Part. 7 Ferris Wheel

Mulai dari awal
                                    

"William...."

"Yes Victoria?"

"I want you to kiss me. And promise me that you will always be in my side."

Ibu jari William mengusap bibir Victoria. Bibir itu merekah oleh sentuhan William. Tatapan matanya dan Victoria terkunci beberapa saat. "I am William Howard. And I promise to my beloved Victoria, that I will always love her, and it will be forever." William berbisik begitu dekat dengan wajah Victoria hingga wanita itu dapat merasakan hembusan nafasnya yang hangat.

William mendekatkan wajah nya dan menempelkan bibir nya ke bibir lembut seperti sutera di hadapannya. William menarik nafas sebelum akhirnya melumat mulut Victoria dengan hasrat yang dalam dan penuh kerinduan. Victoria melingkarkan tangannya di leher William.

Tangan William mengusap wajah Victoria, meremas leher dan bahu nya ketika mulutnya terus menghisap dan mengecap manis bibir Victoria. William pandai mencium, keahlian yang belum pernah Victoria ketahui sebelumnya. Ciuman terindah di atas bianglala. Momen terindah dalam hidup Victoria.

Ketika akhirnya William mengangkat wajahnya, Victoria masih terpejam. Kemudian ketika dia membuka matanya, victoria merasa bibir nya bengkak dan memerah. Dia menjilati bibir nya. Pipi nya terasa panas dan merona.

"Take me home." Victoria berbisik.

Bianglala berhenti berputar. Dan mereka telah berada di bawah dari bianglala. William memandang Victoria dan meraih jemari Victoria dan menuntunnya turun dari tempat duduk bianglala dan membawanya berjalan hingga ke tempat William memarkirkan mobil nya.

Dalam diam, William terus melajukan mobilnya. Satu tangannya masih terus menggenggam tangan Victoria. William sesekali memandang Victoria dan membalas senyumannya. Perjalanan pulang menuju rumah nya belum pernah terasa jauh seperti ini sebelumnya. Dia mempercepat laju kendaraannya.

Beberapa menit kemudian William memasuki gerbang dan memarkirkan mobil nya di depan pintu rumah nya. Dia membiarkannya begitu saja. Dia menuntun Victoria keluar dari kendaraan dan seorang pelayan membukakan pintu untuk mereka.

William menautkan jari mereka dan membawa Victoria ke dalam rumah. Victoria selalu mengira bahwa kediaman William adalah rumah minimalis yang sederhana seperti yang selalu pria itu ceritakan padanya. Namun apa yang dilihatnya saat ini tidak sama dengan apa yang ada di dalam bayangannya. Victoria selalu menolak kebaikan William ketika pria itu menawarkannya untuk tinggal di rumahnya. Dia tidak ingin memberikan harapan palsu untuknya. Hingga hari ini, dimana Victoria memutuskan untuk membuka hatinya yang dulu tertutup rapat.

Mereka menaiki anak tangga yang lebar dengan pilar pilar kecil berwarna putih, menyusuri koridor dengan karpet merah terbentang sepanjang jalan. Lalu William membuka sebuah pintu kamar dan menarik Victoria masuk ke dalamnya. Ketika William menutupnya, dia menyudutkan tubuh Victoria pada dinding dan dengan satu tarikan nafas dia melumat bibir Victoria. Melanjutkan apa yang telah Victoria tawarkan kepadanya.

"Victoria....are you sure about this?" Suara William terdengar berat dan suara nafasnya semakin cepat memburu menerpa wajah Victoria.

Victoria mengangguk pelan dan mengulum bibir nya. Isyarat yang cukup menjawab keraguan William. Victoria meletakkan jemari nya di dada William dan membuka kancing kemeja itu satu per satu sebelum meloloskannya melalui bahu William yang padat dan kencang. Victoria menyusuri keindahan tubuh William yang berotot, yang selama ini tertutup oleh pakaian nya. Jari Victoria bermain di pusar William sebelum turun untuk membuka gesper dan menurunkan retsleting celana nya. Tatapan William panas memperhatikan Victoria yang terus menggoda dengan jemari nya.

Tangan Victoria menangkup kejantanan William dan itu cukup membuat William mengerang sebelum akhirnya mengangkat tubuh Victoria dan menggendong nya lalu membaringkannya ke atas tempat tidur.

William melepaskan cardigan Victoria lalu membebaskan gaunnya. Dia kemudian mencium wanita itu lagi dengan kelembutan yang sama. Dan terus mencumbunya hingga sekujur tubuh Victoria dilanda kenikmatan. Penyatuan mereka pun begitu indah. Erangan demi erangan terlontar dari bibir Victoria dan William. Victoria seakan dibawa melayang hingga ke surga. Dan ketika kenikmatan itu pun berakhir, Victoria masih merasakan kebahagiaan yang terukir di dalam senyumannya. Cinta membuat segalanya menjadi lebih indah.

***********

Suara ponsel membangunkan mereka berdua yang sedang tertidur dengan tubuh yang masih saling berpelukan. William turun dari tempat tidur, dia mengenakan celana boxer dan meraih ponsel di atas meja kerja nya. Victoria memperhatikan William berbicara dengan seseorang dibalik ponsel nya. Dia mendengar William menyebutkan nama Anna.

"Ada masalah, Will?" Victoria menopang dagu dengan kedua tangannya dan berbaring telungkup menatap William.

"Anna yang tadi menghubungiku. Kami selalu memiliki janji bertemu dua minggu sekali di hari libur." William menyisir rambutnya yang kusut dengan jarinya. Gerakan lengannya yang padat membuat nya semakin terlihat kuat dan gagah. Victoria baru menyadari bahwa pria itu sangat tampan.

"Aku bisa membatalkannya jika kau tidak ingin aku pergi." Ucapnya lagi.

"Aku akan ikut denganmu." Ucap Victoria membuat dahi William berkerut.

"Kau yakin?" William melipat kedua tangannya di dada. "Tapi disana ada ayah dan ibu tiri sang anak yang mungkin tidak ingin kau lihat keberadaannya."

Victoria mengulum bibir nya. Dia tersenyum lebar menampakkan deretan gigi nya yang rapi. "Terkadang ada saat dimana kau harus menghadapi masalah, bukan terus bersembunyi dan lari darinya."

William mendekati Victoria dan mengecup kening nya. "Aku akan membantumu melupakannya." William menyerbu Victoria dan menindihnya.

"Hei....aww!" Victoria tertawa lepas ketika William menggerayangi tubuh nya dengan mengelitiknya. Dan William tertawa bersamanya.

*************

The Pursuit of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang