"Gak usah aneh- aneh. Dia kakak gue njing!" Seru Peter lirih namun sarat akan kekesalan yang hanya di dengar oleh Gara.
"Masaallah kakak lo selama ini cantik banget Pety. Nyesel gue selalu nolak kalau lo ajak ke apartemen kakak lo." Gara sama sekali tidak mengindahkan perkataan Peter. Dia masih sibuk meneliti penampilan kakak Peter.
"Sekarang gue ogah ngajak lo. Thanks ya Gar udah ingetin gue."
"YE SEMPAK LO!" Peter segera membekap mulut nyinyir Gara, "hue haja lo, hepahin!" Gara terus berontak untuk minta di lepaskan.
"Aduh kalian kenapa sih?" Kakak Peter menyapa dengan senyum manis karena melihat kelakuan Peter dan juga temannya.
Peter segera melepaskan bekapan tangannya pada mulut Gara, "Oh gak papa kak. Kakak hari ini beneran gak sibuk kan?"
Gara masih ingin misuh- misuh tetapi dia tahan.
"Engak. Jadi kita mau makan dimana?"
Gar menyenggol bahu Peter, "Paan sih lo?" Sengak Peter.
"Gue gak dikenalin nih sama kakak lo?"
Peter memutar bola matanya malas, "Oh iya kak kenalin ini Gara, yang dulu pernah ngajarin Peter nyuruh nyolong sempaknya pak Rt."
"Oh jadi ini ya yang namanya Gara?"
Gara mendadak syok, laki- laki itu segera menggelengkan kepalanya berkali- kali, membantah tuduhan benar Peter. "Sumpah kak, gak pernah nyuruh Peter kayak gitu kok. Itu murni inisitif dia sendiri. Suer dah!"
"Hahahaha, kamu lucu juga ya?" Kakak Peter tertawa sembari mengacak- acak rambut jambul Gara. Peter cemberut, padahal awalnya ia ingin Gara dimarahi oleh kakaknya karena telah mencemari otak polos Peter dengan virus idiotnya.
"Sudah- sudah jangan pada saling menuduh, sekarang kita makan aja yuk!"
Tiga orang itu langsung memasuki mobil dan pergi meninggalkan sekolahan. Di sepanjang perjalanan Gara selalu memuji kakak Peter membuat Peter semakin kesal. Pasalnya pujian itu kebanyakan berisi modus- modus jijay Gara yang biasanya sering Peter dengar ketika Gara memodusi adik kelas.
Setelah sepuluh menit perjalanan, akhirnya tiga orang itu memilih untuk singgah di rumah makan yang menyajikan ayam sebagai menu utamanya.
"Oh iya, hari ini pasien kakak mau ke sini juga. Gak papa kan?"
"Pasien kakak yang gila itu ya?" Tanya Peter sambil mengingat pasien dari kakaknya yang sering ia ceritakan padanya.
"Hah gila? Yang bener aja kak? Ntar kalau dia ngamuk- ngamuk gimana?" Gara malah terlihat heboh sendiri.
Kakak Peter tertawa lucu, "Engak. Dia engak gila kok. Peter aja yang berlebihan mikirnya."
"Cewek apa cowok kak?" Tanya Gara lagi.
"Cewek. Paling bantar lagi dia sampai." Jawab Kakak Peter sambil melihat jam yang ada di tangannya.
Jam sudah menunjukkan pukul dua siang namun sosok yang ditunggu kakak Peter belum juga muncul. Sembari menunggu sosok itu, kakak Peter mencoba membaur dengan pembicaraan Peter dan juga Gara. Memang Peter sering menceritakan sosok Gara dan juga Adipati kepadanya. Dan baru kali ini ia bertemu langsung dengan Gara. Dulu saat ia meminta Peter untuk dipertemukan dengan para sahabatnya, Peter menolak mentah- mentah karena ia tahu betul bagaimana kelakuan sahabatnya terutama Gara. Seperti saat ini, Gara terus saja mengoceh tidak jelas, hingga membuat Peter kesal karena terus- menerus mendengar ocehannya.
"Kak kalau obat buat ngecelin pantat ada gak sih?" Tanya Gara sambil menunjukkan pantat bongsornya, "sumpah pantat gue tuh bikin iri pacar gue kak. Secara pacar gue itu gak punya pantat seksi gini alias tepos."
"Heh kalau nanya jangan yang aneh- aneh dong! Mau gue kebiri ya lo?" Hardik Peter sambil mengeplak pantat Gara yang sedang ia tunjukkan kepada kakak Peter.
Gara mengaduh kencang, pantatnya terasa panas sekaligus perih, "Lo kira ini bantalan apa main geplak aja. Sakit njing!" Omelnya sambil mengusap- usap pantatnya. Bibir Gara mengurucut membuat tingkahnya terlihat lucu di mata kakak Peter.
"Peter jangan gitu lah sama sahabat sendiri. Dan kamu Gara, gak usah diapa- apain. Gitu aja udah cocok kok sama postur tubuh kamu. Kamu harusnya bersyukur diberi tubuh yang sempurna tanpa cacat begitu. Banyak loh orang di luar sana yang oplas sana- sini karena kurang puas sama apa yang mereka miliki sekarang."
"Iya sih setelah itu pasti penampilannya akan berubah menjadi sempurna sesuai dengan yang mereka inginkan, tapi kegiatan kayak gitu selalu ada efek sampinya Gara. Menurut kakak kesehatan itu sangat berharga. Jadi lebih baik merawat tubuh kita adalah cara yang paling bijak daripada menggantinya sesuai dengan keinginan kita. Kamu ngerti kan?"
Gara sampai mengaga kagum mendengar penuturan kakak Peter yang begitu bijak dan juga menenangkan pikirannya. Saat Gara ingin mengungkapkan kalimat pujiannya, suara yang tidak asing berhasil membuat mulutnya terkunci dan bahkan Gara sampai menolehkan kepalanya untuk melihat pemilik suara itu.
"Aduh maaf ya kak telat. Tadi harus nyari gojek dulu soalnya!"
Suara wanita itu berhasil mengalihkan tatapan Peter dan kakaknya.
"Iya santai aja." Kakak Peter tersenyum maklum, "Oh iya sini duduk!"
Perempuan dengan rambut sebahu dan juga kaos kebesaran itu duduk dengan kaku di samping kursi kakak Peter.
Seketika suasana menjadi hening dan canggung.
"Kok jadi pada diem sih?" Kakak Peter segera memecah keheningan itu, "Ayo Peter, Gara kenalan dulu, oh jangan- jangan kalian sudah saling kenal ya?"
"Lo Ara kan?"
Gara bertanya dengan nada santai, dan Peter tahu betul apa yang sedang sahabatnya itu pikirkan.
"Oh lo Gara ya? Hai Gar? Udah lama gak ketemu ya?" Dengan wajah ceria Ara menyapa Gara. Menyembunyikan rasa gugup karena tatapan Gara dan Peter yang entah kenapa terasa menyudutkannya.
"Iya. Gue Gara. Dan ini Peter." Gara menunjuk malas Peter, "Kirain lo lupa sama kita berdua."
"Engak lah. Wajah lo itu langka jadi gak bisa dilupain."
"Wajah lo juga langka, sampai- sampai gue mikir kalau lo itu adalah kembarannya sahabat gue."
Ara hampir saja terkejut kalau saja Raisa, kakak Peter, tidak segera menyela ucapan adiknya degan berucap, "Sudah- sudah, sekarang kita pesan makanan aja ya. Kakak sudah laper nih!"
"Gue gak jadi laper kak. Dengerin suara si pembohong besar, perut gue mules duluan. Gue pesen jus aja deh." Kata Gara santai sambil memainkan ponselnya.
*****
TBC
ada yang masih nungguin Didit?
KAMU SEDANG MEMBACA
He Is Adipati [END]
Teen Fiction[BOOK TWO] Private Acak Boyfriend Goals Series "Aku sayang kamu Ara. Menjad pacar mu adalah sesuatu yang saat ini aku inginkan. Bahkan dalam mimpi sekalipun. Karena aku sangat ingin melindungi kamu sebagaimana kamu melindungi ku. Aku ingin status ya...
29 :: Serendipity
Mulai dari awal