Trace of Diamond Dust (4)

Mulai dari awal
                                    

Saat aku hendak berjalan, mataku mengacu pada sesuatu di lantai.

Putih dan berbentuk gumpalan dari es salju.

Penasaran, aku pun berlutut dan terbengong ria.

"Kenapa bisa ada butiran salju disini?"

Aku menatap heran pada lantai yang ternoda oleh segumpal salju di ruangan tertutup. Ini sudah masuk musim panas, jadi mana mungkin kalau ada salju di hari yang terik seperti ini.

"Aneh, kenapa bisa ada salju di cuaca panas begini? Pasti dunia mulai gila, atau orang tak waras yang melakukannya." ucapku pada diri sendiri, mencoba optimis akan pemikiran yang kupegang.

Terlintas sejenak di pikiranku kala itu. Pemuda bermata bak biru langit dengan warna rambut senada di taman.

Seperti ada yang aneh pada dirinya, tapi entah apa itu.

Aku tersadar telah melamun dan cepat-cepat menggelengkan kepalaku—berharap agar pikiran asal-asalan itu musnah.

"Tidak, tidak mungkin. Kenapa bisa aku memikirkan pemuda itu di saat seperti ini..."

Tapi matanya...

Aku merasa ada desiran aneh ketika dia memandangku kala itu.

"Perasaanku jadi tak enak... ada apa ini?" gumamku pada diri sendiri, mengingat kalau aku mulai peka kalau akan terjadi sesuatu di sekitarku.

GREP

"!"

Sepasang tangan menggeranyang dari belakang, membuat tangan kanan seseorang menutupi mulutku dan satu tangan kiri lagi melingkar ke sekeliling tubuh—membuat kedua tanganku terkunci dan tak bisa bergerak selain hanya bisa menjerit tertahan.

"HMMPPHH!!!"

Apa-apaan ini?! Siapa yang beraninya berbuat hal begini?!?

Ah, sial... pandanganku mulai buram, aku merasa berat.

Tolong...

Siapapun... tolong aku!

.

.

.

(Third POV)

Di sisi lain, pemuda bermarga pelangi tengah menunggu dengan tak sabar di beranda depan bangunan kampus yang berdiri.

"Lama sekali... Bisa-bisa tidak bisa pulang nih." gerutu Nijimura yang melihat jam sambil tangannya sendiri memegang payung berwarna kelabu tersebut.

"Lho, Nijimura-kun?"

Kepalanya menoleh dan melihat kalau Riko datang dengan payung berwarna putih dan masih dengan pakaian kerja kantornya.

"Aida-san kenapa disini? Bukannya masih jam kerja?" tanyanya dengan heran.

"Pekerjaan sedikit jadi aku pulang cepat. Biasanya aku yang menjemputnya kalau hujan-hujan begini. Ada apa?"

"Hm... Tidak. Aku tadi sudah bilang pada (Name) kalau habis piket bakal pergi pulang bersamaku, tapi sampai sekarang orangnya belum datang."

"Iya ya.. Biasanya jam segini dia pasti sudah menunggu. Apa ruangannya kotor, ya..."

"Katanya hanya lima menit, tapi sudah dua puluh menitan kita menunggu."

Terdiam selama beberapa saat, akhirnya mereka berdua mengangguk dalam diam dan langsung meluncur ke dalam gedung berlantai lima tersebut. Kelas gadis tersebut berada di lantai dua, jadi mereka menyusuri semua koridor di lantai dua bangunannya.

Tsukichi No Neiro [KNB X READER] HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang