Part 19 : Friend

Mulai dari awal
                                    

"Kapan aku melakukan itu?"

"Jangan pura-pura lupa, bangsat. Kau selalu saja ke rumahku untuk menghindari Tae hyung dan Eun Hye noona."

Jungkook tersenyum mendengar perkataan Jimin. "Kenapa kau tersenyum? Apa kau sudah gila?" tanta Jimin.

Jungkook berdecak. "Bukan seperti itu, bodoh. Aku hanya teringat kembali masa SMA. Wah, betapa menyedihkannya aku."

"Kau baru tahu? Aku sih sudah dari dulu. Rasanya dulu aku ingin sekali meremukkan wajah menyedihkanmu yang sialnya tampan itu."

Jungkook terkekeh. "Aku memang tampan."

"Oh iya, Jung. Kemarin malam aku bertemu dengan seorang gadis cantik di halte," ujar Jimin. Pria itu menatap penuh minat ke arah Jungkook.

"Lalu?"

"Kisahnya hampir mirip sepertimu. Lelaki yang dicintainya mencintai wanita lain. Dan bodohnya, wanita itu adalah kakak iparnya sendiri. Mirip sekali denganmu, kan? Ah, rasanya aku ingin mencabik-cabik bajingan yang telah berani melukai seorang gadis cantik."

"Benarkah? Wow. Ternyata kisah hidupku pasaran," komentar Jungkook.

"Memang."

Jungkook berdecak kesal mendengar penuturan Jimin. Pria itu menatap Jimin tajam. Jimin membalas tatapan sahabatnya itu dengan cengiran tanpa dosa.

"Lalu apa maksudmu kesini?" ujar Jungkook datar.

"Aku sedang sedikit bertugas," jawab Jimin enteng.

"Tugas macam apa? Polisi rendahan sepertimu tidak mungkin sampai ditugaskan ke luar negeri, kan? Jujurlah, kau pasti hanya ingin liburan dan mengganggu ketenanganku disini."

"Apa mulutmu itu selalu setajam pisau, hah? Aku bukan polisi rendahan!"

"Ya, ya, ya. Terserah kau saja."

"Ck, setelah di Amerika mulutmu menjadi tambah seperti ibu-ibu ya, Kim Jungkook."

"Sialan."

Tiba-tiba Jimin beranjak dari sofa dan pergi ke dapur. Pria bersurai oranye itu membuka pintu kulkas Jungkook. Ia seperti mencari-cari sesuatu. "Jung, kau tidak punya bir?" serunya dari dapur.

"Tidak. Aku malas membeli minuman-minuman seperti itu."

Jimin berjalan kembali ke sofa. "Halah, padahal dulu kau mabuk saat masih dibawah umur," sindir Jimin.

"Itu karena aku patah hati, bodoh."

"Patah hati atau tidak itu sama saja. Yang jelas, kau pernah minum. Dan sekarang aku juga ingin minum."

"Ya Tuhan, Park Jimin. Ini masih pagi dan kau ingin mabuk, huh?"

"Hanya bir, Jungkook. Tidak akan membuatku mabuk," ujar Jimin datar. Pria itu mengambil mantelnya dan beranjak keluar.

"Mau kemana, kau?" tanya Jungkook.

"Mau beli bir!" seru Jimin sambil menutup pintu.

"Ck, dasar gila. Orang macam apa yang minum bir pagi-pagi? Apa dia ingin cepat mati?" Jungkook menggeleng heran dan pergi ke kamarnya untuk mandi.

Sedangkan di luar, Jimin sedang melongo terkejut saat melihat seorang gadis yang keluar dari pintu di depan apartemen Jungkook.

"Kau?" ujar Jimin sambil menunjuk gadis itu.

"Kau? Kau pria tadi malam, kan? Si ahli cinta?" ujar gadis itu sama terkejutnya.

"Sepertinya kita memang berjodoh."

To be continued...

🐰🐰🐰

Gila, masa gue harus selalu berurusan sama "cerita ini berkonflik dengan editan anda di tempat lain"

Kapan gue ngedit di tempat lain anjir??!! Sumpah gue sebel banget, tai!!

Oh iya, gue nggak akan pake aku-kamu lagi di setiap author note. Menurut gue kayak kesannya ngomong sama pacar padahal gebetan aja kagak punya, miris

Lagian kalian semua juga tau gimana bobroknya gue kalo ngomen di cerita orang 😉

Hold Me TightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang