{26} all i want is to see you happy

Mulai dari awal
                                    

"Pada ngga pulang? Udah malem, besok sekolah, inget, jangan sampe kesiangan," kata Desi mengingatkan, jam sudah menunjukkan pukul 11 malam.

"Ngga berasa udah jam segini aja," Arya berdiri dari sofa tempatnya duduk, diikuti Gavin dan Raka.

"Yaudah Tante, kita pulang ya, makasih lho, masakannya enak banget!" puji Raka, Desi tersenyum senang, Rani mendengus kesal.

Yah gede rasa kan tuh Mama jadinya.

"Sama-sama, Ka!" Rani yang menjawab ucapan Raka, Desi menatap Rani kesal.

"Pamit ya, Tan," Gavin membungkuk lalu menyalam tangan Desi, Raka dan Arya melakukan hal yang sama.

"Iya, hati-hati ya, udah malem."

"Iya, Tan."

Mereka bertiga jalan keluar dan mengendarai motornya menjauhi rumah Rani.

Rani langsung naik ke tangga, dan masuk ke dalam kamarnya, Rani membuka tas yang dibawanya ketika pergi ke tempat les tadi, untuk mengambil ponselnya.

Rani mengecek ponselnya, sama sekali tidak ada notifikasi dari Ethan yang mengucapkan selamat ulang tahun padanya.

"Ini Ethan lupa apa gimana? Masa Arya ngga bilang mau ke rumah gue?" Rani menggumam, masih memegangi ponselnya.

Rani membuka social media yang dia punya, berkali-kali, tanpa tau apa tujuannya, dirinya sama sekali merasa tidak mengantuk, berharap Ethan akan mengingat dan sekedar memberikannya ucapan.

Rani melihat jam di bagian atas ujung ponselnya, tanpa terasa jam sudah menunjukkan pukul 12.01, berarti hari ulang tahunnya sudah lewat.

Ethan benar-benar melupakannya, Rani ingin menaruh ponselnya di atas nakas, namun ponselnya bergetar, ia memutuskan untuk mengeceknya.

Mata Rani berbinar senang, setelah mengetahui Ethan yang mengiriminya pesan singkat itu.

Ethan Ganendra: happy birthday.

Aulia Maharani: ternyata lo inget

Aulia Maharani: makasih Than, kenapa lo ngga datang tadi?

Ethan Ganendra: lo masih bangun?

Aulia Maharani: iya

Aulia Maharani: emang kenapa?

Ethan Ganendra: oh

Aulia Maharani: iya *read*

"Lah, di read doang," gumamnya lagi.

Rani memutuskan untuk tidak segera tidur, ia masih ingin menunggu Ethan membalas pesannya.

Sudah 10 menit, Ethan tak kunjung membalasnya, Rani memutuskan untuk kembali mengirimnya pesan singkat.

Baru saja Rani ingin memencet kolom obrolannya dengan Ethan, Ethan sudah terlebih dahulu mengirim pesan.

Ethan Ganendra: ran

Aulia Maharani: knp

Ethan Ganendra: gue depan rumah lo

Rani langsung menjatuhkan ponselnya ke atas kasurnya, melirik jam weker di kamarnya, yang benar saja, untuk apa Ethan datang tengah malam begini?

Rani dengan cepat menuruni tangga rumahnya, tetapi tentu saja dengan hati-hati, karena jika Desi tau, Rani akan terkena omelan karena jam segini belum tidur, kecuali jika besok libur, mungkin Desi tidak akan marah.

Rani membuka pintu rumahnya dengan perlahan, terlihat mobil terparkir di depan rumahnya, Ethan tidak menggunakan motornya, namun menggunakan mobil Tania.

Rani berlari kecil ke pagar rumahnya, lalu membuka pagar itu perlahan, dan menutupnya kembali. Rani masuk ke dalam mobil Ethan, Ethan hanya diam, membuat Rani juga ikut terdiam.

"Happy birthday," ucap Ethan sekali lagi, Rani tersenyum.

"Kenapa tadi ngga ke rumah?"

"Ngga papa," Ethan menyalakan mesin mobilnya, Rani tersentak kaget.

"Than, ini udah tengah malem, emang mau ke mana?"

Ethan tidak membalas ucapan Rani, ia tetap menjalankan mobilnya, sama seperti malam itu, tanpa arah, hanya mereka berdua.

Ethan kembali berhenti di tempat itu, tempat terakhir Rani dan Ethan benar-benar menghabiskan waktu bersama-sama.

"Turun," kata Ethan.

Rani terdiam sebentar, namun kemudian turun dari mobil Ethan, setelah Rani turun, Ethan juga ikut turun.

Mereka kembali duduk di tempat yang sama, duduk di sembarang tempat, tanpa ada seorang pun, tanpa bintang yang menghiasi langit, hanya ada mereka berdua, ditemani bulan yang menyaksikan mereka.

"Lo kenapa ngga dateng?" Rani kembali mengulang pertanyaan yang sama, karena merasa belum puas dengan jawaban Ethan.

"Gue nyari kado buat lo," jawab Ethan pada akhirnya. "Gue bingung, mau ngasih apa."

Rani tertegun sebentar, Ethan ingin memberikannya hadiah?

"Gue ngga perlu, Than," kata Rani. Rani mendekat ke arah Ethan. "Lo di sini, sama gue, udah cukup."

Ethan menoleh ke arah Rani, kemudian menangkup pipi Rani dengan kedua tangannya, merupakan satu hal yang Rani sukai dari Ethan.

Ethan menarik pinggang Rani, tidak menyisakan jarak antara keduanya. Tatapan Ethan sekaan menghipnotis Rani lagi, sungguh, Rani sangat benci sekaligus menyukai semua perlakuan Ethan pada dirinya.

"Lo. Lo sama Ara, gue liat lo pulang sama dia, lo bonceng Ara, dia meluk lo," ucap Rani pelan.

"Gue ngga ngerti sama lo, Than. Lo cuma dateng, terus pergi seenak yang lo mau. Lo perlakuin gue seakan-akan lo bisa datang kapan pun ke gue, lo minta gue ngejauh, sekarang lo bawa gue ke sini lagi." Rani memandang Ethan dengan tatapan yang sulit diartikan, namun Ethan tetap diam, sambil memandangi Rani.

"Gue ngga bisa begini, maksudnya kita ngga bisa kayak gini terus. Lo keliatan senang aja sama Ara, gue juga gitu, gue udah punya Arya, yang nunggu gue."

Ethan tersentak mendengar ucapan Rani, namun mulutnya seperti sulit sekali untuk berbicara.

"Gue seneng kok kalo lo juga seneng," kata Rani lagi. "Walaupun bukan karena gue."

Ethan tetap diam.

"All I want is to see you happy," Rani kembali berbicara. "Tapi gue sadar, gue punya Arya, punya temen-temen gue yang lain, punya kehidupan yang baik. I don't need you for my happiness."

Dan Ethan kembali tertegun, ia semakin bingung, Rani akhirnya memilih untuk berdiri dan melangkah menjauhi Ethan.

---

Maaf banget semakin ke sini makin jelek aja ceritanya, belakangan ini selalu bingung mau nulis kayak gimana. Jadi ya gitu.

Tetap vomments ya, vomments dari kalian buat author makin semangat lanjutinnya!💓

Beauty And The Bad Boy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang