadian ini! Dan kalau sampai terjadi apa-apa sama Abi, kau lah yang akan bertanggung jawab atas semuanya!!!".
Telingaku serasa disambar petir ketika mendengar kata-kata Tante Rani barusan.

"Kehidupan kami baik-baik saja sebelum Abi mengenalmu Vik...", tambah Mbak Ajeng.
Aku tak berani mengangkat wajah. Deraian air mata ini serasa tak mau berhenti.

"Sudah... Sudah... Kita berdoa saja untuk keselamatan Abi...", Om Suryo berusaha menengahi.

"Sebelum saya naik darah, saya minta kamu pergi dari sini Vika!!!", kata Tante Rani setengah berteriak.
"T-ta-pi tan-te...", sanggahku dengan terbata-bata.
"Apa perlu saya ulangi sekali lagi? Tolong pergi dari sini! Saya nggak mau melihat kamu menemui anak saya lagi! Tinggalkan dia!!!". Tante Rani berdiri dan berteriak di hadapanku.

Om Suryo tampak berusaha menenangkan istrinya. Dia memberiku kode agar aku menuruti perintah Tante Rani dengan segera.

Aku memahami situasi ini. Aku beranjak dari tempat dudukku dan berjalan meninggalkan mereka. Tatapan pedas Tante Rani dan Mbak Ajeng mengiringi langkah kakiku. Pipiku basah. Dadaku sesak. Hatiku hancur. Pikiranku tak menentu. Aku berusaha tak mempedulikan kata-kata Tante Rani dan Mbak Ajeng. Aku hanya peduli pada keselamatan Mas Abi. Semoga aku masih diberi kesempatan untuk bertemu dengannya lagi.

                             ***
Tiga hari telah berlalu. Aku belum bisa bertemu Mas Abi. Tetapi setiap hari kusempatkan untuk datang ke rumah sakit tempat Mas Abi dirawat. Aku selalu menanyakan keadaan Mas Abi melalui perawat-perawat ruangannya. Kata mereka keadaan Mas Abi sudah mulai membaik. Meski kesadarannya belum pulih dan belum keluar dari ruang ICU.

Sepulang jaga malam tadi juga kusempatkan untuk pergi ke rumah sakit. Aku ingin sekali mendengar perkembangannya. Dan memang benar, kabar gembira hari ini kudengar dari perawat-perawatnya. Hari ini Mas Abi akan dipindahkan ke ruang perawatan. Kondisinya sudah stabil tinggal menunggu kesadarannya pulih kembali setelah operasi tulang kaki kemarin.

Aku menghela nafas lega mendengar kabar gembira ini. Kuucap syukur berkali-kali. Mendengarnya saja aku sudah sangat bahagia tiada tara. Selanjutnya mungkin aku sudah tidak perlu ke rumah sakit lagi. Mungkin sudah cukup sampai di sini aku memperhatikannya. Aku akan memenuhi keinginan Tante Rani. Mungkin memang benar, kehadiranku lah yang membuat keadaan menjadi seperti ini. Sebaiknya tak perlu lagi aku mengusik ketenangan keluarga mereka.

Tolong [jangan] Ceraikan AkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang