Mendengar hal itu bukannya membuat David berhenti tapi malah melanjutkannya. David membalikkan badannya dan jari-jarinya tetap menari-nari bahkan sampai ke perut dan itu membuatku tertawa geli karena perut adalah tempat paling mudah geli.

“Udah wei udah. Cukup.” Kataku berusaha menyudahi kejahilan David.

David tetap melanjutkan kejahilannya tersebut sehingga aku harus meninggikan nadaku agar dia berhenti menjahili diriku. Ternyata David itu jahil juga ya, padahal kukira dia itu adalah orang yang kalem dan tidak suka menjahili orang.

“Ternyata lu jail juga ya.” Ungkapku setelah David berhenti menjahili diriku.

“Emang slama ini lu kira gw itu gmn orgnya ?” Tanya David.

“Ya gw kira selama ini lu itu orangnya kalem gitu, eh ternyata lu jail juga.” Jawabku.

“Gw emang kalem tapi kalo gw udah nyaman ama seseorang, gw bisa jadi jail.” Ungkapnya.

“Dan bisa manja.” Timpalku.

“Kalo manja mah cuma sama lu doang Lice.” Ungkapnya.

Ah si David bisaan aja sih. Mana mungkin dia cuma manja sama aku doang, pasti dia pernah lah ya bermanjaan dengan mantannya.

“Ah masa sih?” Tanyaku seraya menaikan sebelah alisku.

“Iya dong. Karna gw udah nyaman banget sama lu Lice makanya gw bisa manja kek gini.” Jawabnya lembut.

Aku hanya tertawa kecil mendengar jawabannya. Aku tidak tahu benar atau tidak kalau dia hanya bersikap seperti ini padaku saja tapi aku senang kok mendengarnya. Aku membelai rambutnya hingga ia tertidur pulas dipangkuanku.

Kulihat jam dinding dan ternyata sudah menunjukan jam 11.00. Dengan perlahan, aku mengangkat kepala David yang sedang tertidur di pahaku kemudian meletakannya di bantal sofa. Aku memandanginya sejenak untuk memastikan kalau dia tetap tertidur lalu pergi meninggalkannya menuju dapur. Saat sedang asik mengaduk-aduk masakan, aku dikejutkan dengan pelukan David dari belakang.

Ia memelukku dari belakang seraya mencium tengkuk dan juga bahuku dengan sedikit agresif. Ciumannya itu membuatku sedikit tidak konsentrasi dengan masakanku. Bukan berarti aku risih tapi itu sedikit membuat konsentrasiku buyar.

“David, hentikan.” Pintaku lembut.

“Ah enggak mau ah.” Tolaknya.

“Ayolah, Vid hentikan. Aku jadi gak konsen masak nih.” Pintaku.

David bergeming, ia tidak kunjung menghentikannya sampai pada akhirnya aku harus sedikit meninggikan suaraku agar dia berhenti. David masih tetap memelukku dari belakang tetapi kali ini ia meletakkan dagunya diatas ubun-ubunku. Aku membiarkan dia tetap memelukku dari belakang karena aku sama sekali tidak terganggu dengan hal itu.

“Ayo kita makan, masakan udah jadi.” Ucapku setelah masakanku matang.

“Suapin ya sayang.” Pintanya dengan nada memelas.

“Ih elu ya. Makan sendiri lah Vid.” Tolakku.

“Gak ah. Kalo lu gak mau nyuapin gw, gw gak bakal makan.” Ancamnya.

“Ih elu ini ya, bener-bener. Ya udah lah gw suapin, daripada lu gak makan.” Kataku menyetujui permintaannya.

David benar-benar manja. Bahkan untuk makan saja mesti aku suapin. Ya tapi gak apa lah, sekali-sekali melihat David manja. Aku menyuapinya dengan sangat telaten sama seperti aku menyuapi Anna dulu. Ini semua membuatku jadi sedikit kangen pada Amanda dan Anna. Setelah selesai makan siang, aku kembali duduk disofa dan David kembali tiduran di pangkuanku.

My Secret Husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang