HIKARI - 28

Mulai dari awal
                                    

Ruang rapat sudah hampir kosong, hanya ada Kentaro, Yuuki dan dua orang peserta rapat yang lainnya sedang merapikan dokumen-dokumen untuk dibawa kembali ketika sekretaris Kentaro menginterupsi. "Permisi, Menjo-san. Bapak Presdir ingin bertemu dengan anda di ruangannya." Kentaro mengangguk paham. Sekretarisnya menunggu di luar ruang rapat.

"Kau pergi saja, biar ini aku yang rapikan," ujar Yuuki saat Kentaro hendak merapikan dokumen-dokumennya.

"Terima kasih, Yuuki. Nanti biarkan taruh di atas mejaku saja," ujar Kentaro sambil tersenyum. Yuuki mengangguk dan balas tersenyum.

"Aku duluan ya," pamit Kentaro sambil melangkah ke luar ruangan rapat.

Kentaro berjalan menyusuri koridor bersama sekretarisnya untuk menuju ruangan Presdir. Ia berjalan dengan tegas, tidak ada sekalipun rasa gentar di wajahnya. Perasaannya saat ini sedang sangat bagus dengan hasil rapat.

Beberapa orang yang berpapasan dengan Kentaro, tak lupa menyapa pria itu dengan rasa hormat. Kentaro berhenti saat dirinya berpapasan dengan Daiki yang baru saja keluar dari ruangan terdekat.

"Selamat siang Menjo-san, performa yang bagus sekali," ucap Daiki diselingi senyum.

"Aa, terima kasih."

"Benar-benar tidak diragukan lagi kinerja dari Menjo-san. Tak salah jika Bapak Presdir begitu mengandalkanmu," ujar Daiki riang.

"Tidak seperti itu. Kau terlalu berlebihan Mihara-kun," balas Kentaro rendah hati.

"Aku tidak berlebihan, memang itu semua benar adanya kok," ujar Daiki dengan penuh keyakinan. "Suatu saat aku akan sejajar denganmu, Menjo-san... ah tidak, aku akan berada di posisimu," lanjutnya dengan tatapan mata yang berkilat dan senyum merekah di wajahnya.

Perlahan dia membungkukkan sedikit tubuhnya memberi hormat kemudian berlalu meninggalkan Kentaro.

''Menjo-san!" panggil sang sekretaris yang sudah menunggunya di depan pintu ruangan Presdir, Kentaro menghampiri. Tangan sekretarisnya mengetuk pelan pintu tersebut. "Masuklah," sahut suara renyah dari dalam ruangan.

Sekretaris Kentaro membuka pintu tersebut dengan perlahan, mempersilakan dirinya untuk masuk. Setelah Kentaro masuk, pintu kembali ditutup dan sekretarisnya pun menunggunya di luar ruangan.

Sang Presdir berdiri dari singgasananya dan menghampiri Kentaro dengan senyum bertengger di wajah berkerutnya. Kentaro berpikir pernah melihat senyuman seperti itu sebelumnya. "Menjo-kun. Sekali lagi saya ucapkan selamat atas prestasi anda," ucapnya sambil merentangkan kedua tangannya dan mendekap hangat tubuh Kentaro. Kentaro terkejut kemudian membalasnya dan tersenyum canggung.

"Terima kasih, Pak. Saya sangat tersanjung mendengarnya," balas Kentaro sopan setelah melepas pelukan. "Tapi sebelumnya saya pribadi memohon maaf atas kejadian di hari pertama rapat," lanjut Kentaro sambil membungkukkan sedikit tubuhnya.

"Hahaha tidak apa. Hal seperti itu tampaknya wajar terjadi disaat seseorang sudah meraih puncak karirnya," ujar sang Presdir.

Kentaro mengernyitkan dahinya. "Maaf?"

"Jangan kau berpikir dunia kerja seperti ini tidak ada saingannya, Menjo-kun," ucap Presdir tersebut renyah.

"Jadi, maksud anda... ada yang iri dengan saya?" tanya Kentaro ragu.

"Mungkin saja. Mengingat kau punya prestasi yang sangat bagus di perusahaan ini," jawab Presdir dengan tersenyum.

"Tapi, saya pikir pekerjaan saya masih jauh dari kata bagus," ucap Kentaro pelan.

"Hahaha ini lah yang saya suka darimu, Menjo-kun," celetuk sang Presdir yang membuat Kentaro terbelalak sambil perlahan berjalan menuju singgasananya dan kembali duduk di balik mejanya, "kau itu selalu rendah hati. Padahal hasil kerjamu selalu bagus," lanjutnya berbicara sambil memberi isyarat pada Kentaro untuk duduk di bangku seberangnya.

HIKARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang