Gone Step: Champagne Supernova

Mulai dari awal
                                    

Sekitar 15 menit dihajar tanpa ampun, Bumbum pun akhirnya menyerah. Tubuhnya mulai kehilangan tenaga dan tersungkur. Sekarang gantian, kaki mereka yang menganiaya tubuh Bumbum lewat tendangan keras yang membuat Bumbum cuma bisa mengerang menahan sakit di tubuhnya.

"Rasain lo kampret." Hardik lawannya penuh dendam dan melampiaskannya lewat tendangan ke tubuh Bumbum.

"Woi, apa-apaan kalian?" Teriak pihak keamanan yang melihat aksi mereka.

Satpam kampus berlari mendekati kawanan itu berusaha menolong Bumbum yang jadi korban mereka.

"Woi berhenti enggak." Seru satpam pada mereka.

"Eh, satpam tuh. Kabur." Kata salah satu dari mereka mengingatkan teman-temannya buat kabur.

Merekapun berlari cepat ninggalin jasad, eh jasad lagi. Wajah lo sih Bum kayak mayat aja, maksud gue ninggalin tubuh Bumbum begitu saja.

Bumbum terbatuk-batuk karena darah yang mengalir ke dalam mulutnya.

"Kamu enggak papa?" Tanya satpamnya saat menunduk di samping Bumbum.

"Eh tolong, bantu diangkat. Kita harus bawa dia ke rumah sakit." Kata satpamnya kepada teman jaganya.

Mereka berdua pun membopong tubuh Bumbum menuju mobil patroli kampus dan membawanya ke Rumah Sakit Medika.

Jagad yang menerima kabar pemukulan Bumbum langsung bergegas menuju Rumah Sakit Medika. Batinnya merasa bersalah karena ulahnya, Bumbum yang kena batunya.

Di parkiran rumah sakit, sosok Erik ia temui dengan wajah garang penuh emosi.

"Bumbum di mana bang?" Tanya Jagad panik.

"Di Ruang Melati tiga lantai satu." Jawab Erik singkat. Wajahnya seperti lagi enggak pengen banyak omong hari ini.

"Abang enggak masuk?" Tanya Jagad.

"Lo duluan dulu, anak-anak rame tuh di dalem. Gue nungguin Ciko dulu." Tuturnya dingin.

Jagad bisa merasakan aura kemarahan yang sangat dari super seniornya ini.

Jagad memutuskan masuk ke dalam. Tangan Jagad membuka pelan pintu kamar tempat Bumbum dirawat. Matanya kemudian menangkap teman-teman fakultasnya yang rame menjaga Bumbum. Jagad melangkah pelan mendekat.

"Bang." Tegur salah satu juniornya.

"Gad" Tegur Rudi dan Rizal yang memandangnya kaku.

Jagad menerobos mereka enggak menjawab menuju samping ranjang Bumbum.

"Bum..." Tuturnya lemah saat melihat kondisi Bumbum yang hancur parah.

"Bang." Jawabnya lemah.

Mata Jagad perlahan menyinarkan api emosi melihat kondisi Bumbum. Tangan Jagad perlahan meraih tangan Bumbum dan menggenggamnya.

"Buat mereka 10x lebih menderita ketimbang penderitaan saya yang abang liat ini." Pinta Bumbum pelan diselingi ringisan menahan sakit karena tubuhnya yang masih sakit setiap kali ia berbicara.

"Ssstt, lo diem aja. Jangan banyak ngomong." Seru Jagad pelan.

Ia melepas genggamannya perlahan dan membalikkan tubuh melangkah ke tempat duduk yang disiapin buat pembesuk pasien.

Tatapan Jagad seperti lagi mikirin sesuatu. Bola matanya terlihat mengkilat geram. Nafasnya menderu berat karena lagi menahan emosi.

"Kita enggak bisa diem aja, Gad. Kita harus balas perlakuan ini." Bisik Rizal yang menyusul Jagad dan duduk di sampingnya.

JAGAD RAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang