27 - Azure On The Edge

Start from the beginning
                                    

Suara debum hebat bergema di langit-langit dan gelombang angin muncul, meluap hingga menerbangkan segala sesuatu yang ia lalui. Tidak terkecuali diriku yang kini melindungi Leon dan Vira.

Karena saat ini aku berdiri di depan mereka berdua agar tubuh mereka tidak terapung dan jatuh ke dalam jurang atau menghantam batu raksasa yang mungkin saja langsung menguras HP mereka hingga habis.

"Wah wah ... aku tak mengira Skill ini begitu luar biasa."

Sambil tersenyum girang, kuperhatikan pedangku yang kini terlapisi oleh sebuah cahaya samar keabuan. Garis bayangnya tampak menyatu dengan keseluruhan bentuk pedangnya. Bahkan aku dapat merasakan sesuatu yang mengalir masuk melalui pedang ini.

"Hoho ... sepertinya ini sangat menarik, terlebih lagi dengan topeng yang kupakai~"

Dalam konteks yang logis, sebuah topeng tanpa adanya dua buah lubang yang di gunakan sebagai penglihatan pastinya akan sangat merepotkan. Karena sama saja tak bisa melihat apa-apa. Tetapi beda kasus dengan topeng yang kupakai saat ini.

Topeng ini membiarkanku agar dapat bebas melihat keluar alias tembus pandang. Sehingga aku bisa melihat jelas apa yang berada di depanku ataupun bahkan dengan semua warna yang kulihat saat ini. Tidak menutup kemungkin suatu saat topeng ini akan kehilangan fungsinya dan mengaburkan warnanya.

Jika suatu saat terjadi mungkin aku tidak akan menggunakan topeng ini lagi. Sebenarnya tujuanku menggunakan topeng ini hanyalah untuk menutup identitas asliku ... Archie. Itulah identitas asliku, sehingga aku tidak ingin menunjukkan bahwa aku pun datang ke dunia ini hanya demi mengejar hadiah yang tidak jelas itu.

Yang ingin kutunjukkan adalah ... bahwa aku datang ke dunia ini demi mendapatkan kebenaran yang sesungguhnya. Tidak peduli risiko apa yang akan kuhadapi. Semua demi janjiku terhadap adikku. Aku tak akan pernah mengingkarinya.

Terus memikirkannya membuatku kembali tidak bisa menahan sakitnya hati ini. Setiap kali aku memikirkan betapa senangnya memiliki Adi di sampingku. Walau ia sedikit menyebalkan tetapi ia sangat membantuku ... tentunya sebagai alasanku agar aku dapat terus hidup demi harapan kedua orang tua-ku.

Kepergian mereka semua tidak bisa kupungkiri. Bahkan aku tidak bisa melupakan mereka semua, karena saat ini ... mereka semua masih hidup di dalam hati dan juga ingatanku sebagai suatu keberadaan yang tidak bisa kuhilangkan.

Terus dan terus, aku memanglah masih rapuh dan tidak mengetahui apa-apa. Bagaimana aku bisa hidup tenang selagi mereka semua berkorban hanya demi diriku?

Aku tak paham, bahkan hingga saat ini aku masih berpikir apakah aku layak berada di dunia yang bahkan mereka saja meninggalkannya. Sebenarnya kebenaran apa yang mereka sembunyikan dariku,

Apakah pesan milik Adi itu belum dapat mengungkapkan siapa diriku yang sebenarnya?

Sial ... aku tak bisa menerima semua ini secara mentah-mentah. Atau mungkin kah aku masih belum siap untuk menerimanya?

Setiap kali aku menyentuh dadaku, rasanya hampa walau aku tahu sejujurnya aku memanglah kosong. Walaupun aku kosong, setidaknya aku harus dapat terus melangkah maju. Tidak berpaling atau juga tidak membohongi diriku sendiri.

Aku adalah aku dan bukan siapa-siapa. Tidak ada yang bisa menyanggahnya kecuali pikiranku dan juga kenyataan kejam ini. Tak peduli apa yang orang lain katakan kepadaku saat aku masih kecil. Setidaknya aku bisa menangkap pemikiranku yang masih berumur 3 tahun itu.

Hanya memikirkannya saja membuatku geli.

"Membuat dunia dimana semua orang dapat tersenyum ... kah?"

Sungguh ... aku benar-benar tak mengerti kenapa aku berkata dan memiliki impian seperti itu?

Tanah kembali berguncang dan menggetarkan sekitarnya. Aku pun tersadar dan kembali mempersiapkan pertarungan ini, dimana saat ini nyawaku menjadi taruhannya dan begitu juga nyawa seluruh Player yang mengikuti Event ini.

Vernoust Azuria [Hiatus]Where stories live. Discover now