Vella berontak sekuat tenaga. Dia melihat ke sekeliling, namun semuanya hanya fokus pada aktivitas masing-masing. Suaranya bahkan teredam di antara suara musik yang terdengar sangat keras.
"Lepaskan aku atau kuadukan kau kepada ayahku!" Vella merasa jijik karena bibir pria itu seperti ingin menciumnya. Bergerilya mencari bibirnya. Merasa jijik yang teramat sangat, Vella mengunakan cara ampuh.
"Rasakan!" Vella menginjak kaki Evans.
"ARGH! BITCH!" Pria itu menggeram dan mengumpat kotor, "Awas kau! Jerry, Shon, kejar gadis itu!" Perintahnya pada dua pria yang berdiri tak jauh di belakang.
Vella berlari di antara keramaian kelab. Dia menabrak bahu para tamu yang sempat menghalangi jalan.
"Tunggu!"
Vella menengok ke belakang dan melihat dua pria bertubuh besar itu telah semakin dekat dengannya. Vella mulai dilanda rasa cemas. Dalam hati Vella menyesal tidak mendengar pesan ibunya untuk tidak meninggalkan mansion tanpa kakaknya atau bodyguard.
Ditengah pergumulan hebat itu, tiba-tiba Vella menabrak tubuh keras seseorang.
"Ahh!" Vella hampir kehilangan keseimbangan jika saja lelaki yang Vella tabrak itu tidak meraih pinggangnya.
"Apa kau tidak punya mata?"
Vella yang belum sepenuhnya sadar, mendongakkan kepala. Vella sekilas takjub dengan wajah pria yang saat ini tengah memeluk tubuhnya.
Seorang pria muda dengan dua sisi rahang kokoh tengah menatapnya tajam. Alis gelap dan tebal serasi dengan warna rambut. Dia begitu tinggi dengan otot-otot yang tersembunyi di balik jaket kulit warna hitam. Tato di sebagian leher kanan membuat Vella mengerutkan kening. Lelaki itu lebih menyerupai preman bermata dingin. Walaupun terbilang cukup tampan, tapi Vella tidak menyukai gaya penampilan lelaki itu.
"Ah, disini kau rupanya." Suara Evans menyadarkan lamunan Vella.
Vella menoleh dan melihat Evans bersama dua pria dibelakangnya tengah tersenyum puas.
"Serahkan gadis itu kepadaku, Thomas." Evans berkata pada pria yang saat ini masih setia memeluk pinggang Vella.
"Tidakkah gadis ini terlalu muda untukmu, Mr. Evans." Suara Thomas seperti sebuah alarm mengerikan untuk Evans. Bahkan Vella yang baru pertama kali bertemu lelaki itu tiba-tiba bergidik karena nada suara laki-laki itu terdengar rendah, dalam, dan anehnya terdengar mengancam.
Evans menelan ludah.
"Carilah gadis lain, Mr. Evans. Ini saran dariku."
Hebat. Hanya dengan satu ucapan bernada perintah dari Thomas, Evans akhirnya mengerang kecewa, lalu pergi setelah sebelumnya memberikan tatapan mautnya kepada Vella.
Vella menatap punggung Evans dan terpana karena akhirnya dia bisa kabur dari bajingan itu.
"Siapa namamu?" Suara itu begitu dekat dan cukup mengagetkan Vella. Saat menoleh Vella bisa melihat lebih dekat wajah lelaki itu.
Vella sedikit berdeham, mengangkat dagunya tinggi agar tidak terintimidasi olehnya.
"Terima kasih sudah membantuku. Sekarang aku harus pergi." Vella berusaha melepaskan tangan Thomas di pinggangnya, namun lelaki itu malah semakin erat merengkuh hingga payudaranya menempel intim di dada bidang Thomas. Begitu dekat hingga Vella bisa mencium aroma pinus, woody sport bercampur tembakau pada tubuh Thomas.
"Apa kau pegawai baru di sini?" Tanya laki-laki itu sambil menatap payudara Vella yang berisi.
Vella melotot saat tangan pemuda itu turun ke bawah dan meremas pantatnya. Baru kali ini Vella disentuh dan dilecehkan seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sexy Vella : Dark Romance [24+] | Repost | END
RomanceMenjadi cantik dan seksi adalah dambaan semua wanita. Tetapi mereka tidak mengetahui bahaya apa saja yang selalu mengintainya. Vella Rich Russell,19 tahun. Dia arogan, cantik, dan seksi. Thomas Keif Mulberry, 23 tahun. Dia berandal, kaya, dan viol...
1 | Pertemuan yang Menakutkan
Mulai dari awal