Pinky Swear

Mulai dari awal
                                    

“Sudahlah loser cepat katakan jangan membuang-buang waktu”

“Sabarlah sedikit tengil!” “Jadi...aku...kesini...ingin bertemu...bertemu...”

“Bertemu siapa? Janganlah bertele-tele loser” Zayn mendesakku tidak sabaran.

“Aku ingin bertemu orang yang aku temui di omegle..” “hey jangan tertawa, kau kan tadi berjanji tidak akan menertawakanku” aku memukul lengannya begitu ia menunjukkan tanda-tanda bahwa ia akan tertawa.

“Hahaha loser kenapa kau begitu mudah percaya dengan orang yang baru kau kenali di internet, kau kan bisa saja dibohonginya loser” Zayn berbicara sambil menahan tawanya.

“Yaa habisnya ia sangat baik padaku” “sudahlah tengil kau tadi berjanji tidak akan menertawakanku” aku pun memukul lengannya lagi sampai ia berhenti tertawa.

“Ok aku tidak akan tertawa lagi” Zayn mengatur nafasnya dan berusaha untuk tidak tertawa lagi. “Lalu dimana orang itu? Kau sudah bertemu dengannya?”

“Aku tidak jadi bertemu dengannya”

“Nah kan apa ku bilang, ia pasti hanya ingin mengerjaimu loser”

“Tolong jangan sok tau tengil, ia orang baik bukan sepertimu jadi tidak mungkin ia mengerjaiku” ujarku tidak terima.

“Oh jadi menurutmu aku orang jahat?”

“Menurutmu? Kau selalu bersikap kasar dan sinis padaku, apa itu yang dibilang baik?” aku membentak Zayn kesal karena tidak terima mendengar ia berkata yang macam-macam tentang Zac.

“Baiklah maaf jika selama ini aku selalu bersikap yang tidak baik padamu, aku berjanji aku tidak akan bersikap buruk padamu lagi mulai sekarang” Zayn memasang wajah serius sambil mengancungkan kelingkingnya yang langsung membuatku diam dan heran. “Ayolah loser, pinky swear” akhirnya Zayn mengambil jari kelingkingku dan mengaitkannya dengan kelingkingnya karena daritadi aku hanya diam saja melihat apa yang dilakukan Zayn.

“awww” aku mencubit pipiku sendiri setelah Zayn melepaskan kelingkingnya dari kelingkingku untuk membuktikan ini hanyalah mimpi –tidak mungkin sekali kan orang tengil seperti Zayn tiba-tiba menjadi baik- tapi ternyata ini bukanlah mimpi, Zayn benar-benar bersikap baik tadi.

“Hahaha kenapa kau mencubit pipimu sendiri? kau benar-benar aneh loser” Zayn tertawa melihat tingkahku tadi.

“Kau lebih aneh tengil, kenapa coba tiba-tiba kau berjanji akan bersikap baik padaku?”

“Aku..aku..aku hanya...aku hanya bosan saja selalu bertengkar denganmu setiap hari” Zayn menjawab tanpa melihatku, ia malah memandangi hujan yang kini sudah mulai berubah menjadi gerimis.

“Oh baguslah jika seperti itu,” “Zayn bagaimana jika kita pulang sekarang? Sepertinya hujannya mulai reda” aku bangun dari bangku yang ada di halte itu lalu berjalan ke pinggir halte dan mengadahkan kepalaku ke langit utuk melihat apakah langit sudah cerah lagi atau belum. Rintik-rintik airpun mengenai wajahku dan berhasil membuatku memejamkan mata untuk merasakan segarnya air yang baru saja jatuh dari langit itu.

“Tapi ini masih hujan” suara Zayn yang sepertinya berada sampingku membuatku membuka mata dan langsung menemukannya berdiri disampingku sedang mengadahkan tangan kanannya, mengecek apakah hujan sudah berhenti atau belum.

“Kau takut dengan hujan?”

“Tentu saja tidak Wen” “Tapi bagaimana kalau kita sakit? Besok kan kita harus sekolah” Zayn menanyaiku balik sambil mengeratkan jaketnya, sepertinya ia kedinginan.

“Gerimis seperti ini tidak akan membuat kita sakit Zayn, percaya padaku” aku mencoba meyakinkannya sekali lagi karena aku harus pulang sekarang, tadi ibuku berpesan agar aku tidak pulang terlalu siang karena kedua orangtuaku harus pergi dan tidak ada yang menjaga rumah, jadilah aku yang harus menjaga rumah.

“Baiklah aku akan mengantarkanmu pulang, tapi kau harus memakai jaketku” Zayn melepaskan jaketnya, terlihatlah ia memakai t shirt berwarna merah seperti warna t shirt yang akan dipakai Zac. “Hey cepat pakai ini” Zayn berhasil menyadarkan lamunanku yang sedang berpikir lagi kalau Zayn itu adalah Zac sambil memberikan jaketnya padaku.

“Kau saja yang pakai, aku tau kau kedinginan kan?” aku tau ia kedinginan terlihat sekali tadi ia sedikit gemetar.

“Tapi bajumu sedikit basah dan sangat tipis Wen,” ”Ayolah pakai jaketnya, bajuku masih kering kok jadi aku tidak terlalu kedinginan”  bujuk Zayn sambil menunjukkan t shirt merah kering yang sedang ia pakai.

“Tap..”

“Kalau kau tidak mau memakai jaketku kita tidak akan pulang sampai hujan benar-benar berhenti” Zayn memotong perkataanku dengan tegas, aku sendiri bingung kenapa ia sangat memaksaku untuk memakai jaketnya padahal aku tau sebenarnya ia kedinginan juga.

“Baiklah oke aku pakai jaketmu” akupun memakai jaket Zayn dan meresleting bagian depannya. “Puas?” tanyaku sedikit kesal sambil cemberut.

“Kau tambah jelek jika cemberut seperti itu Loser,hahaha” Zayn tertawa puas ketika melihatku cemberut. “Lagipula ini demi kebaikanmu sendiri, supaya kau tidak sakit Loser” aku hanya terdiam begitu Zayn berkata seperti itu, entah kenapa aku merasa ia sangat perhatian padaku. “Ayo naik, mengapa kau malah diam saja disitu Loser?” ternyata Zayn sudah menaiki sepedanya menungguku naik.

“Wait” aku pun menaiki sepeda Zayn dan berpegangan pada stang sepeda. “Zayn pelan-pelan ya” ujarku ketika Zayn akan menjalankan sepedanya.

“Nah itu dia rumahku Zayn” tunjukku ke sebuah rumah bercat biru muda yang sekarang sudah ada di depan kami. Zayn pun memberhentikan sepedanya tepat didepan rumahku dan menungguku turun.

“Terimakasih ya sudah mengantarku pulang” aku tersenyum padanya. “Hmmm bagaimana jika kau masuk kerumahku dulu, kau bisa meminjam baju Ayahku kalau kau mau” tawarku karena melihat bajunya yang basah akibat hujan tadi. “Zayn mengapa kau diam saja?” 

To be continue...

Makasih semuanya buat yang udah baca:)

Jangan lupa tinggalin jejak ya dengan coment/vote yaa;)

Kalo sampe part ini ga ada yg coment/vote juga mungkin aku lanjutin agak lama karena berasa ga ada yg baca jadi ngapain lanjutin buru-buru:(

ASL? (Zayn Love Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang