Pembunuhan Berantai 5 Pandawa

1.3K 34 38
                                    

PEMBUNUHAN BERANTAI 5 PANDAWA

Ruangan temaram, di dinding bertengger wayang-wayang. Wayang kulit, wayang golek, dan berbagai macam wayang lain dengan berbagai macam tokoh pula. Cahaya lampu bohlam yang kekuningan menjadi pusat sorot mata tajam seseorang yang duduk di tengah-tengah ruangan yang luas tersebut. Kilatan matanya yang penuh kebencian, amarah, dan dendam terpancar jelas. Kini ia beralih menatap jemarinya yang terkepal di atas meja, saat ini juga ia sudah mengumpulkan semua keberanian dan membulatkan tekad.

Aku akan membunuh kalian, 5 Pandawa.

-o-

Kota Jawi, 10 Mei 2030

Sore hari yang mendung, orang-orang berkerumun di depan sebuah rumah mewah. Mereka tidak bisa melihat ke dalam karena ada garis polisi yang terpasang. Orang-orang saling berbisik tentang peristiwa yang terjadi siang tadi.

Seorang siswa SMA menatap kerumunan tersebut sambil menyipitkan mata, ia baru saja pulang dari kegiatan ekstra volly. Didukung oleh rasa penasarannya, siswa tersebut mendekat ke arah kerumunan. Tanpa bertanya pun, siswa itu tahu dari mendengar percakapan seseorang yang ada di kerumunan, peristiwa yang terjadi adalah pembunuhan. Terlebih lagi ia juga mendengar kalau pembunuh tersebut meninggalkan sesuatu, siswa tersebut bertambah penasaran.

"Eeeh, jarang sekali pembunuh meninggalkan petunjuk," siswa tersebut menyeringai, di dadanya tertera nama Langit Perwira.

Langit melihat sekelilingnya, ia mencoba mencari jalan untuk masuk ke dalam. Sekarang naluri ingin tahunya sangat besar, dan ia memiliki firasat kalau pembunuhan ini bukanlah pembunuhan biasa. Kini matanya tertuju pada sebuah jendela besar terbuka yang terletak jauh di sebelah kiri rumah. Dengan berlari kecil ia segera menghampiri jendela tersebut, lalu masuk ke dalam dengan melanggar garis polisi.

Kini Langit berada di sebuah ruangan penuh buku-buku tebal yang berbaris rapi di rak, di beberapa sudut ruangan terdapat hiasan barang antik yang tua. Ia segera melangkah untuk mencari tahu di mana pembunuhan telah terjadi, dengan mudah ia mengikuti asal suara petugas polisi yang sedang memberi perintah dengan keras. Tak jauh dari ruangan ia tadi masuk, Langit kembali menemukan kerumunan orang-orang, polisi yang sedang memeriksa sekitar dengan alat-alatnya.

Dari balik dinding Langit mengintip, kini pandangannya tertuju kepada seonggok mayat yang berlumur darah. Lelaki bermanik mata hitam itu langsung meringis sambil bergidik ngeri. Mayat tersebut ditusuk tepat di jantung, tentu akan membuatnya langsung tewas. Dari tempatnya ia bisa mencium bau anyir darah yang sangat menyengat. Namun, yang lebih menarik perhatiannya kini adalah sebuah wayang golek mini di dekat mayat tersebut.

Yudhistira, batin Langit sambil menyipitkan matanya.

"Diduga siang tadi ada seseorang yang bertamu kemari, awal motif tamu tersebut adalah mencuri. Barang berharga di sebuah berangkas telah hilang, lalu setelahnya pembunuh menikam korban," jelas seorang polisi sambil membaca catatan kecil, "selain itu pembunuh dengan anehnya menuliskan sesuatu dengan spidol merah di dinding yang berada di dekat berangkas," lanjutnya tanpa membaca catatan lagi.

"Segera cari petunjuk lainnya," perintah seorang polisi yang mendapat laporan tersebut dari anak buahnya, di dadanya tertera nama Parto D.

Langit yang mendengar laporan tersebut langsung memahami situasi saat ini. Petunjuk satu-satunya adalah tulisan di dinding yang ditinggalkan pembunuh. Ia bertekad harus melihat tulisan itu apa pun yang terjadi. Sekarang ia mulai bergerak kembali secara diam-diam untuk mencari tempat berangkas tersebut.

Pembunuhan Berantai 5 PandawaWhere stories live. Discover now