"Jangan takut." Desis Farden.
"Aku akan meninggalkan nama Terano begitu aku keluar dari rumah ini."

"Berapa banyak warisan dari ibumu, berapa lama kau bisa bertahan diluar sana.!?"
Andy melepas kerah putranya.
"Hartaku tidak akan kuberikan pada seorang pengecut."
Dia mendorong Farden.
"Aku tidak akan memberimu peluang kedua."

Mata Farden mulai basah.
"Untuk terakhir kalinya aku katakan aku tidak memperkosa Madhu.!"

"Untuk terakhir kalinya aku tanya, kau mau bertanggungjawab atau tidak."
Andy menarik napas panjang.
"Ada banyak saksi mata yang melihat saat Madhu berlari keluar dari kamar itu  dengan baju yang koyak disana-sini, meminta bantuan karena kau telah memaksanya."
Andy menarik napas panjang, wajahnya sayu.
"Semua yang aku miliki akan jadi milikmu, setiap sennya.
Orang-orang tetap akan menghormatimu.
Tapi jika kau menolaknya aku tidak bisa menyelamatkanmu.
Cara terakhirku untuk menyelamatkanmu adalah dengan mengusirmu dari kota ini.
Pergilah atau kau akan dipenjara.!"

"Aku mabuk tapi aku tau aku tidak menyentuhnya.
Aku tidak menyukai bahkan tertarik padanya.
Bahkan jika seiisi dunia ini kau berikan padaku, aku tetap tidak akan mengakuinya."
Farden menatap papanya tajam.
"Hanya karena papanya Madhu tuan Behen adalah teman baikmu, rekan bisnismu jadi kau lebih percaya padanya.
Ikatan oleh uang lebih kuat dari ikatana darah.
Semenjak mama meninggal aku sudah tidak betah berada di rumah ini.
Semenjak mama tiada aku merasa sendiri dan kesepian."
Hanya Kehadiran Reena yang membuat Farden terus bertahan.
"Kau tidak pernah punya waktu untukku, sapi-sapi mu lebih mendapatkan kasih sayang dan perhatianmu.
Aku minum, berjudi, pacaran dengan semua mahluk memakai rok karena aku ingin dianggap hebat dan mendapatkan pengakuan yang tidak pernah aku dapatkan darimu di rumah.
Aku anak laki-laki yang selalu kau sebut disetiap pembicaraanmu tapi kau tidak pernah bicara padaku saat kita di rumah."
Farden tertawa tapi airmatanya mulai berderai di pipi.
"Apa kau sadar, seingatku ini pertama kalinya kita bicara dalam waktu selama ini.!
Lihatlah aku jauh lebih tinggi darimu, jika aku balas memukulmu pasti kau tidak akan menang.
Apa kau tau itu.?"

Andi terano terdiam, dia menatap putranya dari atas ke bawah.
Memperhatikan otot lengan Farden yang kekar dan terlihat kokoh.
Dia tau Farden hobi berkuda dan tinju tapi dia tidak pernah memberi perhatian.
Biasanya dia dapat kabar dari para pekerja atau temannya tentang Kemengan Farden.
Kalau kebetulan dia bertemu Farden saat di rumah maka dia akan bilang selamat dan bertanya  apa ada hadiah yang diinginkan putranya itu.
Waktunya dihabiskan untuk membuat harkat martabat keluarga Terano semakin membumbung tinggi.

"Aku kehilangan mama diumur tujuh belas tahun.
Dengan bodohnya aku berpikir aku tidak akan kesepian karena kau pasti akan mulai memperhatikanku.
Aku menunggu tapi sampai sekarang di umurku yanh kedua puluh tiga, tidak sekalipun kau nenunjukkan perhatian padaku."
Farden tertawa.
"Dan sekarang tiba-tiba saja kau memaksa untuk menunjukkan perhatian dan kasih sayangmu.?" Alisnya terangkat tinggi.
"Jadi menikahi Madhu atau meninggalkanmu memutuskan hubungan kita adalah apa yang kau sebut sebagai melindungi.?
Sama sepertimu yang tidak percaya pada apa yang kukatakan, aku juga tidak percaya padamu.!"

"Jangan bicara memutar. Aku tau kau lebih suka uang dibadingkan perhatianku.
Kau lebih suka menghabiskan waktu bersama teman-temanmu, bersenang-senang dibandingkan bicara di meja makan bersamaku."

"Kau tidak tau dan kau tidak pernah bertanya apa yang aku suka."
Farden menyisir rambut dengan jemarinya.
"Sudah cukup. Aku mulai lelah denganmu.
Jika kau tidak akan mengakui ku lagi, tidak masalah karena ini mungkin ini memang jalan terbaik."
Farden menegakkan bahunya.
"Selamat tinggal.! Aku harap seumur hidup kita takkan pernah bertemu lagi."
Dia berjalan, sampai di depah pintu dengan tangan memegang handel, dia berbalik melihat pria satu-satunya di dunia ini yang pernah menjadi panutan nya.
"Aku memilih pergi bukan karena aku takut dan pengecut.
Aku memilih pergi demi prinsipku. Aku tidak akan pernah mengakui apa yang tidak kulakukan meski kaliab membunuhku.
Kelak saat kau tau aku berkata benar, jangan mencariku. Jangan menyesal atau meminta maaf karena bagiku itu semua tidak penting.
Bagiku kau sudah mati."
Dia kembali berjalan sambil mengucapkan salam perpisahan.
"Selamat tinggal papa. Jaga dirimu baik-baik. Sehat dan teruslah hidup agar kau bisa melihat kesuksesankan yang akan jauh melampauimu.!"
Ditariknya pintu menutup, meninggalkan pria tua yang takkan dicintai atau dirindukan lagi olehnya.
Mulai detik ini semua sudah berakhir baginya di rumah ini.

Namun ada satu yang takkan bisa ditinggalkannya begitu saja.
Reena.!
Dia akan membawa Reena pergi bersamanya karena dia butuh sosok yang selalu menghibur dan menguatkannya.
Wanita yang mencintainya dengan tulus tanpa embel-embel nama Terano.
Jika Reena bersamanya dia akan bisa berjalan diatas bara api sebab gadis itu akan selalu, akan terus memegang tangannya meski tubuh Farden hangus dilalap api.!

**************************
(06092023) PYK

Kisah Kita Belum BerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang