"Alhamdulillah" Seru mereka bersamaan

"Pasien ingin bertemu dengan istrinya juga dokter Rezky. " Ucap perawat itu.

Tanpa sadar Ali menarik lembut tangan Prilly masuk ke dalam ruangan tempat Digo berada. Sedangkan Prilly bagai robot yang entah kenapa kehilangan kesadaran saat tangan besar Ali melingkupi tangan mungil miliknya.

"Sa...sayang." Digo merentangkan sebelah tangannya meminta Prilly mendekat.

"Kakak, jangan banyak ngomong dulu. Kakak istirahat ya. Biar nanti cepet sehat dan bisa nemenin Prilly lahiran anak kita. " Digo menjawab dengan senyuman yang selalu bisa membuat hati Prilly hangat.

"I...iya tapi kamu harus denger kakak ngomong dulu. "

"Gak, Prilly gak mau denger. Pokoknya kakak harus diem dan istirahat. " Prilly tetap kekeh tak mau mendengarkan apa yang di katakan oleh Digo.

"Please" Mohon Digo, Prilly hanya dapat mengehembuskan nafas kesal lalu mengangguk sebagai jawaban. "Kakak, gak tau sampai kapan kakak bisa bertahan. Ssst jangan di potong dulu. " Ujarnya karna istri mungilnya sudah akan membuka mulut untuk protes. "Umur manusia memang hanya Allah yang tau, tapi kakak ingin berpesan sama kamu. Jika Allah mengambil kakak, suatu saat nanti. Kakak minta kamu menikah dengan Ali. "

Jdeeeeeer

Kilatan petir itu rasanya menyambar tepat di hati Prilly. Mana mungkin dia menikahi Ali yang notabenenya adalah adik ipar, meskipun usia Ali di atasnya.

"Kakak pasti sembuh. Kakak pasti sembuh. Kakak pasti sembuh. " Ucap Prilly berulang-ulang.

Dia tak akan sanggup kehilangan Digo. Lelaki dingin dan arogan, namun bisa meluluhkan Prilly dan ke dua orang tuanya. Dapat membawa Prilly dari keterpurukan di masa lalu yang sangat menyakitkan, serta membuat trauma masa lalu itu sirna dari hidupnya. Dia akan mati bila Digo meninggalkannya.

"Dengerin kakak. Kakak gak akan sanggup lagi buat jagain kamu dan anak kita, kakak gak akan sanggup lagi buat kamu bahagia. Anggap saja ini adalah permintaan terakhir kakak. "

"Kakak gak boleh ngomong gitu. Prilly yakin kakak sembuh. " Perkataan Digo membuat Prilly takut dan marah. Dia tidak mungkin menikah dengan Ali, dia tidak mau.

"Kakak hanya minta itu dari kamu, sayang. Karna hanya Ali yang kakak percaya bisa menjaga dan membahagiakan kamu serta anak kita. "

Prilly berjalan keluar meninggalkan Digo dan Ali tanpa mengucapkan apapun, hanya air mata yang terus mengalir di pipinya.

"See, dia gak mau kak. Please jangan lo paksa. Gue juga bakalan berusaha buat nyembuhin penyakit sialan yang ada dalam tubuh lo. "

"Gue ngelakuin ini karna gue tau sebenernya lo juga Cinta sama Prilly. " Ucap Digo dengan susah payah.

Deg, kak Digo tau kalau sebenernya gue juga Cinta sama Prilly? Astagfirullah, apa ini yang menyebabkan penyakit sialan itu datang lagi? Apa karna gue?

Digo tersenyum melihat wajah terkejut Ali. "Lo gak usah merasa bersalah sama gue Li. Mungkin awalnya gue marah karna lo udah lancang jatuh Cinta sama kakak ipar lo sendiri, tapi gue juga gak bisa nyalahin lo untuk perasaan Cinta lo itu. Hanya Allah yang memiliki kekuasaan membolak-balik hati manusia. " Ucapan Digo melunturkan ketegangan di wajah Ali.

"Maafin gue kak. Gue udah lancang jatuh Cinta sama Prilly yang notabenenya istri lo. Gue selalu berusaha keras hilangin perasaan ini tapi maaf gue gagal buat rasa itu pergi dari hati gue. Gue juga gak tau kenapa perasaan itu bisa dengan lancang tumbuh di hati gue buat Prilly. Maafin gue kak. " Sesal Ali, menundukkan kepalanya.

"Gak, gue udah bilang lo gak salah. Mungkin ini udah jalan hidup gue, jodoh gue sama Prilly sampai di sini. Gue mohon sama lo. Jagain dia buat gue, bahagiain dia. "

Sebelum Ali menjawab, tiba-tiba Digo merasakan nafasnya sesak. Ali panik dan berlari memanggil dokter lain, dia tidak mungkin bisa menangani Digo jika keadaannya panik seperti ini.

Di tempat yang berbeda namun waktu yang sama Prilly merasakan perutnya sakit. Saat hendak berdiri dia merasakan ada yang keluar dari sela pahanya. Salah seorang perawat yang melihat itu langsung menuntun Prilly dan meminta perawat lain untuk membawa kursi roda, saat melawati ICU sontal Ferry, Erma dan Ali terkejut melihat Prilly merintih kesakitan.

"Ada apa ini? " Tanya Ali.

"Maaf dokter Rezky, saya melihat ibu ini kesakitan di Taman rumah sakit dan air ketubannya juga sudah pecah, sepertinya ibu ini akan melahirkan. " Jawab perawat yang membantu Prilly. Erma mendekati Prilly dan meremas tangan menantunya.

"Tahan ya sayang, kamu pasti kuat. "

"Sakit bun. " Rintih Prilly sambil terisak. "Aku mau melahirkan di samping kak Digo. "

Erma melirik Ali dan suaminya. Ferry mengangguk tanda menyetujui permintaan Prilly. Ali memanggil sahabatnya, Rissa yang merupakan dokter kandungan untuk membantu Prilly melahirkan.

Prilly dapat melihat dokter sedang membantu Digo. Saat ini dia harus berjuang untuk buah hatinya, dan juga akan berjuang merawat Digo agar Digo kembali pulih.

Dokter Rissa menuntun Prilly untuk melahirkan anaknya.

Oeeeek oeeeek oeeeek

Tiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiit

Ali yang menemani Prilly melahirkan menolehkan kepalanya saat mendengar suara nyaring yang membuatnya meneteskan air mata kesakitan pertamanya kala dokter yang menangani Digo melihat kearahnya sambil menggelengkan kepala. Sementara Prilly tak sadarkan diri karna kelelahan seusai berjuang melahirkan bayi mungil yang tampan.

Gue bakalan penuhi permintaan lo kak. Gue akan menjaga dan membahagiakan dua orang yang paling lo sayang. Selamat tinggal.

❤❤❤

Huaaaaaa kakak Digo meninggal, Prilly jadi jendes deh.

Gimana kelanjutannya? Apa Prilly akan melaksanakan permintaan Digo menikah dengan Ali? Atau justru dia membesarkan anaknya dan Digo sendiri?

Oh iya, mumpung inget. Qie itu lagi banyak kerjaan banget, mungkin sampai Bulan mei atau juli jadi qie bisa update cerita itu dua cerita dalam seminggu. Nah cerita apanya itu tergantung readers semua. Misal nih, BMP+MT atau BMP+CARS atau BMP+KAMU MT+CARS atau MT+KAMU. Terserah kalian deh pokoknya. Qie ambil suara terbanyak.

💜Qie

Prabumulih, 03 Maret 2017

Kamu (COMPLETED) (Repost)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang