28. Back to Indonesia

618 110 2
                                    

"Gue titip Dila sama Elvan ya." kata Dion

"Awas aja kalau sampe lecet habis lo." timpal Raka.

Arga terkekeh, "Aman, tenang aja pasti gue jaga baik-baik."

Gue sekarang sudah di bandara bersama Dion, Raka, Elvan dan Arga. Sesuai janji, gue akan menemui bokapnya Arga yang sangat ingin bertemu cucu katanya. Ada sedikit rasa takut dalam diri gue, entah itu pada orang tuanya yang bisa saja membenci gue dan Elvan, takut gue datang sebagai perusak atau takut menyakiti diri sendiri semuanya bercampur aduk.

Arga menggenggam tangan gue membuat gue menatapnya yang sedang tersenyum, "Ayo." ajaknya sambil menggandeng gue dan Elvan. Penerbangan kami masih 30 menit lagi jadi kami memilih duduk di louge caffe ditemani minuman hangat dan beberapa camilan.

Elvan dengan semangat melahap tiramisu cake sampai belepotan membuat gue terkekeh geli, dengan cepat Arga membersihkan krim di sekitar mulutnya, "Elvan makan sampe pipi gitu." kata Arga terkekeh.

"Duh pasangan muda ya?" gue menoleh ke sumber suara, seorang wanita yang gue taksir berusia 40 tahunan duduk di meja sebelah sepertinya dari Indonesia.

"Kalian serasi sekali, anaknya juga cakep." ujarnya tersenyum lebar.

Gue hanya tersenyum kikuk, "Makasih bu." balas Arga.

"Istrinya cantik ya mas, mas juga cakep pantes anaknya lucu gitu." lanjut si ibu.

Arga menggenggam tangan gue yang berada di atas meja, "Cantik ya bu? Saya ga salah pilih istri." gue melihat Arga dengan tatapan -apaan sih- tapi dia terlihat tidak perduli dan malah lanjut berbincang dengan ibu yang katanya bernama Ratna dari Bogor. Gue hanya diam dan sesekali menimpali agar tidak dikira sombong, tidak mungkin juga gue membantah ucapan Arga di saat seperti ini.

Akhirnya pesawat take off, Elvan kelihatan sangat excited dengan penerbangan kali ini. Dia beberapa kali meminta gue untuk membawanya ke Indonesia tapi selalu ada alasan untuk menolaknya. Gue belum siap kembali menginjakkan kaki di negara kelahiran gue itu, terlalu banyak kenangan buruk menghantui membuat gue berkali-kali lebih lemah dari sekarang.

Tapi dengan kepulangan gue ini gue bisa bertemu geng bitchy yang sudah tidak bertemu lagi selama 2 tahun. Ya, gue sempat pulang sebentar menghadiri pernikahan Evelyn-Fendi dan pertunangan Rena-David yang sengaja diatur berdekatan supaya gue bisa datang di kedua acara. Gue pernah cerita ke Elvan kalau dia sudah pernah ke Indonesia tapi sayangnya dia saat itu masih terlalu kecil untuk mengingatnya.

Sebenarnya gue rindu Indonesia, bagaimanapun tempat gue lahir dan dibesarkan jelas lebih nyaman dari negara orang tapi ya itu. Gue mengcegah hal yang tidak diinginkan, bertemu dengan Arga misalnya. Tapi sayangnya takdir kembali mempermainkan gue hingga gue bertemu dengan dia di tempat persembunyian yang sudah sangat jauh.

Apa gue harus bersyukur bertemu dia karena Elvan jadi kenal ayah kandungnya atau meratap karena luka gue kembali bernanah. Gue tidak tau, semoga saja ada hikmah yang besar dari apa yang gue alami.

"Kamu tidur di tempat aku gih, biar aku yang jaga Elvan." Arga mengampiri gue yang duduk di depannya.

"Aku ga ngantuk kok, lagian kamu ga tidur?"

Arga mencebik, "Mata kamu udah merah gitu, ga ngantuk apanya? Tidur sana, aku baru bangun tenang aja." gue menuruti keinginan Arga pindah ke tempat duduknya, gue baru sadar dia ikut ke belakang lalu menyelimuti gue sebelum duduk di samping Elvan yang sudah nyenyak.

Dia memang sangat perhatian, terlebih setelah dia kembali menjemput gue dan Elvan 3 hari lalu. Gue juga tidak tau kenapa dia bisa berubah seperhatian ini pada gue, karena biasanya perhatian Arga hanya terpusat pada Elvan. Gue takut sebenernya, takut akan jatuh dalam perasaan yang sama lebih dalam lagi.

Where is My Happy Ending?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang