Saya menekan enam digit angka diatas papan kecil yang terpasang di pintu apartemen, hingga ia mengeluarkan suara 'klik' yang berarti berhasil dibuka.

Jemari saya menyentuh tombol lampu dekat pintu masuk sebagai kegiatan rutin yang pertama kali saya lakukan ketika masuk apartemen. Namun, mata saya terkejut ketika menangkap apa yang tersaji di hadapan saya sekarang.

Ruang tamu saya dipenuhi lilin-lilin bernuansa merah, tidak lupa hiasan di sekitarnya yang membuatnya makin cantik. Hamparan kelopak bunga di sekitarnya menambah suasana romantis. Saya tahu siapa pelaku utama yang mengubah ruangan ini, orang yang saya lupakan ketika bersama Nata tadi, Jojo.

Lima jam empat puluh delapan menit tiga puluh sembilan detik, membawa saya melangkah jauh, hingga lupa soal Jojo.

Lima jam empat puluh delapan menit tiga puluh sembilan detik, membuat saya terlena dan membelah hati saya.

Lima jam empat puluh delapan menit tiga puluh sembilan detik itu membuat saya amnesia tentang Jojo dan memenuhi ingatan saya soal Nata.

Saya dapati tubuh Jojo terkulai di kursi yang kepalanya diletakan tepat diatas meja makan yang saya paham ia tidak bermaksud untuk tidur di tempat dimana ia terlelap sekarang. Singkatnya, ia tidak sengaja tertidur.

Saya menghampirinya, tidak ingin mengganggu tidurnya yang lelap. Saya ikut menjatuhkan kepala saya di meja makan dan duduk di arah berbeda dengannya. Saya tatap Jojo yang terlelap. Raut wajahnya menjelaskan kalau ia sangat lelah. Saya tahu Jojo bukan orang yang punya waktu banyak, tapi ia selalu menyempatkan waktu melakukan hal-hal seperti: contohnya yang ia lakukan terhadap ruang tamu apartemen saya.

 Saya tahu Jojo bukan orang yang punya waktu banyak, tapi ia selalu menyempatkan waktu melakukan hal-hal seperti: contohnya yang ia lakukan terhadap ruang tamu apartemen saya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jojo menggerakan kepalanya, sepertinya ia sudah menyadari keberadaan saya. Matanya terbuka persis di hadapan saya sekarang, tanpa merubah posisinya, kami saling menatap.

"Kamu udah sampe??" Suara Jojo yang pelan namun tetap terdengar gentle adalah favorit saya.

Saya balas dengan anggukan pelan.

"Kamu sendiri yang dekor itu semua?" Tanya saya.

"Iya, kamu suka?"

Saya mengangguk lagi, sedikit tersenyum "Dari jam berapa kamu dekor itu dan tunggu aku?"

"Gak lama kok"

"Jam berapa, sayang?" Saya tahu pasti ia berbohong soal 'gak lama' . Jojo, bukan orang yang gemar membiarkan saya khawatir. Dan saya juga percaya kalau mendekor ruang tamu apartemen saya tidak secepat memasak air rebus. Ia pasti sudah berada disini sejak sore dan menunggu saya untuk waktu yang lama.

"Aku dekor itu dari jam 4. Selesai sekitar jam 6 mungkin. Setelah itu aku tunggu kamu"

"Kamu gak meeting? Kamu bohong?"

"Aku meeting, baby. Tapi, bukan jam 5 hehe maaf ya aku bohongin kamu. Supaya aku bisa dekor ini"

"Jo....... " Tangan saya sudah menyentuh pipinya sekarang yang kemudian di sentuhnya lembut. Saya lupa kalau sekarang saya sedang berpacaran dengan Jojo, yang kegemarannya adalah melakukan hal-hal kecil penuh arti yang saya tidak pernah terpikir sebelumnya oleh saya sendiri. Saya terenyuh.

"Sorry is its too late. I'm too busy with all of my office stuff"

Entah kenapa, semua perlakuan Jojo sekarang membuat saya merasa bersalah telah melalui lima jam empat puluh delapan menit tiga puluh sembilan detik tanpa izin dia. Membuat saya merasa saya mencurangi lelaki sebaik Jojo, membuat saya makin ingin menangis.

Saya dekatkan tubuh saya kearahnya. Yang kemudian mengaitkan tangan saya diantara pinggangnya. Saya mendekapnya.

"Kamu kenapa?"

"Jo, please stay for tonight"

"Did something happen, dear?"

Hati saya membalasnya lewat pikiran saya: yes Jo. There's something happen. And that's a big deal. Aku sudah mendistraksi hatiku yang biasa aku berikan utuh buat kamu. Iya, Jo. Ada masalah besar, aku bahkan sempat melupakanmu tadi di lima jam empat puluh delapan menit tiga puluh sembilan detik.

Yang sudah bisa dipastikan saya tidak benar mengucapkannya dengan bibir. Saya biarkan itu menjadi suara hati saya saja.

"No, i just want you to be my side tonight. Let me hold you like this"

"I always be here" Tangan Jojo sekarang ikut melindungi tangan saya yang telah lebih dulu melingkarkan diantara pinggangnya.

"Walapun ini telat, happy valentine's day, Mine" Ujarnya di telinga saya.

"Happy Valentine's Day too, Jorell"

Seorang NataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang