Hunter hanya tertawa dengan nada sarkartis ketika mendengar ucapanku. Why? Why? "Dan kau seperti orang yang sangat suci dan inosen. Kebanyakan orang yang pertama kali mengenalmu, mungkin mengira kau adalah wanita liar dan nakal. Tapi, semua orang yang mengenalmu dengan baik, pasti tahu kalau kau sangat inosen dan kau membuat semua orang ingin melindungimu. Lihat saja, kedua sahabatmu yang sangat protektif kepadamu. Lihat saja, Henry langsung mendekatimu. Lihat saja, Aurely tidak mau berpisah darimu kepadamu, walaupun kalian baru saja bertemu. Karena kau sangat menarik dan semua orang ingin mengenalmu. Seperti, sebuah kertas – kau adalah putih, bersih, dan tidak bernoda."
"Aku tidak sesempurna itu Hunter. Kau telah mendengar masa laluku. Aku telah membunuh kedua orang tuaku. We both have a past that we want to forget. We both are broken. We both are dirty. But, I think we can fix each other. We can move on from our past together. Aku rasa aku tidak peduli apakah kau mencintaiku atau tidak? Because we will always be together."
Hunter menarik tanganku dan menciumnya dengan lembut. "Yang aku tahu hanyalah kalau aku membutuhkanmu dan aku tidak bisa berpisah darimu. Kau seperti cahaya yang membimbingku untuk keluar dari kegelapanku. Kau adalah obatku. And I need you. Aku seperti ingin mati ketika melihat orang itu melukaimu. Aku seperti kehilangan seluruh hidupku, ketika kau pergi dari hidupku. Saat itu, aku sadar kalau aku tidak akan bisa hidup tanpamu. You are my breath. And, I can't live without you."
"So, don't. Don't. Don't leave me again."
"Never. Do you?" tanyanya menatapku dengan tatapan intensnya yang mampu membuat jantungku berdetak dengan kencang.
"I won't leave you."
"You can't leave me," ujarnya dengan nada bersungguh–sungguh.
"And you can't leave me, either. Because you belong with me," ujarku menatap mata abu–abunya dengan tatapan intens.
Untuk pertama kalinya, sejak aku mengenalnya aku melihat Hunter benar–benar tersenyum. Senyum yang tidak dipaksakan, atau senyum sedihnya – tapi senyum gembira dan tulus.
"I know. All this time in my life, I was waiting for you."
Kami berdua terdiam dan tersenyum. Hunter menarikku hingga berada di pangkuannya dan dia memelukku dari belakang. Mungkin Hunter tidak mengatakan kalau dia mencintaiku, tapi aku akan membuatnya mengatakan kalau dia mencintaiku. Aku akan membuatnya, dapat merasakan betapa indahnya mencintai. Dia harus juga bisa merasakan, bagaimana perasaanku kepadanya. Because this feels really amazing and beautiful.
Sekarang, aku tahu mengapa semua orang begitu meributkan perasaan ini. Karena tidak ada sesuatu yang negatif ketika kau mencintai seseorang dengan tulus. Dan aku ingin Hunter juga dapat merasakan betapa mencengangkannya perasaan mencintai seseorang. Aku berjanji aku tidak akan menyerah untuk membuatnya merasakan perasaan mencintai.
Hunter mengecup lembut rambutku, membuat jantungku berdetak dengan sangat kencang, mulutku bergetar begitu juga tubuhku dan aku tidak pernah merasa sangat emosional seperti sekarang atau mungkin juga seluruh hidupku. Air mataku menetes. This is not sad tears, but it was happy tears.
Sudah sekian lama aku merasa sendirian – sejak Kate sakit, aku merasa sendirian di dunia ini. Tapi, untuk pertama kalinya setelah sekian lama aku merasa ada seseorang yang akan selalu melindungiku dan mendampingku, it's like a home. Tempat dimana kau bisa berlindung, merasa aman dan dicintai. Hunter is my home.
"Sejak pertama melihatmu, yang ingin kulakukan hanya menodaimu dan memilikimu seutuhnya. Tapi, setelah mengenalmu – bahkan, untuk menyentuhmu aku seperti melakukan dosa. This is like a devil who wants to tarnish an angel."
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty of Possession (REPOST, FINISH)
RomanceHunter Presscot, the most wanted bachelor meminta bantuan Audrey Kosasih seorang pianis muda untuk menjadi tunangan palsunya. Semua rencana mereka berjalan dengan baik, hingga suatu perasaan baru membuat dua anak manusia merasakan apa yang dinamakan...
CHAPTER 24
Mulai dari awal