Dia kemudian berlari di tengah dinginnya angin malam. Melalui kaca spion, Sarah melihat punggung Sierra yang semakin lama semakin menjauh. Dia tersenyum kecil.

"Kau semakin cerdas, Sierra Shannon."

---

"Duduk lah terlebih dahulu."

Janson menarik sebuah bangku di dalam rumahnya kemudian segera membantu Clara untuk duduk. Lalu ia juga ikut duduk di seberang wanita itu.

"Terima kasih, Janson," jawab Clara seraya tersenyum meski air matanya baru saja mengering beberapa menit yang lalu.

"Jadi, bagaimana bisa orang-orang s*alan itu menculikmu dan hampir saja menyakitimu?" tanya Janson to the point karena ia tidak suka basa-basi.

Clara mengalihkan pandangannya dari mata Janson. Dia lebih memilih untuk menatap dinding ruang makan rumah Janson.

Sekitar dua jam yang lalu, Janson datang ke tempat di mana Clara disekap oleh orang misterius berjubah hitam untuk menyelamatkannya. Orang aneh itu langsung pergi ketika tahu bahwa Clara sedang mengandung. Clara benar-benar bersyukur.

Janson langsung melaporkan hal ini kepada pihak kepolian setelah ia berhasil membawa Clara pulang. Dia tidak akan pernah memaafkan orang yang sudah menculik Clara. Meski faktanya, Clara telah membunuh mantan istrinya, Kate. Dan itu lebih kejam.

"Mereka memukulku dengan kayu. Itu terasa menyakitkan." Clara menunjuk luka di dahinya akibat pukulan keras dari si orang misterius.

"Oh Tuhan, lebih baik kita ke rumah sakit saja."

"Tidak perlu. Aku baik-baik saja. Mungkin dengan beristirahat aku bisa pulih," jawab Clara sambil tersenyum tipis. 

Janson mengembuskan napasnya dan berkata, "baiklah, kau harus beristirahat di sini."

Janson bangkit dari duduknya dan beranjak ke dapur. Dia akan membuatkan secangkir teh untuk Clara. Seingatnya, Clara sangat menyukai teh, sama seperti Kate.

"Lalu apa yang dikatakan para polisi itu?" tanya Clara di tengah-tengah keheningan.

Janson menjawab dari dapur, "mereka akan berusaha untuk mencari pelakunya. Aku juga sudah meminta mereka untuk mengawasimu."

"Mengawasiku? Kenapa?"

Janson muncul dari arah daput dengan secangkir teh hangat di tangannya. Dia meletakkan cangkir tersebut ke atas meja di hadapan Clara dan duduk tepat di sampingnya.

"Karena aku khawatir, tentu saja." Janson tersenyum, begitu juga Clara.

Mereka terdiam. Asap dari teh hangat tersebut terus saja mengepul, mengantar aroma nikmat ke dalam hidung.

Wajah Janson perlahan mendekat. Clara menutup matanya.

"Aku mencintaimu," kata Janson.

Saat dia makin mendekatkan wajahnya, seseorang tiba-tiba saja masuk ke dalam ruang makan.

"Oh sh*t! Apa aku datang di waktu yang tidak tepat? God, apa yang kalian lakukan?!"

Hampir saja Sierra melihat pemandangan yang tidak semestinya ia lihat. Dia langsung saja berbalik badan dan terus mengumpat kata-kata kasar, meski ayahnya berada di sana.

Janson langsung bangkit dan menghampiri anak perempuannya tersebut.

"Apakah kau pergi saat larut malam? Dad kira kau tertidur," kata Janson tidak memedulikan kejadian memalukan yang baru saja terjadi.

"Oh, aku baru saja sampai rumah dan menyaksikan ayahku dengan seorang wanita jal*ng!" Sierra menatap remeh dan tersenyum sinis ke arah Clara.

"Sierra, bahasamu! Dia adalah Clara, seseorang yang akan menjadi ibumu!" Janson sedikit membentak Sierra.

Dark Side GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang