Kimi

13 0 0
                                    

Senin, pukul 05.00 WIB bukan waktu pagi bagi kota Jakarta. Semua orang sudah bersiap-siap menuju rutinitas seperti biasanya. Suara langkah kaki sang pejalan kaki sudah mulai ramai di trotoar jalanan. Mobil dan motor yang ingin saling mendahulukan. Bus yang mulai padat dengan penumpangnya. Pejual asongan mulai menawarkan barang jualannya. Debu sudah mulai bertebaran disetiap sudut kota Jakarta. Hal seperti ini bukan hal baru bagi ibukota. Manusia yang saling berdesak-desakan adalah salah satu kebiasaan dari kota ini. Beberapa dari mereka terkadang pernah bertemu di tempat yang sama tanpa disadari. Setiap hari semua punya tujuan yang akan ditempuh, tinggal bagaimana mereka menempuh tujuan tersebut. Bagi Kimi senin kali ini ada yang berbeda. Wanita berdarah minang yang selalu on time berangkat ke kantor bahkan bisa di bilang selalu kecepatan Dan pertama kalinya Kimi terlambat menginjakkan kaki di kantor. Jam dinding kantor menunjukkan pukul 10.00 WIB, nafas yang tidak beraturan dan keringat yang belum sempat di lap. Beberapa orang di kantor keheranan melihat Kimi terlambat datang ke kantor. Kimi mengambil posisi duduk dan mencoba memberiketenangan pada dirinya. Ruangan yang begitu indah bernuansa biru laut kesukaan Kimi menjadi saksi kimi beraktifitas. Hampir tiga tahun tempat tersebut menjadi tempat Kimi berkarya, menulis, bahkan tidak hanya berkarya, dinding-dinding ruangan seperti tau perasaan Kimi selama tiga tahun. 

Tak lama kemudian ada seorang laki-laki berbadan tinggi dengan gaya casual berdiri persis di depan meja kerjanya. Kimi sudah hapal sekali dengan wangi parfum lembut yang sedang melintas di indra penciumannya. Risyad adalah laki-laki tampan yang ada di kantor tempat Kimi bekerja. Tidak hanya tampan Risyad adalah seorang manager kreatif di kantor tersebut. Caranya berjalan, berbicara, bahkan mengutarakan ide-ide membuat laki-laki ini hampir sempurna. Tapi tidak bagi Kimi. "Kim, hello kim!", hentakan meja dengan tumpukan file mendarat. "eh iya, kenapa mas?", Kimi dengan kaget menjawab. Panggilan mas hanya berlaku untuk Kimi saat mereka dalam situasi pekerjaan. Risyad adalah lelaki mendekati seempurna hampir sebagian wanita di kantor, bahkan tidak hanya di kantor. Beberapa wanita yang kerja di gedung sebelah sering mendatanginya hanya untuk mengajak makan siang bersama. Tetapi Kimi salah satu wanita yang tidak suka berurusan dengan Risyad, sebisa mungkin Kimi selalu membatasi urusannya dengan Risyad. Kali ini harapan Kimi seperti tidak di kabulkan Tuhan, atau malah sial berkelanjutan setelah terlambat datang ke kantor. Kimi yang tidak menghadiri rapat tadi pagi mengetahui bahwa dirinya dan Risyad di satukan dalam satu project. Kimi semakin membantin mengetahui hal tersebut. Kimi mulai berfikir bagaimana caranya project ini dikerjakan oleh orang lain. Takdir tetaplah takdir, Kimi tidak bisa mengingkari hal tersebut. Kimi harus menyelesaikan semua pekerjaan bersama Risyad.  

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 13, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Arah Kisah Aku dan KauWhere stories live. Discover now