Revenge and Love [Completed]

3. Istana Tanpa Suara & Tangisan Maura

***

"Papa nggak pulang lagi ma?"

Di meja makan keluarga, Maura menyantap soup iga kesukaannya spesial buatan mama.

"Kan kamu tahu, papa masih ada pertemuan di Beijing?"

"Maura mengangguk, mencoba memahami sisi sibuk sang papa yang hanya akan ia temui satu kali dalam satu bulan"

"Oh iya, papa ada ngirim sesuatu buat kamu tadi pagi, diantar sama salah satu pelayan toko hadiah yang dipilihin papa special buat kamu"

"Apa itu?"

"Kamu lihat saja nanti di ruangan tengah, semoga kamu suka ya"

Maura mengangguk mengiyakan, senyum indah sang Mama membawa teduh jiwa Maura, segala apapun yang ia alami di sekolah tak pernah sekalipun ia ceritakan ke Mama, baginya rumah adalah tempat untuk melepaskan berbagai penat, ia mengelap bibir dengan lap tipis bersih dari atas meja makan, bersama mama ia ingin ditemani untuk keruangan tengah sembari menebak-nebak, apa lagi hadiah kejutan yang ia dapatkan dari papa.

Langkahnya tercekat, ada sebuah benda yang berdiri kokoh membinarkan perasaan Maura saat ia mendekati matanya berkaca, rembesan tangis bahagia seketika ia menutup mulut dengan kedua tangan saking terkejutnya.

"White Baby Grand Piano?" Mama mengangguk, ia membalas pelukan mama, jauh dari harapan, dulu almarhum papa sempat berjanji untuk membelikan ia Upright Piano jenis piano vertikal yang paling populer dengan tinggi antara 40-43 inchi.

"Sekarang kamu bisa asah lagi bakat kamu"

"Kenapa papa beliin yang jenis ini?. Ini nggak murah ma, aku pernah lihat saat pameran pentas musik, White Baby Grand dijual dengan harga yang cukup tinggi"

"Itu pilihan Papa kamu, jadi kamu terima saja ya"

Maura menatap Piano di hadapannya, dengan menekan tangga nada, ia memulai permainan Piano pertamanya dari simfoni Beethoven yang tiap gerakan menjadi jalinan sebuah cerita, dimana pada setiap gerakan terdengar ornamen-ornamen yang mengejutkan pendengar. Sebuah simfoni yang sarat dengan orkestrasi yang indah. Maura tersenyum lepas dengan kiasan makna bahagia yak tak dapat ia rangkai dengan kata-kata, senyumnya tampak meronakan ekspresi bahagia.

***