Hinata berjalan gontai menuju parkiran. Setelah sampai di apartemen ia akan membersihkan diri agar kembali segar. Hari ini benar-benar melelahkan untuknnya.

Belum sampai ia di parkiran suara cempreng Tenten menghentikannya.

"HINATA!!!"

Hinata berbalik. Ia mendapati Tenten berlari ke arahnya. Tas punggungnya naik turun. Hari ini mereka memang memiliki kelas yang berbeda.

Hinata menunggu ketika Tenten masih berusaha mengatur jalan nafasnya.

"Kau tidak lupa dengan hari ini kan, Hinata?" Tanya Tenten. Nafasnya masih memburu setelah berlari mengejar Hinata tadi

Hinata tampak berpikir, kemudian menggangguk "Aku ingat. Hari ini hari sabtu kan?"

Senyum diwajah Tenten tiba-tiba memudar. Dengan wajah datarnya ia kembali bertanya, "Kau tidak lupa dengan janji kita kan?"

Kening Hinata berkerut, "Janji? Kita tidak punya janji hang out hari ini, Tenten"

Tenten menghela nafas, "Oh... ayolah Hinata. Hari ini kau berjanji mengantarkan aku untuk kencan buta"

Amnestynya membulat, "Tidak Tenten!! Aku tidak mau. Lagian aku sudah berjanji dengan Sasuke untuk tidak ke acara itu" Hinata bersiap pergi namun Tenten menggenggam erat tangannya

"Sasuke lagi.Sasuke lagi. Oh ayolah Hinata... kau lebih tua darinya tapi mengapa kau begitu takut terhadapnya? Lagian Suna dan Tokyo jauh sekali Hinata. Sasuke tidak akan tahu. Ingat, kau hanya mengantarkan ku. Yaa... kalau kau ingin ikut untuk kencan buta juga tidak masalah"

Hinata melepas cengkraman Tenten. "Aku tidak ingin berbohong padanya Tenten! Dan kau... bukannya kau menyukai kakak ku, Neji? Lalu mengapa kau mengikuti acara itu?"

Tenten menggaruk kepalanya yang tidak gatal, "Aku tidak munafik, Hinata! Siapa yang tahu apa yang dilakukan Neji disana? Lagian kami juga belum memiliki hubungan yang jelas. Aku menyukainya. Aku sudah mengejarnya. Tapi semakin ku kejar, Neji semakin menjauh! Kau harus tau ini Hinata, yang memiliki hubungan saja bisa dengan mudahnya mendua, apalagi yang masih sebatas suka tanpa ada pengakuan? Seharusnya kau mengkhawatirkan bocahmu itu. Sasuke itu tipikal yang mudah didekati, Hinata. Ia populer. Pasti banyak gadis bahkan wanita yang ingin menjadi pacarnya"

Hinata diam dan hanya menatap Tenten yang menganggukkan kepalanya. Ia tidak menampik bahwa semua perkataan Tenten itu ada benarnya. Tapi Hinata yakin bahwa Sasuke hanya miliknya.

"Aku tidak peduli! aku ingin pulang dan tidak ingin mengantarkanmu. Titik" Hinata berjalan menjauh

"Ohhh... ayolah Hinata, pliss...plisss" Tenten memohon dan seketika itu Hinata menjadi tidak enak hati jika menolak permintaan Tenten. Hinata tahu bahwa dirinya lah satu-satunya orang yang Tenten percayai di Suna. Mereka tidak memiliki siapa-siapa lagi. Dan sudah sepatutnya kalau mereka harus menjaga satu sama lain.

Dan dengan berat hati Hinata pun mengiyakan ajakan Tenten, "Tapi jangan sampai tengah malam" Senyum Tenten merekah. "Dan biarkan aku bersiap-siap dulu" Ujar Hinata

"Siap buk boss!" Ucap Tenten sambil berpose ala prajurit. Tangannya tidak lupa memberi hormat kepada Hinata

"Bila perlu berdandan yang cantik ya Hinata"

Ucapan Tenten pun dihadiahi cubitan yang keras oleh Hinata dibagian perutnya

*****

Tenten dan Hinata telah berada di depan sebuah restaurant di kota Suna. Hinata menggunakan dress dengan warna peach diatas lutut. Sedangkan Tenten menggunakan celana denim dan kaos polos berwarna merah maroon dengan leher berbentuk V. Tenten terlihat sangat manis dengan make up minimalis sedangkan Hinata hanya mempoles wajahnya dengan pelembab malam, mascara dan lipstick nude. Ia hanya mengantar. Tidak lebih.

I Need YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang