Aku menggeleng pelan. "kamu sudah siap?"
"apa yang kamu lihat sekarang De?" tanyanya sambil memberi gesture padaku tentang penampilannya. "tentu saja aku sudah siap. Aku memanggilmu daritadi, tapi kamu malah sibuk melamun. Apa yang kamu pikirkan?"
"tidak ada"
Isandra menatapku skeptis.
"ya tidak ada" ujarnya sarkatis. "ayolah kita pergi sekarang. Aku sudah tidak sabar ingin berkeliling kota" ujarnya dengan mata berbinar-binar. aku tersenyum kecil melihatnya bersemangat. Dia terlihat seperti anak kecil.
"baiklah" ujarku sambil berdiri. Aku kembali mengenakan jaket kulitku yang tadi sempat aku lepas saat tiba di mansion. "jadi kemana kita akan pergi mi'lady"
Isandra terkekeh pelan dan menggeleng. "terserah. Aku tidak peduli asalkan aku bisa pergi"
"baiklah. Ayo kita jalan sekarang" aku menawarkan lengan pada Isandra yang langsung diterimanya dengan senang hati. Kami berjalan keluar. Aku memutuskan untuk menggunakan mobil Range Rover SUV agar Isandra tidak curiga seperti sebelumnya. Saat aku mengenakan jas abu-abu armani. Saat itu aku lupa kalau Isandra sendiri di mansion, jadi setelah aku bertemu dengan Adrian di Penthouseku, tanpa mengganti baju aku langsung pergi. aku sangat ceroboh saat itu dan aku tidak mau mengulangnya. Belum saatnya dia tahu rahasiaku. Tidak sekarang, tapi nanti menunggu waktu yang tepat. "well hal pertama yang harus kita lakukan adalah makan siang"
Isandra mengangguk pelan. "kamu benar" lalu dia melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. "sebentar lagi jam makan siang. Ada rekomendasi? Dan kalau bisa jangan restaurant mahal ya"
"kenapa kamu berkata seperti itu?"
"biasanya pria lebih suka mengajak wanita kencan ke restaurant mahal. Mau tau alasannya?" aku mengangguk. Penasaran dengan teori yang dia buat sendiri. "agar si wanita memuji si pria dan si pria bisa mendapatkan satu malam dengan si wanita tanpa protes. Benarkan?" aku terkejut. Untuk wanita yang tidak pernah menyentuh dunia luar. Dia tahu apa yang dia maksud, tapi memang itu kenyataannya. Mungkin sedikit berbeda denganku. namun kebanyakan pria memang seperti itu.
"kamu benar. Tapi apa hubungannya denganku?"
"aku hanya bilang. Aku tidak melarangmu untuk makan siang di restaurant. Lagian ini bukan kencan, hanya sekadar pergi dengan teman, tapi aku lebih suka makan di café kecil."
Entah kenapa aku merasa sedih mendengar ucapannya barusan. What the hell? "hmm baiklah" Isandra tersenyum lebar kearahku. Lalu dia memalingkan wajahnya ke jendela. Aku menghela napas. Ini sama sekali bukan gayaku. Mengajak wanita makan siang di café kecil bukan sebuah restaurant mewah. Wanita yang kencan denganku, bahkan wanita yang hanya menjadi one night stand selalu aku bawa ke restaurant mewah. Walaupun mereka yang meminta. Tapi, wanita disebelahku ini malah sebaliknya.
"kamu tau Rodriguez Empire?" Tanya Isandra tiba-tiba. Bahuku menegang. Kenapa tiba-tiba dia bertanya mengenai perusahaanku?
"umm iya aku tau ada apa memangnya?" jawabku kaku.
"aku tidak pernah melihat pemiliknya di acara interview. Dia juga tidak pernah punya scandal juga. Sedangkan perusahaan itu sangat besar. Aku jadi penasaran seperti apa CEO perusahaan itu. menurutmu dia pria atau wanita?" Isandra menoleh kearahku.
"entahlah. Aku juga tidak tahu. mungkin saja CEOnya tidak mau menjadi sorotan media dan sangat mementingkan privasinya" gumamku. Aku tidak percaya kalau aku membicarakan diriku sendiri dengan orang lain.
"lupakan. aku hanya mau katakan di dekat gedung kantor Rodriguez Empire ada café. Disana cafenya terkenal karena enak. Kamu pernah dengar LitCoffee Café? Aku ingin sekali kesana saat melihatnya di salah satu acara di TV" seketika aku membuang napas lega. Entah kenapa aku merasa gugup dan tegang saat Isandra mengungkit soal perusahaanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
His Secret ✔ [Karyakarsa]
RomanceTERSEDIA DI APLIKASI KARYAKARSA. "Every man has his secret sorrows which the world knows not; and often times we call a man cold when he is only sad." ― Henry Wadsworth Longfellow ------------------------------------------------------- for mature r...
Bab 5| Our Little Moment (Dean POV)
Mulai dari awal