“Huh.. untung udah turun” batinnya, melihat Adit turun.

Namun, perkiraannya tak sepenuhnya benar. Adit memang sudah turun dari mobil. Tapi, Ia tak pergi meninggalkan Jenni sendirian. Cowok itu berjalan memutar dan membuka pintu yang berada tepat di samping Jenni. Tanpa pikir panjang, cowok itu segera bergaya layaknya pangeran yang mempersilahkan tuan putri untuk turun.

Dengan sedikit malu-malu, Jenni pun turun dari mobilnya. Aksi Adit ini menjadi pusat perhatian oleh siswa siswi yang masih berada di sekitar parkiran belakang. Seorang ‘Christopher Aditya’ yang terkenal akan kenakalan dan kedinginannya berubah 360° menjadi seorang cowok idaman banyak wanita.

“Yuk” kata Adit mengajaknya masuk mengingat bel akan berbunyi beberapa saat lagi.

Namun, baru saja Ia melangkah, Jenni kembali terdiam. Meskipun hujan telah reda, genangan air masih banyak terlihat di sekitar dan dalam sekolah. Hal ini membuat Jenni tak mau berjalan. Ia tak mau membasahi sepatu dan roknya yang sudah hampir kering.

“Kenapa?”

“Basah..” jawab cewek itu dengan nada memelas.

Adit pun menoleh ke arah genangan air yang memang masih sangat banyak terbentuk di area sekolahnya. Beberapa saat kemudian, Ia berbalik menghadap Jenni sambil tersenyum manis. Ia pun maju beberapa langkah lalu mengangkat kaki Jenni di tangan kirinya dan punggungnya di tangan kanannya. Ia lalu menolehkan wajahnya ke bawah, melihat jelas cantiknya Jenni ketika tengah membulatkan matanya.

“Gue gak akan ngebiarin setetes air pun nyentuh lo”

DEG

Seperti biasanya, rona merah kembali mencuat dari kedua buah di pipi Jenni. Ia tak tahu harus membalasnya dengan apa lagi. Meskipun terbilang masih pagi, Adit sudah membuatnya hampir kehilangan jantungnya akibat setiap perkataan yang keluar dari bibir tipisnya.

Mereka sukses menjadi pusat perhatian bagi setiap siswa yang ada di sana. Tak jarang, beberapa siswi di sana memekik melihat Adit menggendong Jenni. Namun, mereka berdua tak ambil pusing. Adit sibuk menatap lurus ke depan dengan dinginnya, sedangkan Jenni fokus menatap wajah Adit dari bawah.

“Dia emang keren sih” sahutnya dalam hati.

Karena terlalu fokus akan ketampanan Adit, Jenni tak memerhatikan jalanan dan arah Adit membawanya. Ia bahkan tak sadar saat Adit telah berhenti berjalan dan membuka sebuah pintu. Semua itu hanya karena satu hal. Ketampanan Adit.

Lamunan Jenni terhenti saat Ia dibaringkan oleh Adit di sebuah kasur. Ia pun melihat ke setiap sudut ruangan yang nampak tak asing itu.

“Ini kan UKS. Lah, ngapain Adit bawa gue ke sini?” batinnya sambil melihat Adit yang membalikkan badannya dan menutup pintu UKS dari dalam. Kini, hanya Adit dan Jenni yang berada dalam UKS.

“Dit, kok kita gak ke kelas sih? Nanti telat nih. Buruan ke kelas yuk” sahut Jenni yang tengah berusaha duduk.

Adit hanya tersenyum mendengar perkataan Jenni lalu berjalan mendekatinya lagi.

“Gue janji akan secepatnya ke kelas. Tapi, lo balik dulu gih” perintahnya.

“Untuk apaan?”

“Ya balik aja dulu” balasnya sambil mengangkat kedua alisnya.

Jenni pun merasa curiga dengan tingkah Adit sekarang. Ia lalu memicingkan matanya seraya berkata, “Awas yah kalau lo macem-macem!”

“Emangnya ada yang mau macem-macem ke nenek lampir?” ejeknya sambil terkekeh. Hal itu sukses membuat Jenni membulatkan matanya.

“Awa--“

Wonderful FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang