KEPUTUSAN (3)

Mulai dari awal
                                    

"Rendi kenapa sih kok diam? Apa ada masalah?" Batin Luchia.

Mereka berjalan dalam diam. Hingga sampai di kelas Luchia. Rendi hanya tersenyum dan meninggalkan Luchia.

Dave yang melihatnya pun tersenyum, lalu menghampiri Luchia.

"Kenapa mb pacarnya? Lagi marahan ya" bisik Dave di telinga Luchia. Sontak Luchia menoleh kearah Dave seraya menatapnya tajam.

"Apaan sih lo. Dia nggak lagi marah kali. Ini masih pagi lo jangan coba-coba buat mood gue down." Ucap Luchia kemudian berjalan ke tempat duduknya. Dave mengikuti Luchia dan menarik bangku disamping bangku Luchia.

LUCHIA POV

Aku kesal dengan sikap Rendi tadi ditambah lagi si kunyil yang bikin aku makin kesal. Aku juga nggak tau kenapa Rendi hari ini aneh banget. Apa sih yang dipikiran dia? Padahal ada cewek cantik disampingnya, eh malah dianggurin. Diajak ngomong juga kagak. Mana lagi tadi pas di depan kelas. Biasanya dia bicara 'aku kekelas dulu ya' nah tadi enggak. Ngeselin banget kan.

"Heh! Nggak usah dipikirin banget kali. Mungkin dia lagi PMS" ucap Dave yang membuatku melototinya. Aku memukulnya dengan tasku.

"Sakit tau" rintihnya. Aku hanya menopang dagu ku.

"Ngapain sih lo ganggu gue. Sana lo pergi jauh-jauh." Ucapku ketus. Dia, masih duduk disana dan memperhatikanku. Itu membuatku sangat risih.

"Mau lo apa sih sana pergi" ucapku mulai meninggikan suara ku.

"Heh! Lo tuh be*o apa be*o sih? Gue kan udah dipindah duduk disini sana wali kelas si kumis lele itu. Gimana sih lo. Lo tu boleh galau tapi jangan oon juga kali"

Ahh, benar juga. Kenapa aku lupa. Hiss.. au ah nggak usah ngladenin dia. Anggap aja dia nggak ada. Ya Tuhan, kapan aku jauh dari si kunyil.. hambaMu ini sudah capek Tuhan. Apa hamba bakal tahan kalau berumah tangga dengan Kunyil?? Tolong hentikan.. hamba hanya ingin Rendi.

.......

Eka tidak bisa berkonsentrasi. Ia terus memikirkan Shalsa.

"Bagaimana keadaan Shalsa sekarang. Apa dia sudah sadar?" Batin Eka. Lalu ia mengirim pesan singkat kepada Mama Shalsa. Tak lama Eka mendapat balasan dari mama shalsa.

From Mama Shalsa :

Belum nak. Mama juga lagi menunggu. Dokter baru saja memeriksa Shalsa. Kata dokter keadaannya sudah stabil.

To Mama Shalsa :

Yasudah kalau gitu Tante. Nanti pulang sekolah aku akan kesana. Oh ya Tante jangan lupa makan ya.

From Mama Shalsa :

Iya nak. Semangat belajarnya ya. ❤

Eka merasa sedikit lega dengan keadaan Shalsa. Ia memperhatikan kembali pelajaran yang menurut Eka sangat membosankan. Yaitu prakarya.

.....

Rendi tak begitu memperhatikan pelajarannya.

"Aku kenapa sih? Kenapa perasaan ku nggak enak. Kenapa aku malah kepikiran tentang Shalsa. Bagaimana dengan keadaan dia sekarang?. Eh aku kan punya kontak Eka."

Lalu ia merogoh ponsel di saku celananya. Tak lupa ia mensilent ponselnya. Ia mencari nomor Eka di kontaknya.

"Masih aktif nggak ya? Udah lama juga aku nggak kontak Eka. Coba sajalah." Rendi.

To Eka :

Temuin gue di taman belakang sekolah jam istirahat.

Terdapat laporan pengiriman yang menandakan pesan sudah terkirim ke nomor yang dituju. Hati Rendi sedikit tenang karena nomor Eka masih aktif.

Sebenarnya Rendi tau kalau Eka itu menyukainya. Tapi ia berfikiran kalau Eka menyukainya hanya sebatas sahabat. Begitu juga Rendi, dia menyayangi Eka hanya sebatas sahabat. Rasa sayangnya dan cintanya hanya untuk Shalsa.
....

Eka mendapat pesan. Ia membuka pesan tersebut dan melihat siapa pengirimnya. Ia mengerutkan dahi.

"Rendi" gumamnya.

From Rendi:

Temuin gue di taman belakang sekolah jam istirahat.

"Ngapain dia ngajak ketemu?" Eka tersenyum sendiri.

"Setelah sekian lama, dia akhirnya.. akan menanyakan kabar Shalsa." Gumam Eka. Ia lalu membalas.

To Rendi:

Oke

Tett...tettt... tett....
Bell istirahat sudah berdering. Luchia mengemasi bukunya dan memasukkannya di dalam tas.

"Lu, kekantin yuk laper gue belum sarapan tadi" ujar Aurel bergelayut manja pada lengan Luchia.

"Yaudah yuk. Angel kok nggak masuk sih?"

"Dia sakit. Katanya demam berdarah. Nyokapnya tadi telfon gue. Nanti kita kerumah sakit jenguk dia ya." Aurel. Luchia mengangguk lalu mereka keluar kelas.

Luchia melihat Rendi berjalan terburu-buru.

"Dia mau kemana sih? Kok buru buru gitu. Sampek nggak lihat ada gue disini." Batin Luchia.

"Woy kok bengong sih ayo kekantin keburu ramai" ujar Aurel yang membuyarkan lamunan Luchia.

"Em Rel. Lo kekantin duluan aja milih tempat duduk. Gue.. gue mau ke toilet dulu." Ucap Luchia lalu meninggalkan Aurel sendiri dan mengikuti rendi yang sudah lumayan jauh di depannya.

"His.. gue tahu lo mau ikutin Rendi. Toilet arah sebaliknya kali. (Melihat Dave keluar kelas) Dave kekantin yuk sama gue." Aurel.

Dave kaget dengan ajakan Aurel yang tiba-tiba. Kena angin apa nih anak ngajak gue ke kantin, pikir Dave.

"Udah jangan banyak mikir. Gue traktir lo. Lo temenin gue ke kantin" Aurel menarik Dave. Dave hanya menurut saja.

*****

Eka sudah tiba disana. Ia menunggu Rendi.

"Kemana Rendi kok belum datang" gumam Eka.

"Sorry ya lama." Ucap seseorang tiba tiba. Eka sontak menoleh dan jantungnya berdebar cepat. Rendi pun duduk disampingnya.

"I...iya nggak papa kok." Ucap Eka gugup.

Hening.

"Oh ya Ren lo mau tanya soal apa?"tanya Eka memecahkan keheningan.

"Soal Shalsa." Ucap rendi cepat.

Sudah jelas lah dia akan tanya kabar Shalsa. Batin Eka.

"Ohh.. Shalsa. Mau tanya apa" Eka mencoba menetralkan suasana hatinya.

"Bagaimana keadaannya sekarang?" Tanya rendi kepada Eka. Eka menoleh kearah Rendi. Lalu ia melihat kearah lain.

"Aku harus jawab apa? Apa aku cerita saja sama Rendi. Aku sangat menginginkan kedua sahabatku bahagia, walaupun aku harus mengorbankan perasaanku."

Rendi melambaikan tangan di depan wajah Eka.

"Kok ngelamun sih? Kita nggak punya banyak waktu bentar lagi masuk." Ujar Rendi.

.....

TBC.

PERNIKAHAN PERJODOHAN (TAMAT) √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang