Who are you?

Mulai dari awal
                                    

"Aku tidak ingin ikut dengannya. Tolong bawa aku pulang kerumahmu. Kumohon." pinta MC.

Zen hendak mendekati MC ketika tangan Jumin mencengkeram lengan pria itu. "Siapa kau sebenarnya? Kenapa kau bersama istriku? Apa yang kau lakukan padanya hingga dia lupa padaku?!"

Zen mendorong Jumin. "Aku kekasihnya! Aku menemukan dia dalam keadaan amnesia!"

"Kekasih? Dia istriku! Menjauhlah darinya!" Jumin mendorong Zen balik dengan keras dan tubuh Zen terjerembab di tanah.

"Zen!" MC segera berlutut di hadapan Zen, membuat perasaan Jumin terluka untuk yang kesekian kalinya. MC memilih menolong Zen, daripada dirinya.

"MC... kumohon-

"Diam!" MC menoleh dan menatap tajam kepada Jumin. "Tolong pergilah."

"Pergi? Aku tidak mau kehilanganmu lagi." Jumin masih berusaha menarik MC, ia mengenggam lengan MC untuk mendekat padanya. Namun sebuah tamparan keras kemudian melayang di pipi Jumin.

Jumin meraba pipinya dan menatap kepada MC,tak percaya. Istrinya sendiri, baru saja menamparnya.

"Ma.. maaf.." MC menutup mulutnya. "Aku.. aku tidak tahu apa yang terjadi. Tapi.. tapi tolong berikan aku waktu untuk berfikir tentang semua ini." lanjutnya.

Kali ini Zen bangkit berdiri, menghela nafas panjang dan mendekati Jumin. Ia memberikan tapukan di pundak Jumin. "Dude.. situasinya sedang sulit saat ini. Biarkanlah dia berfikir, dia sangat bingung."

"Aku tidak mau melepaskannya." sahut Jumin lirih.

"Begini saja, kami akan menemuimu saat MC sudah tenang. Berikanlah nomer kontakmu."

Jumin menunduk, ia tidak berontak. Ia mengeluarkan kartu nama dari sakunya dan memberikannya kepada Zen.

Jumin kembali menatap MC,

"Jika itu yang kau inginkan.. baiklah. Tenangkan dirimu. Tolong berjanjilah untuk menghubungi aku secepatnya." Jumin menunduk lagi. Rasanya sulit sekali menghentikan air matanya saat ini.

Zen mengangguk, kemudian ia berbalik kepada MC. Wanita itu menggigit bibirnya, masih terlihat kebingungan.

"Sampai jumpa,tuan.." Zen membaca kartu nama itu. "Jumin Han. Kami berjanji akan segera menemui anda kembali."

Jumin mengangguk lemah. Zen melangkah kakinya menuju ke motornya. MC mengikuti Zen, namun kemudian ia menoleh kepada Jumin.

"Maafkan aku.Sampai jumpa.." ucap MC lalu segera memalingkan pandangannya.

Jumin masih berdiri mematung,menyaksikan motor Zen berlalu dan semakin menjauh dari pandangannya. Bagaimana mungkin ini terjadi padanya? Melihat bahwa wanita yang ia cintai, sekarang menjadi kekasih orang lain. Sakit. Itu yang di rasakan Jumin, lalu ia merasakan bahwa pipinya basah. Ia menangis, di pinggir jalan.

ーーーーーーーーーーーーーー

Zen tidak tahu harus berkata apa. Ia mengemudikan motornya dalam diam. Hatinya terluka, tentu saja. Seseorang yang baru beberapa hari menjadi kekasihnya, ternyata sudah menikah.

"Maafkan aku, Zen.."

Suara MC membuyarkan lamunan Zen.

"Ini bukan salahmu,MC.." sahut Zen pelan.

MC menyandarkan kepalanya di pundak Zen dari belakang. "Bagaimana mungkin? Bagaimana mungkin aku sudah menikah?"

Zen tidak tahu harus menjawab apa. Ia akhirnya diam saja. Tak lama mereka sampai di rumah Zen. Zen menggandeng tangan MC, masuk ke dalam rumah.

"MC.. kita harus bicarakan ini." Zen duduk di sofa ruang tamu, diikuti MC.

Wanita itu tampak sedih. "Apa yang harus kulakukan?"

Zen menutup matanya sebentar, kemudian ia mengenggam tangan MC. "MC.. aku sangat mencintaimu. Maafkan aku, aku tidak mengerti kau ternyata sudah bersuami. Aku.. Aku harus merelakanmu kembali padanya."

MC menatap Zen kecewa. "Apa? Kau merelakanku semudah itu,Zen?"

"Tidak,MC. Aku harus merelakanmu karena.. karena dia yang sudah bersamamu lebih dulu sebelum aku. Kalian sudah menikah."

"Tapi aku tidak mencintainya!" sahut MC.

"MC.. itu karena kau tidak mengingat dia.."

MC menunduk. Menatap lantai. Zen kemudian menarik tubuhnya dan memeluknya. Menenangkannya.

"Zen.. aku.. aku tidak mau berpisah denganmu." ucap MC lirih.

Zen terkejut, ia menyadari bahwa MC juga memiliki perasaan yang sama dengannya. Namun Zen tidak bisa terus mempertahankannya, kondisinya tidak memungkinkan.

"Aku juga,MC.. aku sangat mencintaimu.. tapi.."

MC melepaskan pelukan Zen. "Tapi apa Zen?"

Zen menyadari kedua mata MC merah, ia tampak seperti mau menangis. Zen mengelus kedua pipi MC dengan lembut.

"Tapi bagaimanapun juga dia suamimu. Dia pasti mencarimu selama ini.. aku membayangkan jika aku menjadi dia. Itu pasti tak mudah."

"Kau benar.." jawab MC.

"MC.. pikirkan ini dulu. Bagaimana jika kau mencoba untuk tinggal bersama dengannya dulu. Mungkin itu membantu ingatanmu, mungkin aku akan ingat sesuatu jika kau bersama dengannya.."  ucap Zen pelan, masih mengelus pipi wanita di hadapannya.

"Bagaimana aku sanggup? Bagiku saat ini, dia adalah orang asing. Bagaimana aku bisa mencoba tinggal dengan orang asing?"

"Kau harus mencoba. Kau pasti sanggup, MC.."

MC menunduk kembali, lalu beberapa detik kemudian ia mengangguk. "Baiklah.. aku akan mencoba. Demi ingatanku.."

Zen memaksakan senyum, walaupun hatinya saat ini juga terluka. Ia kembali memeluk MC lagi. Meyandarkan kepala wanita itu di dadanya dan mengelus rambut panjangnya.

"Aku akan membawamu kepadanya besok.."

"Baiklah."

"MC.. apapun yang terjadi,aku mencintaimu. Jangan lupa itu."

MC menutup kedua matanya. Melingkarkan lengannya di pinggang Zen. "Aku juga mencintaimu,Zenny."

ーーーーーーーーーーーーーーーーーーー

To be continued...

Hai kalian penggemar MysMe, apakah kalian sudah mulai main di route V? (^ワ^=)

Kalo author udah, hanya saja author tetap gagal move on dari abang Jumin, Jumin selalu di hati. T.T

Terimakasih sudah membaca, maaf jika chapter ini kurang greget. Sampai jumpa di chapter depan (^-^)

She Belongs To Me [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang